III. METODE PENELITIAN
4.1. Karakteristik Anak
4.1.5. Status Pekerjaan dan Lapangan Usaha
Berdasarkan status pekerjaan anak, sebanyak 54,50 persen anak bekerja sebagai pekerja bebas, 23,88 persen anak bekerja sebagai pekerja
keluarga/pekerja tidak dibayar, dan 20,28 persen bekerja sebagai
buruh/karyawan/pegawai. Anak-anak yang berstatus berusaha baik sendiri maupun dibantu buruh persentasenya sangat kecil, hanya 1,33 persen. Hal ini diduga karena anak-anak pada umumnya belum mampu bekerja/berusaha sendiri apalagi biasanya anak-anak belum memiliki modal atau masih terlalu sedikit modalnya untuk berusaha.
Tabel 6 Persentase anak yang bekerja menurut status pekerjaan dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011
Status Pekerjaan
Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal
Perdesaan Perkotaan Perdesaan+perkotaan
Berusaha Sendiri 0,30 1,20 0,59
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap/Tidak Dibayar 0,01 0,12 0,05
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap/Dibayar 0,33 1,45 0,69 Buruh/Karyawan/Pegawai 13,60 34,29 20,28 Pekerja Bebas 67,90 26,42 54,50 Pekerja Keluarga/Tidak Dibayar 17,85 36,52 23,88 Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
Apabila dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, terdapat perbedaan struktur anak bekerja berdasarkan status pekerjaan untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perdesaan, sebanyak 67,90 persen anak yang bekerja merupakan pekerja bebas. Mereka bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang
tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir). Selain sebagai pekerja bebas, sebanyak 17,85 persen anak bekerja di perdesaan merupakan pekerja keluarga, dan 13,60 persen merupakan buruh/karyawan/pegawai. Struktur yang berbeda terjadi di daerah perkotaan. Sebanyak 36,52 persen anak yang bekerja merupakan pekerja keluarga, 34,29 persen merupakan buruh/karyawan/pegawai, dan 26,42 persen merupakan pekerja bebas.
Sejalan dengan keadaan bahwa sebagian besar anak bekerja berada di daerah perdesaan, maka lapangan pekerjaan terbesar yang digeluti oleh anak-anak juga didominasi oleh pekerjaan yang banyak dilakukan di perdesaan, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, dengan persentase anak sebesar 49,04 persen. Dua sektor berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang digeluti oleh 22,10 persen anak dan sektor industri pengolahan yang digeluti oleh 13,21 persen anak, sedangkan 15,65 persen anak terbagi kedalam enam sektor lainnya. Hasil ini sejalan dengan dengan data dari BPS tahun 2011 bahwa sektor pertanian dan perdagangan merupakan dua sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu masing-masing sebesar 39,33 persen dan 23,40 persen (BPS, 2012). Banyaknya anak-anak yang bekerja di sektor pertanian dan perdagangan diduga karena pengaruh dari orang tua/keluarga yang juga bekerja di kedua sektor tersebut.
Tabel 7 Persentase anak yang bekerja menurut lapangan usaha dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011
Lapangan Usaha
Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal
Perdesaan Perkotaan Perdesaan+perkotaan
Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
dan Perikanan 66,22 13,05 49,04
Pertambangan dan Penggalian 2,00 1,33 1,78
Industri Pengolahan 9,20 21,62 13,21
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,12 0,05
Konstruksi 3,02 4,54 3,51
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,68 37,67 22,10
Pengangkutan dan Komunikasi 1,26 3,30 1,92
Keuangan, Real Estate, dan Jasa
Perusahaan 0,29 1,17 0,57
Jasa-jasa 3,31 17,20 7,80
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Tabel 6 menunjukkan perbedaan struktur lapangan usaha dari anak-anak yang bekerja untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan, lapangan usaha yang banyak dimasuki oleh anak-anak adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 37,67 persen, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan dan jasa-jasa masing-masing sebesar 21,62 persen dan 17,20 persen. Hal ini terjadi karena struktur lapangan usaha di daerah perkotaan memang didominasi oleh sektor nonpertanian seperti ketiga sektor tersebut. Di daerah perkotaan, sektor nonpertanian telah membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk bekerja dibandingkan dengan daerah perdesaan. Pertumbuhan sektor perdagangan dan industri di daerah perkotaan yang lebih tinggi dibandingkan di daerah perdesaan diduga menjadi penyebab banyaknya anak- anak di perkotaan yang terserap ke kedua sektor tersebut.
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
Gambar 11 Persentase anak yang bekerja menurut status pekerjaan dan lapangan usaha di Indonesia, tahun 2011.
Jika dalam tabel-tabel sebelumnya status pekerjaan anak dikelompokkan menjadi enam dan lapangan usaha anak dikelompokkan menjadi sembilan sektor usaha, maka pada Gambar 11 status pekerjaan anak dikelompokkan menjadi dua, yaitu sektor formal dan informal. Sektor formal meliputi anak-anak yang bekerja dengan status berusaha sendiri dengan bantuan buruh tetap/buruh dibayar dan anak-anak yang berstatus buruh/karyawan/pegawai. Sektor informal meliputi
anak-anak yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Sedangkan lapangan usaha yang diteliti dikelompokkan menjadi dua lapangan usaha, yaitu pertanian dan nonpertanian.
Secara umum, anak-anak yang bekerja sebagian besar berada di sektor informal (79,02 persen), sedangkan 20,98 persen di sektor formal. Untuk anak- anak yang bekerja di sektor informal, sebanyak 61,93 persen bekerja di lapangan usaha pertanian dan 38,07 persen bekerja di lapangan usaha nonpertanian. Anak- anak ini tidak memiliki pendapatan yang tetap dan tempat kerja yang tidak permanen. Hal ini mungkin terjadi karena anak-anak yang bekerja ini tidak memiliki lahan pertanian sendiri/lahan pertanian keluarga sehingga mereka bekerja membantu orang lain dan memiliki majikan/institusi yang tidak tetap atau berpindah-pindah tempat kerja. Selain itu, di lapangan usaha pertanian setiap anak mudah keluar masuk karena tidak memerlukan kriteria kerja secara khusus. Sektor informal biasanya juga merupakan usaha milik keluarga. Besarnya persentase anak-anak yang bekerja sebagai pekerja keluarga mengindikasikan bahwa untuk menjalankan pekerjaannya, tidak sedikit orang tua menggunakan tenaga anggota keluarganya, termasuk anak-anak mereka. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak kepala rumah tangga yang menganggap bekerja merupakan cara untuk mendidik anak-anaknya. Sedangkan untuk anak- anak yang bekerja di sektor formal, ternyata sebanyak 99,59 persen merupakan anak-anak yang bekerja di lapangan usaha nonpertanian. Anak-anak ini sebagian besar bekerja di lapangan usaha industri, perdagangan, dan jasa yang umumnya telah memberikan pendapatan yang tetap dan memiliki tempat bekerja yang tetap.