• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodad

I II III IV III IV III IV III IV III IV 1 Penyusunan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

4. Evaluasi Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodad

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa mengenai materi tertentu. Pelaksanaan evaluasi pada sebuah pembelajaran pada prinsipnya juga sama antara metode yang satu dengan yang lain. Beberapa tahapan evaluasi pembelajaran PKn ini dilakukan baik pada setiap akhir bab, tengah semester maupun akhir semester. Hasil belajar siswa bisa terlihat pada setiap tahapannya, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka panjang, hasil evaluasi pada beberapa tahapan tersebut digabung kemudian diambil rata- ratanya. Bentuk evaluasi tersebut bisa dilaksanakan secara tertulis dan lisan. Dalam hal ini, guru mapel melakukan evaluasi pembelajaran pada commit to user

dua tahap. Evaluasi pada tahap proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi pada akhir pembelajaran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Saya selalu mengadakan evaluasi pada siswa di akhir pembelajaran. Dan juga melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi yang saya maksudkan adalah ada 2 jenis, yaitu evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil akhir belajar. apalagi pada strategi CTL ini, siswa sangat dikedepankan mampu dalam tahapan proses pembelajaran, tidak semata-mata pada akhir belajar. ( CL 1 halaman 171 )

Sebagaimana yang disampaikan oleh Wulan April Liyani selaku siswa kelas XI sebagai berikut:

Ya Pak, Setiap proses pembelajaran Bp. Setiawan selalu memberikan soal secara lisan ataupun tertulis untuk dikerjakan siswa-siswi sebagai ulangan harian dan juga memberikan penugasan di rumah serta pada akhir pembelajaran juga dilakukan ulangan akhir semester. ( CL 3 halaman 177 )

Secara umum pelaksanaan evaluasi ini memiliki tujuan utama yaitu

untuk mengetahui kompetensi siswa, sejauh mana siswa mampu

memahami terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Skill apa yang

telah dikuasai oleh siswa dan bagaimana jika terjadi seandainya harapan guru tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh siswa.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

“Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa terhadap materi yang

sudah saya sampaikan dengan metode CTL ini. Dan sebagai bahan

perbaikan pada pembelajaran selanjutnya agar lebih baik dan sempurna”. (

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi mengandung arti yang cukup penting untuk mengetahui kemampuan siswa. Untuk mengukur sejauhmana keberhasilan pembelajaran dan agar bisa dijadikan persiapan bagi guru untuk memperbaiki kekurangan pada program pembelajaran berikutnya.

Pada tahap akhir pembelajaran, evaluasi ini berbentuk 2 (dua)

jenis, yaitu bentuk tertulis maupun praktek. Bentuk tertulis untuk mengukur aspek kognitif siswa, sementara aspek psikomotorik untuk

mengukur kemampuan skill siswa. Apalagi pembelajaran PKn ini

memang sangat ditekankan pada aspek skill.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

“Saya menggunakan evaluasi dalam bentuk tertulis dan praktek, evaluasi

kelompok dan individu”. ( CL 1 halaman 171 )

Sudarsono selaku siswa, menuturkan:

Betul Pak, Bp. Setiawan memberikan beberapa soal untuk melakukan evaluasi secara tertulis dan praktek pada saat pembelajaran PKn

berlangsung.” Dan juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan

kelompok ( CL 3 halaman 179 ).

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa bentuk evaluasi pembelajaran adalah tertulis dan praktek proses pembelajaran. Demikian juga evaluasi diberikan dalam bentuk individu dan kelompok. commit to user

Evaluasi akhir pembelajaran biasanya dilakukan sekali pada setiap standar kompetensi (SK). Namun untuk evaluasi proses bisa dilakukan 2 atau 3 kali menyesuaikan kondisi kemampuan siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Setiap Standar Kompetensi saya adakan 1 kali evaluasi, namun pada saat proses pembelajaran berlangsung, biasanya saya juga memberikan pertanyaan kepada siswa, tujuannya juga untuk sejauh mana kemampuan siswa, namun evaluasi ini sifatnya masih part evaluation saja, belum secara keseluruhan. ( CL 1 halaman 171 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi

proses pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja melainkan bisa lebih dari itu. Karena proses pembelajaran sifatnya kondisional. Berbeda dengan evaluasi akhir, cukup diadakan sekali karena sudah pada tahap akhir pembelajaran.

Secara umum bentuk evaluasi pembelajaran bervariasi bergantung kebutuhannya. Pada pmembelajaran kali ini, guru menggunakan evaluasi proses, formatif dan sumatif. Ketiga evaluasi ini dirasa sudah cukup ntuk

mengetahui kemampuan siswa pada pembelajaran PKn materi Sistem

Hukum dan Peradilan Internasional .

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Menurut hemat saya evaluasi formatif dan sumatif juga sudah cukup, adapun bentuknya, selain evaluasi tertulis, evaluasi dalam bentuk praktek juga sangat baik karena untuk mengukur skill siswa sehingga lebih mudah diterapkan. Namun evaluasi tertulis juga penting untuk commit to user

mengukur kemampuan secara kognitif siswa. Evaluasi tertulis ini juga karena adanya tuntutan secara akademik. ( CL 1 halaman 171 )

Penilaian ini diorientasikan untuk mengukur ketiga aspek,baik

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

“Secara umum, saya melakukan pembelajaran PKn ini dari ketiga aspek,

baik aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik”. ( CL 1

halaman 172 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ketiga aspek diproyeksikan pada pembelajaran PKn . Maka pendekatan CTL ini memang ditekankan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam mencerna proses pembelajaran dengan baik.

Untuk mempermudah penilaian dan mengenai sasaran, maka dari awal guru mempersiapkan format penilaian untuk mengukur kemampuan siswa sebagaimana kompetensi dasar yang dimaksudkan dalam standar kompetensi yang telah direncanakan di awal pembelajaran. Adapun format penilaian sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa format penilaian dibuat sedemikian rupa agar tidak menyimpang dari standar kompeteni dan kompetensi dasar yang telah ditentukan di awal.

Guru juga perlu memberikan standar kriteria kelulusan bagi

keberhasilan siswa.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Menurut hemat saya, siswa yang berhasil yaitu siswa yang bisa memahami materi pelajaran serta mempraktekkan secara riil, sehingga skill lebih menonjol daripada pemahaman teori saja. Secara akademik memperoleh nilai minimal 75 sebagaimana KKM yang telah ditentukan. Adapun secara keterampilan (skill) kriterian minimal adalah nilai 80. ( CL 1 halaman 172 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada standar minimal yang harus diperoleh oleh siswa. Secara akademik siswa harus mampu memperoleh nilai teori minimal 75, sementara pada prakteknya harus memperoleh nilai minimal 80. Siswa ini yang akan masuk kriteria berhasil atau tidak, bila distandarkan dengan nilai KKM.

C. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual