• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodad

I II III IV III IV III IV III IV III IV 1 Penyusunan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMK Gajah Mada Purwodad

Strategi pembelajaran kontekstual (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Strategi pembelajaran kontekstual mata pelajaran PKn di SMK Gajah Mada Purwodadi sudah beberapa kali diterapkan dalam rangka mengembangkan pendekatan pembelajaran PKn, dan hasilnya sudah cukup ada perkembangan meskipun belum maksimal, sehingga perlu adanya penerapan kembali pembelajaran kontekstual ini.

Penerapan model pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh

dijabarkan oleh Depdiknas (Trianto, 2008:25-26) secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya.

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran PKn materi kompetensi

Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ” ini, guru mapel memulai pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan deskripsi tentang rencana

penyampaian materi kompetensi “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ”. Guru memicu siswa agar tergugah untuk bisa merespon mengenai m,ateri Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dalam PKn.

Namun, sebelum menyampaikan materi kompetensi “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ”, guru juga menyinggung beberapa materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Secara umum saya memulai pembelajaran PKn ini dengan pendahuluan sebagai appersepsi. Bertanya kepada para siswa mengenai materi yang lalu. Dan selanjutnya menanyai siswa beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan saya

sampaikan yaitu tentang “konsep Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ” sebagai pemanasan bagi para siswa. ( CL 1 halaman 167 ).

Hal ini sesuai dengan observasi peneliti pada tanggal 9 Juni 2014. Guru mapel sebelum menyampaikan materi inti, beliau memberikan pemanasan terlebih dahulu pada siswa. Menurutnya, agar siswa mendapat stimulus pada proses pembelajaran berikutnya.

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pada

permulaan pembelajaran guru tidak secara spontan langsung

menyampaikan materi pelajaran yang baru. Namun guru melakukan

pemanasan agar otak (mind) siswa tergugah. Hal ini dimaksudkan untuk

mengkondisikan pemikiran siswa agar tidak kaget dengan materi yang baru. Ibarat pemain sepak bola, sebelum pelaksanaan sepak bola berlangsung, para pemain melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk melenturkan otot-ototnya.

Dalam pembelajaran materi “Sistem Hukum dan Peradilan

Internasional ” ini, guru mengawali dengan menyampaikan pemahaman materi secara global dan secukupnya. Setelah itu guru meminta agar siswa secara langsung mempelajari dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku

Saya memulai dengan menyampaikan materi tentang “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional ”, dan selanjutnya saya meminta siswa untuk mempraktekkan secara langsung dengan saya berikan tugas mencari data sambil bermain di luar kelas dengan saya beri batas waktu, kemudian setelah data di dapat siswa menyampaikan laporannya di hadapan siswa lainnya yang selanjutkan didiskusikan bersama. ( CL 1 halaman 167 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru secara berurutan memberikan materi pemahaman sebagai aspek kognitif secukupnya. Lebih luas dari itu semua, guru mapel memberikan penekanan kepada siswa agar bisa mengetahui secara langsung penerapan Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dalam PKn sebagaimana yang dimaksudkan.

Dengan strategi CTL ini, siswa merasakan adanya perbedaan dalam model pembelajaran. Siswa merasa disibukkan oleh beberapa instruksi guru, sehingga siswa dituntut harus tetap aktif untuk mengikuti instruksi guru. Hal ini membuat kondisi siswa menjadi lebih senang dan semangat dalam pembelajaran.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Siswa nampak semangat dan terlihat aktif dalam aktivitas proses pembelajaran dengan metode CTL ini. Semua siswa terlihat berfikir mengenai tugas yang saya berikan . Siswa aktif dalam menemukan jawaban, aktif bertanya mengenai materi yang belum dipahami, aktif dalam berdiskusi, saling membantu dan aktif dalam menyelesaikan masalah. ( CL 1 halaman 167 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa siswa cukup commit to user

terlihat aktif dalam pembelajaran. Siswa aktif bertanya, aktif menemukan jawaban, dan aktif berdiskusi sesama teman (saling membantu).

Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual mampu menjadikan suasana belajar terasa hidup dan menyenangkan karena siswa dapat saling mengemukakan pendapat, jawaban dan argument sebelum guru memberikan kesimpulan. Siswa bisa menyelami materi pelajaran dan mengkaitkan dengan kondisi yang ada di sekitarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Kondisi kelas terasa menyenangkan dan hidup, terbukti dengan adanya beberapa indikasi ; kelas yang terkondisi artinya siswa

saling mengajukan pertanyaan, jawaban dan argument sambil

sesekali diwarnai humor karena jawaban atau pertanyaan atau argument siswa yang terkesan lucu namun siswa tidak merasa malu untuk menyampaikannya, siswa mempunyai keberanian atas

jawaban yang disampaikan dengan mengemukakan argument-

argument, tidak ada siswa yang mengantuk, tidak adanya siswa yang bercerita sendiri, semua siswa terlibat dalam diskusi dan pembelajaran yang menyenangkan. ( CL 1 halaman 168 )

Kepala Sekolah menuturkan:

Beberapa minggu terakhir ini saya melihat, pada saat pembelajaran PKn ini berbeda dengan biasanya. Jika biasanya suara di kelas terdengar dan terlihat ramai dan gaduh tanpa arah. Namun, beberapa waktu ini nampak hidup dengan adanya diskusi-diskusi, jawaban-

jawaban, pertanyaan-pertanyaan dan argument-argument yang

disampaikan siswa. Siswa terlihat respect pada apa yang disampaikan oleh guru. Bahkan banyak kegiatan pembelajaran yang terlihat diterapkan langsung di luar kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh, justru siswa terlihat sangat antusias dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. (CL2 halaman 174)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dengan strategi CTL ini, pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran yang memadukan unsur bermain sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Justru siswa merasa tertantang untuk dapat menemukan materi pelajaran yang disampaikan guru dengan kenyataan yang di dapat siswa di luar kelas pada saat mendapatkan tugas. Dengan begitu siswa dapat menarik kesimpulan sementara atas tugas yang diberikan dengan hasil atau data yang dikumpulkan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd,

selaku guru mata pelajaran PKn :

Benar, saya cermati tidak ada yang terlihat menyulitkan pada saat proses pembelajaran, karena siswa menurut dan terlihat sangat senang serta antusias terhadap tugas-tugas yang saya berikan. Siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar tugas yang telah mereka kerjakan di luar kelas, sebaliknya siswa yang lain juga sangat berkeinginan untuk menjawab pertanyaan dari teman lain yang diajukkan, yang pada akhirnya terjadi perdebatan atau diskusi yang mengalir begitu saja tanpa harus disetting, namun masih dalam kendali saya sehingga kelas tidak justru terlihat gaduh. Kemudian setelah itu baru saya memberikan jawaban atau memberikan kesimpulan atas pertanyaan-pertanyaan dengan memberikan contoh yang mudah dipahami dan dimengerti dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan

dengan materi “Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. ( CL 1

halaman 168 )

Sebagaimana yang disampaikan oleh Wulan April Liyani selaku

siswa kelas XI sebagai berikut:

Memang begitu, sekarang saya jadi tambah semangat kalau cara mengajarnya kaya begini. Saya dan teman-teman merasa senang, commit to user

semangat, antusias dalam mengikuti pelajarannya Pak Setiawan. Buktinya saya dan teman-teman tidak merasa ngantuk dan jenuh atau ramai sendiri. Justru kami mengikuti instruksi Pak Setiawan. ( CL 3 halaman 176 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru sudah

cukup mampu mengelola kelas dengan baik. Sebagai salah satu kunci utama adalah guru mapel menguasai secara maksimal strategi CTL dengan baik. Guru tinggal mengaplikasikan pada pembelajaran materi Sistem Hukum dan Peradilan Internasional.

Penerapan strategi CTL ini nampak cukup memunculkan pengaruh yang besar bagi perkembangan sikap siswa dan dalam pengembangan berfikir. Artinya, strategi ini merupakan salah satu variasi pendekatan yang menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga, siswa dapat dikondisikan oleh guru di kelas dengan baik. Sebagai indikasinya adalah jika pada pembelajaran sebelumnya, tidak sedikit siswa yang mengantuk, bercerita sendiri maupun juga ramai karena kurang sesuainya metode yang diterapkan dan juga nampak monoton. Sedangkan pendekatan ini semua siswa diprogram oleh guru agar semua bisa mengaktifkan semua organ tubuh, baik otak maupun organ tubuh lain. Karena selain dituntut pada aspek kognitif, siswa juga dituntut adanya pengembangan pada aspek afektif dan psikomotorik.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Menurut pengamatan saya, siswa tertarik karena dengan metode CTL ini siswa belajar tidak hanya sekedar materi saja, melainkan siswa langsung bisa masuk dalam kehidupan nyata. Dalam arti siswa langsung mengetahui secara kongkrit mengenai media dan kegunaan alat serta kesulitan dalam penggunaannya. ( CL 1 halaman 169 )

Sebagaimana yang disampaikan oleh Sudarsono selaku siswa kelas

XI sebagai berikut:

Betul pak, saya sekarang lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan pak Setiawan. Jadi saya sekarang makin senang dan semangat lagi untuk mengikuti pelajarannya PKn karena cara mengajarnya sangat menyenangkan. Saya langsung mengerti materi yang disampaikan dengan kondisi lingkungan sekitar tentang Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. Apalagi saat ditampilkan tayangan tentang sistem hukum dan peradilan internasional di slide. ( CL 4 halaman 161 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kondisi siswa

dengan penerapan pendekatan CTL ini cukup ada perkembangan yang baik dan perlu dipraktekkan pada pembelajaran berikutnya. Inti dari perkembangan ini adalah karena adanya proses pembelajaran yang berlangsung secara kondusif. siswa juga lebih aktif, dan guru hanya memposisikan diri sebagai fasilitator proses pembelajaran.

Jika dicermati dengan baik, strategi CTL ini memiliki kelebihan

dibandingkan dengan cooperetaif learning, meskipun ada beberapa

kesamaan didalamnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Pada prinsipnya tujuan metode pembelajaran itu sama, yaitu ingin menjadikan siswa itu lebih pandai dan memahami materi pelajaran dengan baik. Namun, antara materi yang satu dengan lainnya commit to user

terkadang saling melengkapi. Selain itu, satu materi belum tentu sesuai dengan salah satu metode melainkan akan lebih cocok dengan metode yang lain. ( CL 1 halaman 169 )

Kelebihan metode CTL dibandingkan dengan metode kooperatif adalah bahwa dalam meode CTL ini, siswa secara langsung bisa terjun kelapangan( luar kelas ), siswa mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata (riil) yang ada di lingkungan sekitar. ( CL 1 halaman 169 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan

CTL memiliki kelebihan berupa adanya pengaitan secara langsung antara materi yang dipelajari dengan kondisi nyata lingkungan sekitar, baik dari unsur ekonomi, unsur sosial, unsur budaya maupun yang lainnya. Sehingga, pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ini dapat membuat siswa menerapkannya secara langsung antara materi dengan Sistem Hukum dan Peradilan Internasional dengan kebutuhan nyata masyarakat lingkungan secara kongkrit.

Pada pelaksanaan pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL ini, guru mapel PKn menggunakan beberapa media yang sesuai dengan materi Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. Mengingat standar kompetensi pembelajaran kali ini adalah Sistem Hukum dan Peradilan Internasional, maka guru mapel PKn melengkapi beberapa media yang berhubungan dengan Sistem Hukum dan Peradilan Internasional.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Media yang saya butuhkan pada pembelajaran kompetensi hukum dan peradilan internasional antara lain: slide, gambar dan video

internasional. Media ini untuk memudahkan siswa memahami materi yang tentunya saya kaitkan dengan berita-berita Sistem Hukum dan Peradilan Internasional yang terkini. ( CL 1 halaman 169 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa media pembelajaran PKn berupa slide, gambar dan video mengenai proses dan status sistem hukum dan peradilan internasional. Media ini untuk memudahkan siswa memahami materi yang tentunya saya kaitkan dengan berita-berita Sistem Hukum dan Peradilan Internasional yang terkini. Adanya media pembelajaran yang cukup maka menjadikan proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Baik lancarnya proses pembelajaran maupun meningkatnya hasil belajar siswa.

Sebagaimana pembelajaran dan pendekatan lain yang biasa diterapkan, guru mata pelajaran juga akan mengakhiri pembelajaran dengan memberikan kepada para siswa berupa kesempatan bertanya dan memberikan tugas sebagai bahan belajar di rumah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak M. Nur Setiawan, S.Pd, selaku guru mata pelajaran PKn :

Saya mengakhiri pembelajaran ini dengan menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan, antara lain: apakah semua siswa sudah paham dan mampu semua, jika ada yang belum paham silahkan ditanyakan. Kemudian saya juga memberikan tugas pada siswa sebagai tahap evaluasi, dan agar siswa selalu mempelajari materi yang sudah saya sampaikan, agar siswa tidak mudah lupa. ( CL 1 halaman 170 )

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru memberikan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dengan adanya

penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran materi Sistem Hukum dan Peradilan Internasional .

3. Faktor yang menghambat dan mendukung pembelajaran PKn dengan