• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upah/Gaji/Pendapatan

III. METODE PENELITIAN

4.1. Karakteristik Anak

4.1.6. Upah/Gaji/Pendapatan

Sesuai dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam SAKERNAS, bahwa upah/gaji/pendapatan yang diteliti adalah upah/gaji/pendapatan bersih yang diterima selama sebulan yang lalu dari pekerjaan utama. Kelompok yang menerima upah/gaji/pendapatan adalah mereka yang memiliki status/kedudukan dalam pekerjaan utama sebagai berusaha sendiri, buruh/karyawan/pegawai, dan pekerja bebas. Oleh karena itu, pada bagian ini yang diteliti adalah anak-anak yang bekerja dengan status kedudukan kelompok tersebut.

Rata-rata upah/gaji/pendapatan yang diterima anak-anak yang bekerja berdasarkan data SAKERNAS 2011 adalah Rp.171.190,00 perbulan. Besaran ini jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata upah/gaji/pendapatan pada tahun 2010 yang sebesar Rp. 270.000,00 perbulan (BPS, 2011).

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Gambar 12 Persentase anak yang bekerja menurut upah/gaji/pendapatan dan umur di Indonesia, tahun 2011.

Secara umum, sebanyak 72,37 persen anak menerima

upah/gaji/pendapatan maksimal Rp. 100.000,00 perbulan dan hanya 2,77 persen anak yang menerima upah/gaji/pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,00 perbulan. Gambar 12 menunjukkan variasi yang besar dalam upah/gaji/pendapatan yang diterima oleh anak-anak yang bekerja. Dari gambar dapat dilihat bahwa proporsi anak-anak dengan pendapatan yang rendah (0-100 ribu) akan cenderung lebih tinggi untuk umur yang lebih muda dibandingkan anak-anak yang lebih tua. Pada anak-anak bekerja yang berumur 10 tahun, penerima pendapatan maksimal Rp.100.000,00 perbulan sebanyak 95,35 persen. Persentase ini semakin menurun untuk anak-anak yang lebih tua, dan pada anak-anak yang berumur 17 tahun penerima pendapatan maksimal Rp.100.000,00 perbulan sebanyak 57,98 persen anak.

Kondisi yang berlawanan terjadi pada kelompok upah/gaji/pendapatan yang lebih tinggi. Pada kelompok upah/gaji/pendapatan yang lebih tinggi,

persentase anak penerima upah/gaji/pendapatan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan umur anak.

Apabila diperbandingkan antarjenis kelamin, terlihat bahwa untuk persentase anak laki-laki yang mendapatkan upah rendah (maksimal Rp.100.000,00 perbulan) lebih besar dibandingkan anak perempuan. Kondisi sebaliknya terjadi pada kelompok upah Rp.251.000-500.000 perbulan, dimana persentase anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Namun demikian, secara umum tidak terdapat perbedaan yang terlalu besar dalam hal upah/gaji/pendapatan yang diterima baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

Tabel 8 Persentase anak yang bekerja menurut jenis kelamin dan daerah tempat tinggal pada enam kelompok upah/gaji/pendapatan di Indonesia, tahun 2011

Kelompok Upah/gaji/pendapatan

(ribu rupiah)

Jenis Kelamin Daerah Tempat

Tinggal

Laki-laki Perempuan Perdesaan Perkotaan 0-100 74,26 69,32 80,01 51,22 101-250 4,49 5,15 4,05 6,65 251-500 8,43 12,35 7,08 17,80 501-750 6,26 7,32 4,13 13,69 751-1000 3,40 3,73 2,68 5,86 >1000 3,17 2,14 2,05 4,78 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Persentase anak yang mendapat upah rendah (maksimal Rp.100.000,00 perbulan) di daerah perdesaan ternyata lebih tinggi di perdesaan dibandingkan daerah perkotaan. Di sisi lain, persentase yang menerima upah tinggi lebih rendah dibandingkan perkotaan. Hal tersebut dapat dimengerti, mengingat upah di daerah perkotaan umumnya lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan.

Berdasarkan lapangan usaha, terlihat bahwa persentase terbesar anak yang menerima upah terendah terdapat pada sektor pertanian, yaitu 81,87 persen. Pertanian dikenal sebagai sektor tradisional. Pada umumnya pengusaha yang bergerak di sektor pertanian merupakan pengusaha kecil yang tidak mampu memberikan upah yang tinggi, terutama kepada tenaga kerja anak-anak, sehingga diduga mengakibatkan persentase anak-anak dengan upah rendah di sektor pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Anak-anak yang bekerja di sektor nonpertanian cenderung mendapat upah/gaji/pendapatan yang lebih baik dibandingkan sektor pertanian. Anak dengan pendapatan terendah di sektor ini persentasenya lebih rendah dibandingkan pada sektor pertanian. Sedangkan untuk tingkat pendapatan yang lebih tinggi, anak yang bekerja di sektor nonpertanian persentasenya lebih besar dibandingkan anak yang bekerja di sektor pertanian. Kondisi ini mungkin terjadi karena anak-anak yang bekerja di sektor nonpertanian lebih banyak yang tinggal di daerah perkotaan, sehingga upah yang diterima menjadi tinggi. Berbeda dengan sektor pertanian dimana anak-anak yang bekerja lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan sehingga mereka mendapatkan upah yang relatif lebih rendah.

Tabel 9 Persentase anak yang bekerja menurut lapangan usaha dan jam kerja pada enam kelompok upah/gaji/pendapatan di Indonesia, tahun 2011

Kelompok Upah/Gaji/ Pendapatan (ribu rupiah)

Lapangan Usaha Jam Kerja

Pertanian Nonpertanian 0-15 jam 16-30 jam 31-40 jam >40 jam 0-100 81,87 55,06 94,61 82,46 67,95 27,19 101-250 3,98 6,13 2,20 5,74 5,06 6,44 251-500 5,79 17,46 1,99 6,11 10,89 26,81 501-750 3,80 11,89 0,56 2,98 7,91 20,61 751-1000 2,61 5,18 0,24 1,39 4,63 10,77 >1000 1,95 4,28 0,40 1,33 3,55 8,17 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Salah satu faktor yang diduga diperhitungkan dalam menentukan tinggi rendahnya upah adalah banyaknya jam kerja. Dari Tabel 8 terlihat bahwa lebih dari 90 persen anak-anak yang memiliki jam kerja 0-15 jam perminggu cenderung memiliki upah yang rendah/maksimal Rp.100.000,00 perbulan. Persentase

kelompok penerima upah terendah cenderung menurun seiring dengan semakin meningkatnya jam kerja anak.

Pada kelompok anak yang memiliki jam kerja lebih dari 40 jam perminggu, persentase anak yang mendapatkan upah maksimal Rp.100.000,00 sebesar 27,19 persen. Kondisi sebaliknya terjadi pada kelompok-kelompok upah yang lebih tinggi. Pada kelompok-kelompok upah yang lebih tinggi, semakin meningkat jam kerja perminggu, persentase anak penerima upah juga semakin meningkat. Namun demikian, yang perlu mendapat perhatian lebih adalah anak- anak dengan jam kerja lebih dari 40 jam perminggu. Walaupun mereka telah bekerja melebihi jam kerja normal, akan tetapi terdapat 60,44 persen anak-anak yang mendapatkan upah/gaji/pendapatan kurang dari Rp.500.000,00 perbulan. Upah/gaji/pendapatan ini masih sangat rendah, apalagi bila dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2011 yang terendah, yaitu Rp. 675.000,00 perbulan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Meskipun produktivitas anak diduga lebih rendah daripada produktivitas orang dewasa, namun perlu dikaji lebih dalam mengenai fenomena ini mengingat anak-anak ini telah bekerja lebih dari 40 jam perminggu.

Dokumen terkait