• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA PRAKTIK RESIDENSI

2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih

2.4.5 Evaluasi keperawatan

4

5

kemampuan mobilisasi sudah mulai meningkat, perubahan posisi dengan bantuan minimal dari orang tua, dapat duduk diatas tempat tidur.

6. Memotivasi anak dan memberikan pujian atas tindakan yang dilakukan oleh pasien.

7. Mengkajian tingkat fatigue pada anak dengan skala fatigue  skor 6.

8. Memonitor intake makanan harian  An M2 mengatakan mual sudah mulai berkurang, dan nafsu makan sudah membaik, anak menghabiskan ¾ dari porsi yang disediakan, anak mendapatkan diet MB 2000 Kkal (1500 Kkal makanan biasa dan 3 x ekstra susu : 200 CC).

9. Mengkaji kulit dan membran mukosa  kulit dan membran mukosa kering.

10. Mengukur berat badan dan panjang LILA berat badan 41,5 kg, LILA 19 cm.

11. Menginspeksi konjunctiva  konjunctiva subanemis.

12. Mendengarkan bising usus  bising usus normal: 10 x/menit. 13. Kolaborasi: mencek hasil pemeriksaan darah lengkap  Hb:

8,5 gr/dl, Ht: 24,6%, E: 2,95 x 106, trombosit: 171.00 u/L, L: 2200, hitung jenis: B:0/E:0,9/N:70/L:27,7/M:0,5, ANC: 1540, kesan: anemia leukopenia.

14. Kaji respon anak pasca kemoterapi  tidak ada tanda-tanda demam, menggigil dan kejang, mual sudah mulai berkurang, tidak ada muntah, mengompol, bab normal.

15. Memberikan ondancentron 8mg i.v.

16. Kolaborasi: mencek hasil pemeriksaan darah lengkap pasca pemberian kemoterapi AML minggu ke 5  Hb: 8,5 gr/dl, Ht: 24,6%, E: 2,95 x 106, trombosit: 171.00 u/L, L: 2200, hitung jenis: B:0/E:0,9/N:70/L:27,7/M:0,5, ANC: 1540, kesan: anemia leukopenia.

17. Memonitor eliminasi urin mencakup frekuensi, konsistensi, bau, jumlah dan warna  frekuensi 5 kali perhari, bau amonia, jumlah 80 cc/jam dan warna kuning bening.

2.4.5 Evaluasi keperawatan

Hari/ Tanggal: Rabu, 21 Maret 2012 Subjektif:

 An M2 mengatakan belum bisa melakukan aktivitasnya sendiri dan membutuhkan bantuan dari keluarganya.

 An M2 mengatakan dia tidak menghabiskan porsi yang diberikan untuknya.

 An M2 mengatakan masih merasakan nyeri pada kakinya terutama apabila digerakkan.

 An M2 mengatakan tidak merasakan nyeri, rasa terbakar atau panas pada tempat infeksi.

 An M2 mengatakan bahwa dia belum merasakan mual. Objektif:

 Klien terlihat lemah, lebih banyak tidur, perubahan posisi dibantu oleh ibu. An M2 mampu makan dan minum dengan bantuan ringan dari keluarganya, namun untuk berkemih, dan mobilisasi An M2 masih ketergantungan total. Porsi yang diberikan tidak habis, kulit dan mukosa mulut kering. An M terlihat menangis dan melarang ibunya untuk mengangkat kakinya. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan infiltrasi baik pada saat pemasangan infus ataupun setelah obat kemoterapi diberikan.

Analisis:

 Masalah kelelahan belum teratasi.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.  Masalah nyeri belum teratasi.

 Risiko cedera. Perencanaan:

 Lanjutkan intervensi.

 Ukur tinggi badan dan timbang berat badan dengan tepat.

 Berikan diet sebelum dan segera setelah pengobatan seperti cairan dingin, makanan ringan, makanan kering, permen jahe.

 Kontrol faktor lingkungan seperti bau yang menyengat dan kebisingan.  Dorong penggunaan teknik relaksasi dan imaginasi atau olahraga

ringan sebelum makan.

 Pantau dan obsevasi keadaan setelah pemberian ARA-C.  Berikan obat antiemetik (ondancentron 3 x 8 mg). Hari/ Tanggal: Kamis, 22 Maret 2012

Subjektif;

 Anak M2 mengatakan masih merasakan lelah dan ingin lebih banyak istirahat serta secepatnya pulang kerumah.

 An M2 mengatakan bahwa nafsu makannya semakin berkurang karena mual dan diet yang tidak enak.

 Ibu mengatakan anak hanya makan 3 – 5 suap dan tidak menghabiskan diet yang diberikan.

 An M2 mengatakan masih merasakan nyeri pada kakinya terutama apabila digerakkan tetapi dia sudah mulai bisa mengatasinya dengan cara meminta bantuan pada orang tua untuk memberikan posisi yang nyaman dan pijatan lembut pada kaki serta dengan teknik nafas dalam.  Anak M2 mengatakan masih belum bisa merasakan keluarnya buang

air kecil.

 Ibu mengatakan bahwa luka pada area pantat An M2 sudah membaik.  Klien mengatakan cukup bahagia dengan keadaannya saat ini dan

mengharapkan kesembuhan dan kembali ke sekolah. Objektif:

 An M2 mampu makan dan minum dengan bantuan ringan dari

keluarganya, perubahan posisi dengan bantuan keluarga dan berkemih menggunakan diapers. Anak M2 terlihat letih, setiap aktivitasnya lebih banyak dibantu oleh ibu. Anak M2 hanya mampu melakukan aktivitas latihan selama 10 menit. An M tidak menghabiskan diet yang

diberikan. Berat badan sama dengan berat badan masuk (42 kg), kulit dan membran mukosa kering. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada jalur IV. Eliminasi dan output urin normal dengan volume 80 cc/jam, klien menggunakan diapers. Luka lecet ringan pada kulit superfisial daerah pantat berukuran 2 cm x 1cm, dan tidak ada tanda infeksi. Klien mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan secara tepat dan anak mengungkapkan harapan, dan menerima situasi yang dihadapi.

Analisis:

 Masalah kelelahan teratasi sebagian.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.  Nyeri terkontrol.

 Resiko cedera.

 Inkontinensia urin belum teratasi.

 Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi.  Masalah berduka teratasi sebagian.

Perencanaan:

 Konsul ke ahli okupasi dan fisik serta spesialis rehabilitasi.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet sesuai kebutuhan dan kondisi.

 Lanjutkan pemberian ARA-C 135 mg yang ke 4 dan 5 (tanggal 23 Maret 2012 pada pukul 06.00 dan 19.00).

 Pantau dan obsevasi area penusukan.

 Pantau efek samping pengobatan dan atasi dengan tepat.

 Berikan penjelasan kepada An M dan orang tua tentang kerontokan rambut akibat efek kemoterapi dan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

 Yakinkan anak bahwa rambut akan tumbuh kembali setelah pengobatan selesai.

 Periksa urin untuk kultur dan tes sensitivitas jika dibutuhkan.  Monitor kebiasaan buang air besar.

 Rujuk ke ahli urologi jika diindikasikan.

 Berikan informasi tentang support group yang bisa diikuti oleh pasien dan keluarga seperti YOAI, YKAKI dan sekolah-ku.

Hari/tanggal: Jum’at. 23 Maret 2012 Subjektif:

 Anak M2 mengatakan badannya sudah mulai cukup kuat namun masih terasa lelah sehingga dia hanya ingin lebih banyak istirahat.

 An M2 mengatakan bahwa nafsu makannya semakin berkurang karena mual dan diet yang tidak enak.

 An M2 mengatakan bahwa dia merasakan mual dan tidak nafsu makan.  Anak M2 mengatakan bahwa dia masih belum bisa merasakan

keinginan untuk buang air kecil.

 Anak M2 mengatakan bahwa kulit didaerah pantatnya sering lembab dan membuatnya tidak nyaman.

 Anak M2 mengatakan saat ini dia sudah mulai bisa menerima penyakitnya dan akan terus menjalani pengobatan agar bisa sembuh. Objektif:

dibantu oleh ibu dan membutuhkan waktu istirahat lebih banyak. Anak M mampu melakukan aktivitas latihan selama 10 menit. An M tidak menghabiskan diet yang diberikan (hanya dapat menghabiskan ± 150-200 kalori sekali makan), dengan berat badan masih sama dengan berat badan masuk (42 kg), kulit dan membran mukosa kering. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalur IV, klien mengompol, eliminasi urin dan output urin normal. Luka lecet ringan pada kulit superfisial daerah pantat berukuran 2 cm x 1cm terawat, tidak ada tanda infeksi, dan area kulit lembab dan tidak ada tanda luka baru. Anak mengungkapkan harapan, dan menerima situasi yang dihadapi.

Analisis:

 Masalah kelelahan teratasi sebagian.

 Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi  Resiko cedera.

 Inkontinensia urin teratasi sebagian.

 Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian.  Klien dapat mengatasi perasaan berduka.

Perencanaan:

 Intervensi dilanjutkan.

 Dorong anak untuk melakukan latihan dan olahraga minimal 1 kali sehari selama 30 menit.

 Libatkan orang tua untuk membantu anak meningkatkan aktivitas yang dapat dilakukannya secara bertahap.

 Anjurkan orang tua untuk melakukan pijat, membujuk anak untuk makan dan memberikan suplemen tambahan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan energi.

 Lanjutkan pemberian ARA-C 135 mg yang ke 6 dan 7 (tanggal 24 Maret 2012 pada pukul 06.00 dan 19.00).

 Lanjutkan pemberian Doxorubicin 70 mg i.v.

 Pantau dan obsevasi area penusukan terhadap tanda-tanda infiltrasi.  Pantau efek samping pengobatan dan atasi dengan tepat.

 Memotivasi ibu untuk mengganti diapers minimal 5 kali sehari untuk mengurangi ketidaknyamanan pada anak.

 Periksa urin untuk kultur dan tes sensitivitas jika dibutuhkan.  Monitor kebiasaan buang air besar.

 Rujuk ke ahli urologi jika diindikasikan.

 Intervensi dilanjutkan oleh keluarga dirumah melalui pendekatan psikologis dan dukungan emosional terhadap pasien.

Hari/tanggal : Senin, 26 Maret 2012 Subjektif:

 Anak M2 mengatakan badannya sudah cukup kuat dan memiliki tenaga untuk duduk walaupun dengan bantuan ibu.

 An M mengatakan bahwa dia tidak menghabiskan porsi yang diberikan karena masih mual.

 Ibu mengatakan anak hanya makan 3 – 5 suap dan tidak menghabiskan diet yang diberikan.

 Anak mengatakan bahwa untuk buang air kecil masih perlu diapers karena anak tidak bisa merasakan keinginan bak.

 Anak M mengatakan bahwa kulit didaerah pantatnya sudah cukup kering karena ibu L sering membersihkannya dan menggantinya

apabila basah. Objektif:

 Anak M2 sudah mulai terlihat cukup kuat, dan mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Anak M2 mampu melakukan aktivitas latihan selama 15 menit. An M2 tidak menghabiskan diet yang diberikan (hanya 150 kalori yang dihabiskan sekali makan), dengan berat badan sudah mengalami penurunan sebesar 0,5 kg (1%), kulit dan membran mukosa masih kering. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalur IV dan tanda cedera. Eliminasi urin dan output normal, klien masih belum dapat mempertahankan urin yang kontinen. Luka lecet ringan pada kulit superfisial daerah pantat sudah mulai kering. tidak ada tanda infeksi dan area kulit lembab dan tidak ada tanda luka baru. Analisis:

 Masalah kelelahan teratasi sebagian.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian.

 Risiko cedera.

 Inkontinensia urin teratasi sebagian.  Integritas kulit dapat dipertahankan. Perencanaan:

 Intervensi dilanjutkan.

 Konsul ke ahli okupasi dan fisik serta spesialis rehabilitasi.  Intervensi dilanjutkan

 Cek hasil pemeriksaan darah lengkap.

 Inspeksi konjunctiva untuk menyingkirkan kemungkinan anemia.  Timbang berat badan dan ukur LILA.

 Auskultasi bising usus.

 Cek pemeriksaan darah lengkap setelah kemoterapi.  Rujuk ke ahli urologi.

Hari/tanggal: Selasa, 27 Maret 2012 Subjektif:

 Anak M2 mengatakan bahwa dia sudah mulai memiliki cukup tenaga untuk perubahan posisi dan duduk diatas tempat tidur.

 An M2 mengatakan bahwa dia nafsu makannya sudah mulai membaik karena tidak merasakan mual lagi.

 Ibu mengatakan anak menghabiskan ¾ porsi yang disediakan dan ekstra susu yang diberikan dapat dihabiskan oleh anak.

 An M2 mengatakan bahwa badannya sudah cukup kuat, mual sudah berkurang dan nafsu makan meningkat.

 An M2 mengatakan bahwa belum merasakan keinginan buang air kecil. Objektif:

 Anak M sudah mulai terlihat cukup kuat dan mendapatkan waktu istirahat yang cukup (skor fatigue 6). Anak M sudah mulai bisa miring kiri dan kanan dengan bantuan minimal dari keluarga dan duduk dengan bantuan sedang dari ibu atau keluarga. An M menghabiskan ¾ porsi yang diberikan (± 400 kalori sekali makan), berat badan tidak mengalami peningkatan, konjuntiva anemis, dan kulit dan membran mukosa masih kering. Hasil labor menunjukkan anemia leukopeni.

Terdapat tanda penurunan nilai hemoglobin dan leukosit (anemia leukopenia). An M 2 masih mengompol menggunakan diapers dan output urin normal.

Analisis:

 Masalah kelelahan teratasi sebagian.

 Ketidaksemimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tertasi sebagian.

 Muncul masalah baru: perubahan perfusi jaringan.  Inkontinensia urin teratasi sebagian.

Perencanaan:

 Intervensi dimodifikasi untuk perawatan dirumah dengan memotivasi anak melakukan semua aktivitas sesuai dengan jadwal yang telah disusun bersama perawat.

 Menganjurkan orang tua untuk membantu dan memotivasi anak melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disusun yang bertujuan untuk mengurangi kelelahan yang dirasakan anak.  Konsul ke ahli okupasi dan fisik serta spesialis rehabilitasi (belum bisa

terlaksana dan dilakukan pada waktu rawat jalan).  Persiapan untuk PRC 240 cc.

 Pertahankan nutrisi anak, dan pantau tanda-tanda mual.

 Persiapkan untuk transfusi PRC 240 cc dengan target Hb: 10 gr/dL.  Cek capillary refile time.

 Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori dan protein.  Rujuk ke ahli urologi.

Bab 3 ini membahas tentang target kompetensi yang telah dicapai selama praktik residensi keperawatan anak di tiga Rumah Sakit yang ada di Jakarta yaitu Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo. Praktik residensi ini merupakan bagian integral dari pendidikan profesi keperawatan ners spesialis peminatan keperawatan anak. Ners spesialis termasuk kedalam tenaga perawat profesional yang mandiri, bekerja secara otonom, berkolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan. Dalam standar kompetensi keperawatan Indonesia tahun 2005, dijelaskan bahwa ners spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan pascasarjana ilmu keperawatan dengan atau tanpa pendidikan spesialis keperawatan 1 (PP-PPNI, 2005), yang berwenang dalam melaksanakan praktik dengan keahlian tertentu dibidang keperawatan, mencakup keahlian klinis, pendidik, pemberi layanan, peneliti dan peran konsultan (ICN, 2009). Seorang ners spesialis disebut sebagai registered nurse (RN), jika telah lulus uji kompetensi yang telah dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom (PP-PPNI, 2005).

Kompetensi mengacu pada penerapan efektif dari kombinasi antara pengetahuan, keterampilan, dan penilaian yang dapat didemonstrasikan dalam praktik atau prestasi kerja. Dalam keperawatan, kompetensi didefinisikan sebagai suatu kesepakatan yang luas dalam pelaksanaan peran keperawatan sesuai dengan standar yang dibutuhkan dalam pekerjaan, dimana kompetensi mencerminkan 1) pengetahuan, pemahaman dan penilaian, 2) keterampilan kognitif, teknis atau psikomotor dan interpersonal, 3) identitas diri dan sikap (ICN, 2009).

Unit kompetensi perawat dibagi kedalam tiga domain yaitu: 1) praktik profesional, etik dan legal, 2) pemberian asuhan dan koordanasi keperawatan, dan 3) pengembangan profesional (PP-PPNI, 2005; ICN, 2009). The Australian

Nursing and Midwifery Council (ANMC) tahun 2005 menyatakan bahwa standar

kompetensi nasional untuk registered nurse adalah praktik profesional, berfikir kritis dan analisis, pemberi layanan dan koordinasi keperawatan, dan praktik kolaboratif dan terapeutik.

Praktik residensi keperawatan anak terdiri atas dua tahapan yaitu residensi keperawatan anak I yang dilaksanakan di RSPAD Gatot Soebroto dan residensi keperawatan anak II yang dilaksanakan di RSAB Harapan Kita dan RSUPN Cipto Mangunkusumo. Selama periode praktik ini mahasiswa berperan sebagai praktisi asuhan keperawatan pada area keperawatan anak yang membutuhkan pelayanan keperawatan anak lanjut.

Rangkaian praktik residensi dimulai dengan penyusunan kontrak belajar yang disesuaikan dengan pencapaian kompetensi pada buku pedoman kerja mahasiswa. residen melaksanakan praktik berdasarkan kontrak belajar yang telah disusun. Semua kegiatan yang telah dilaksanakan dilaporkan dalam bentuk logbook.

Praktik residensi keperawatan anak I, dilaksanakan selama 18 minggu mulai dari tanggal 03 Oktober 2011 s/d 04 Februari 2012. Ruangan praktik terdiri atas ruang infeksi IKA 2, ruang perinatologi dan ruang non infeksi IKA 2 RSPAD Gatot Soebroto. Sedangkan praktik residensi II, dilaksanakan selama 10 minggu mulai dari tanggal 12 Februari 2012 s/d 20 April 2012, dengan ruangan praktik diantaranya adalah ruang Gambir RSAB Harapan Kita dan ruangan anak non infeksi gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Kompetensi yang telah dilaksanakan selama praktik residensi keperawatan anak mencakup praktik profesional, berfikir kritis dan analisis, dan pemberian asuhan dan koordinasi keperawatan serta praktik kolaboratif dan terapeutik.