• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAEDAH KELOMPOK KKN AKSI DI DESA KOSAMBI

Dalam dokumen Sebelas Senyuman untuk Kosambi (Halaman 154-164)

“Kunci kesuksesan adalah kesabaran dan berusaha”

FAEDAH KELOMPOK KKN AKSI DI DESA KOSAMBI

Bela Awaliyah Agustina

Bimbang

Pertama kali merundingkan apa nama kelompok KKN yang tepat untuk KKN ini, memang banyak nama yang diajukan. Saya juga sempat mengajukan sebuah nama, tepatnya sebuah singkatan dari beberapa rangkaian kata. Namun, malahan nama AKSI yang kami sepakati untuk menjadi brand kelompok kami. Sekilas, nama AKSI seperti sebuah nama ajang pencarian bakat dangdut, atau apalah itu yang disiarkan di salah satu televisi swasta nasional. Walaupun saya tidak tertarik untuk mencari tahu apa sebenarnya keterkaitan antara AKSI KKN dan AKSI dangdut tersebut, terbersit juga agak sama memang dengan salah satu nama ajang pencarian bakat lainnya, AFI (Akademi Fantasi Indosiar) yang dahulu pernah hits di zamannya juga ditayangkan di stasiun televisi swasta yang sama sekitar awal tahun 2000-an. Sangat sedikit mirip memang. Saya ingat pada waktu itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Dengan segala pertimbangan dan terlepas dari semua ajang pencarian bakat itu, kami sepakati bahwa AKSI adalah brand kelompok KKN kami.

Ketika saya mendengar kata ”KKN”, terbesit dalam pikiran saya adalah kegiatan dan kerja membangun suatu daerah/wilayah tertinggal, membangun relasi dengan warga sekitar tempat KKN, menjaring aspirasi warga dan tentunya dari itu semua saya harus mengeluarkan seluruh kemampuan saya, baik akademik maupun non-akademik saya dan mungkin di luar kemampuan itu saya harus menggali softskill di bidang lain yang belum pernah saya sentuh. Tentunya, dari KKN ini, pikir saya, saya akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana cara membangun suatu daerah, menambah teman, keluarga, keahlian dan hal lain yang mungkin tidak akan saya dapatkan di luar kegiatan KKN. Beberapa kali terbesit, KKN adalah kegiatan yang melelahkan dan sedikit membosankan. Harus sebulan penuh berada jauh dari keluarga, lalu berada di kampung atau daerah orang yang tentunya

S e b e l a s S e n y u m a n U n t u k K o s a m b i | 135

asing bagi saya dan juga banyak halangan dan tantangan yang harus dilewati.

Kendala-kendala besar yang saya bayangkan sebelum benar-benar merasakan KKN adalah, saya takut akan keamanan desa yang nantinya akan saya tempati selama sebulan. Nama Desa Kosambi memang benar-benar asing bagi saya pribadi, terlebih selama sebulan tersebut, saya akan tinggal bersama orang-orang yang belum saya kenal sebelumnya. Kami hanya kenal sebatas perlunya saja. Ya, sebelum melaksanakan KKN, kami bertemu hanya beberapa kali dan tidak dalam keadaan yang intens. Misalnya, hanya membicarakan tentang program kerja untuk KKN nanti dan rapat-rapa kecil lainnya. Ketika rapat pun, biasanya kami tidak dalam formasi yang lengkap. Mungkin karena kesibukkan masing-masing yang memang sulit untuk ditinggalkan. Rasa takut untuk tinggal bersama pun sering sekali muncul pada saat itu. Takut karena banyak hal tentang mereka yang belum saya ketahui. Tapi, mau dikata apa lagi, saya harus tetap menjalankan KKN bersama mereka.

Sebelum kami melaksanakan KKN, kami melakukan survey tempat (desa KKN). Semula biasa saja, ketika saya dan teman-teman (pada waktu itu hanya ada empat orang yang melakukan survey, yakni saya, Faris, Fadli dan Ismail) mengunjungi dan bersilahturahmi ke Kantor Balai Desa Kosambi dan daerah sekitarnya. Semua terasa aman dan ya… tidak semenakutkan seperti bayangan saya mengenai desa KKN. Namun, saya merasa agak sedikit takut dan agak pesimis ketika kami melihat dan menjelajah daerah bendungan. Daerahnya agak jauh dari balai desa dan terasa kurang aman. Awalnya, kami berpikir selama sebulan nanti untuk tinggal di daerah bendungan, bahkan kami sudah hampir menyewa rumah di sana. Rumah ini tepat sekali berada di pinggir bendungan. Namun, setelah beberapa hal kami pertimbangkan, salah satunya adalah faktor keamanan, maka hal tersebut kami urungkan.

Hal lain terkait kemanan adalah, sebelumnya saya sempat mendapat berita tentang kejahatan yang terjadi di Desa Kosambi. Berita tersebut sempat ramai di masyarakat luas. Orang tua saya pun sempat agak sedikir ngeri ketika tahu saya akan melaksanakan KKN selama sebulan di Desa Kosambi. Alhamdulillah, ternyata kejahatan tersebut bukan terjadi di Desa Kosambi tempat saya dan teman-teman

136 | K e l o m p o k K K N A K S I

melaksanakan KKN, ternyata itu Kosambi yang berbeda. Walaupun, saya tahu jaraknya cukup dekat, setidaknya saya sedikit lega mengetahui hal itu.

Terlepas dari nama Desa Kosambi, saya sempat berpikir takut jika ada maling/rampok yang datang ke rumah kami nantinya. Apalagi, kami hanya warga pendatang dan kami pun tidak akan lama tinggal. Sebelumnya, kami juga senpat ingin mengontrak rumah di samping area persawahan, selain rumah yang tadi saya ceritakan yang berada di pinggir bendungan. Rumah ini tepat sekali berada di samping area persawahan. Bahkan, sebelah samping rumah ini adalah sawah. Namun, satu dan lain hal di antara pertimbangan mengenai keamanan, apa lagi saya sempat bilang ke teman-teman kelompok saya bahwa salah satu hal yang saya takutkan adalah adanya maling/rampok yang pikir saya mungkin karena saya terlalu parno, maka kami memutuskan untuk tidak jadi mengontak rumah itu.

Saya juga sempat takut tidak bisa menjalankan proker dengan baik. Terlebih ketika mengetahui bahwa anggran KKN mendapat potongan. Saya harus mengubah dan memangkas anggaran program kerja yang saya ajukan untuk program kerja bersama KKN. Apalagi, ketika memikirkan bagaimana nanti memenuhi kebutuhan sehari-hari kami, misalnya anggaran makan, belanja alat tulis antor (ATK), sabun dan lainnya. Saya sendiri sempat bingung. Alhamdulillah, semua itu dapat terpenuhi walaupun dana agak kami pepetkan.

Perealisasian progam kerja pun sempat saya takutkan akan mengalami kendala yang berarti. Misalnya, izin melakukan program kerja kepada warga. Apakah warga akan menerima atau tidak, apakah program kami akan bertentangan dengan keadaan desa, apakah program kerja yang kamu canangkan tersebut sudah cocok untuk keadaan desa atau malah program kami tersebut malah tidak tepat untuk pembangunan desa dan lainnya. Benar saja, mengenai izin melakukan program kerja, awalnya program pembangunan fisik kami adalah pembangunan bak sampah. Namun, kami terkendala dalam hal pembebasan tanah. Ya wajar saja, sekarang ini harga tanah sudah mahal. Jarang ada orang yang mau dan rela tanahnya diberikan secara cuma-cuma. Jika harus membayar akan membebani keuangan kami. Tepatnya

S e b e l a s S e n y u m a n U n t u k K o s a m b i | 137

bukan membebani memang, tetapi hal ini akan menambah besar dana untuk anggaran pembangunan program fisik, setidaknya begitu. Akhirnya, setelah dirundingkan beberapa kali, kami memutuskan untuk “putar arah”, yakni kami menggantinya dengan pembangunan tempat wudhu. Dari segi manfaatnya hampir sama. Malah, kami rasa pembangunan tempat wudhu ini lebih berfaedah untuk dunia dan akhirat. Itulah sekelumit persepsi saya tentang KKN sebelum ke lokasi berikut kendala-kendala yang sempat saya bayangkan.

Berburu Ubur-Ubur

Di masa awal ketika kami pertama kali dipertemukan, saya sempat pesimis terhadap kelompok ini. Alasannya karena sebelumnya kami dan saya pribadi pun belum ada yang pernah saling mengenal satu sama lain. Jadi, saya agak meragukan bagaimana nantinya ketika kami melaksanakan program kerja bersama di tempat KKN. Bahkan, sempat beberapa kali terjadi selisih pendapat di antara kami karena beberapa hal. Mungkin karena sifat, watak dan latar belakang kami berbeda satu sama lain dan tentunya juga karena kami belum saling mengenal dan mengetahui pola pikir dan karakter masing-masing.

Dalam tempo satu bulan kami bersama, tinggal dalam satu atap, banyak sekali hal yang saya lewati bersama teman-teman saya di kelompok KKN AKSI ini. Mulai dari hal yang menyenangkan, tertawa bersama, lelucon-lelucon yang terkadang garing, kesedihan, tantangan, rintangan, hal-hal sulit dalam menjalankan proker, kebersamaan, kehangatan keluarga, hal pahit yang harus dihadapi bersama, pengorbanan, bahkan memecahkan teka-teki bersama. Bahkan, hal di luar nalar, misalnya hal mistis yang tak terduga pun kami lewati bersama, serta banyak hal-hal lain yang kami lewati bersama. Ada saja hal yang setiap harinya membuat hari saya terasa berwarna bersama mereka. Dari mulai berebut untuk mendapatkan kamar mandi di pagi hari, nasi yang menjadi bubur ketika teman saya memasak, sehingga pada hari itu kami seharian harus makan bubur, jadwal masak yang alakadarnya dan lainnya.

Banyak kisah tak terlupakan yang akan selalu saya kenang. Hal kecil pun mungkin tidak akan saya lupakan. Misalnya, pada saat saya mendapat giliran jadwal piket memasak. Ketika saya memasak nasi, nasi

138 | K e l o m p o k K K N A K S I

yang saya masak tidak matang/setengah matang. Itu karena nasi tersebut disabotase oleh salah teman saya yang sampai KKN berakhir pun tidak ada yang mengaku.

Hal yang paling tidak terlupakan ketika saya berada di tengah-tengah mereka adalah momen ketika saya berulang tahun pada tanggal 17 Agustus. Masih jelas saya ingat kelakuan konyol mengharukan yang mereka lakukan. Ketika saya sudah siap untuk mempersiapkan perlombaan 17 Agustusan di balai desa bersama kelompok KKN yang lainnya, yakni kelompok 220, teman saya, Faris, memanggil saya untuk membantu dia mencari peralatan lomba yang dianggapnya saya yang salah menaruh dan menghilangkannya. Kemudian, teman saya yang lainnya, Sarah, memanggil saya dan menanyakan tentang kebersihan. Maka setelah ada dua panggilan tersebut, saya keluar dari kamar, setelah saya selesai bersiap-siap untuk berangkat ke balai desa. Tiba-tiba ada benda keras yang menghantam kepala saya dari belakang secara bertubi-tubi. Ternyata, itu adalah telur ayam yang mereka pecahkan di kepala saya. Ada Ismail, Fikri, Faris dan lainnya yang ikut “menyerang” saya yang juga berpartisipasi memecahkan telur-telur itu di kepala saya, berikut tambahan tepung terigu, santan dan air cucian ke tubuh saya tanpa ampun. Bahkan, seisi rumah jadi sangat becek dan kotor akibat kekonyolan ini. Menyebalkan memang. Namun, hal ini menjadi manis jika diingat. Tidak disangka, mereka yang awalnya benar-benar orang asing bagi saya, ternyata tahu dan perhatian dengan hari ulang tahun saya. Banyak hal kecil dan bahkan hal besar lain yang tak terlupakan yang saya alami bersama mereka.

Dari sekian banyak hal yang telah saya lewati bersama dengan mereka, teman kelompok KKN AKSI, bayak sekali hikmah dan pembelajaran yang saya dapatkan. Hikmah dan pembelajaran ini tentunya menjadi hal yang mendewasakan diri saya secara pribadi dalam hal-hal yang tidak bisa saya dapatkan sendiri. Dibalik kesusahan, pengorbanan dan hal lainnya, yang saya rasakan adalah pengalaman yang membuat saya lebih mengenal jati diri saya sendiri.

Rantau Sebulan

Banyak kesan dan kenangan yang saya alami bersama teman sekelompok di desa yang saya tinggali selama sebulan menjalankan

S e b e l a s S e n y u m a n U n t u k K o s a m b i | 139

kegiatan KKN. Kondisi lingkungan rumah yang kami tinggali selama KKN cukup strategis. Berada di dekat jalan besar dan akses menuju pasar dan tempat keramaian pun terbilang cukup dekat. Letak rumah kami berada tepat di belakang sebuah mini market, jadi memudahkan kami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warung pun cukup banyak saya temukan di sekitar tempat tinggal kami. Walaupun begitu, kami berada bukan di daerah kerja/tempat proker kami. Kebetulan, kami tinggal di Desa Gintung, tepat berbatasan dengan desa KKN kami, Desa Kosambi. Tempat kami yang bukan berada tepat di Desa Kosambi, akses kami menuju balai desa dan tempat strategis/tempat penting Desa Kosambi lumayan jauh, harus ditempuh dengan kendaraan. Saya cukup akrab dengan warga sekitar rumah. Namun, hanya dalam lingkup kecilnya saja. Lingkungan rumah yang saya tempati ini berada di lingkungan sebuah keluarga, jadi saya dan teman-teman merasa kurang berbaur dengan warga selain di lingkungan rumah kami.

Walau saya tidak terlalu dekat dengan warga sekitar rumah kami, warga Desa Gintung, tetapi Alhamdulillah, kami cukup diterima oleh warga Desa Kosambi sendiri, yang memang sebenarnya merupakan desa KKN kami. Warga Desa Kosambi cukup ramah kepada kami. Setiap kami berjalan ke luar rumah menuju balai desa misalnya, kami sering dan hampir selalu diberi sapaan oleh warga. Sering juga kami mengobrol dan warga menanyakan tentang KKN kami. Bahkan, anak-anak kecil pun sering kali menyapa kami ketika berpapasan di jalan. Mungkin karena kami juga mengajar ngaji ba’da maghrib kepada mereka, jadi mereka banyak yang mengenal kami.

Kesan baik saya selama di sana adalah warganya yang ramah dan

welcome kepada kami, khususnya warga lingkungan rumah kami yang

bisa menerima segala kekurangan kami selama tinggal di sana. Lebih mengenal keadaan warga desa yang terbilang masih tertinggal dan belum maju adalah pelajaran yang saya dapatkan selama berada di sana. Saya jadi lebih mengerti arti pengorbanan dan lebih mengenal bagaimana kehidupan masyarakat yang termajinalkan. Di salah satu daerah desa, masih ada lingkungan warga yang menurut saya tergolong termajinalkan karena kurang mendapatkan perhatian dari warga lainnya.

140 | K e l o m p o k K K N A K S I

Proyek

Sebenarnya, ada beberapa hal yang ingin saya lakukan bersama warga desa, beberapa di antaranya masuk dalam rumusan program kerja saya yang kemudian saya ajukan kepada kelompok untuk dijadikan program kerja kelompok KKN. Ada yang memang terlaksana, ada juga yang sama sekali tidak terlaksana karena satu dan lain hal yang menjadi kendala dan dipertimbangkan bersama. Beberapa program tersebut misalnya, nonton bareng warga desa (nobar layar tancep) dan pementasan seni masyarakat, senam sehat, penanaman bibit tanaman setiap jum’at yang sasarannya adalah anak sekolah dasar/SD dan peringatan hari pramuka tanggal 14 Agustus.

Alasan program-program ini tidak dapat terlaksana antara lain adalah dilihat dari aspek kebiasaan masyarakat setempat, keadaan jalan dan kegiatan masyarakat pada malam hari sudah berkurang, bisa dikatakan sepi, pada malam hari keadaan sudah agak rawan dengan aksi kejahatan. Maka dari itu, dengan perimbangan aspek lain, kegiatan nonton bareng (layar tancep) kami tiadakan. Walaupun ada sedikit sesal

nobar layar tancep ini tidak terlaksana, padahal kegiatan ini setidaknya

mampu mempererat tali silahturahmi antar warga. Apa lagi ditambah dengan adanya pementasan seni, pastinya jika kegiatan ini dilaksanakan desa akan sangat ramai sekali dan masyarakat akan lebih dekat dengan kami.

Tidak terlaksananya senam sehat bersama anak sekolah dasar dan penanaman bibit tanaman adalah karena masalah anggaran yang sedikit yang mana anggran ini harus kami maksimalkan dengan sebaik-baiknya (yang kemudian dialokasikan untuk kegiatan lainnya), juga karena kami tidak melakukan kegiatan mengajar di sekolah dasar, jadi kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan senam setiap hari jum’at ini.

Mengenai tidak terlaksananya kegiatan peringatan hari pramuka adalah karena pada saat itu/pada tanggal 14 Agustus, kami sedang menjalankan program kerja, yakni pembangunan fisik yang berupa pembangunan tempat wudhu pada sebuah mushalla kecil di daerah bendungan. Jadi, fokus kegiatan kami pada hari itu adalah pembangunan fisik. Sekolah tempat kami biasa mengajar setiap harinya sesuai pembagian kerja, saya mengajar di sebuah SMP sudah mempunyai

S e b e l a s S e n y u m a n U n t u k K o s a m b i | 141

kegiatan sendiri, jadi kami putuskan untuk tetap fokus pada pembangunan fisik.

Kegiatan yang sudah kami lakukan untuk memberdayakan penduduk desa antara lain adalah pengajian untuk anak-anak ba’da maghrib. Kami melaksanakan ini karena kami sadar ini adalah bentuk pengabdian kami kepada masyarakat di bidang keagamaan. Selain itu, saya juga sempat berpartisipasi ikut mengajar les di daerah bendungan, yang mana daerah bendungan ini terbilang sebagai daerah yang lebih tertinggal dibanding daerah-daerah lainnya di Desa Kosambi. Sebenarnya, kami mempunyai pembagian wilayah kerja yang berbeda di kelompok KKN ini, walaupun kami tetap harus saling membantu program antar wilayah kerja dan memang daerah bendungan ini bukan daerah wilayah kerja saya. Saya berempati dengan keadaan warga bendungan yang jika dilihat dari keadaan penduduk dan keadaan daerahnya yang memang tertinggal, apalagi ditambah dengan cerita dari teman-teman saya yang melakukan program pendidikan di daerah bendungan ini, saya jadi tertarik untuk ikut berpartisipasi mengajar di daerah bendungan ini.

Juga sebagai bentuk perhatian lebih kami kepada warga bendungan, kami mengadakan perayaan HUT RI atau 17-an di wilayah tersebut. Walaupun sebenarnya, kami sudah mengadakan perlombaan untuk memeriahkan 17-an di balai desa dengan kelompok KKN yang kebetulan satu desa dengan kami, yakni kelompok 220. Peringatan HUT RI ke 71 yang kami adakan di daerah bendungan berupa perlombaan bagi warga, khususnya anak-anak dan ibu-ibu. Perlombaan ini kami adakan dua hari setelah tanggal 17 tepatnya tanggal 19 Agustus. Pada tanggal 18 Agustus atau sehari setelah 17 Agustus kami perlu mempersiapkan teknis dan hadiah lomba. Acara berlangsung sangat meriah. Saya sangat senang dengan diadakannya 17-an di bendungan ini. Mengingat sudah sekitar dua tahun kebelakang tidak ada perayaan atau perlombaan di daerah bendungan ini. Padahal, mereka sangat antusias. Sebenarnya, kami sudah mengundang dan mengajak warga bendungan untuk ikut berpartisipasi mengikuti perayaan dan perlombaan 17-an di balai desa. Namun, mungkin karena ada hal-hal tertentu, misalnya karena jarak dari bendungan menuju balai desa yang cukup jauh, menyebabkan tidak ada

142 | K e l o m p o k K K N A K S I

satupun dari warga bendungan yang datang ke balai desa. Dan masih banyak program kerja lainnya yang Alhamdulillah dapat kami selesaikan.

Jika ditanya apa saja yang saya ingin lakukan setelah banyak mengetahui dan merasakan sendiri keadaan masyarakat desa. Saya ingin sekali membangun tatanan masyarakat daerah bendungan menjadi lebih baik lagi. Mengapa bendungan? Jawabannya adalah karena kawasan Desa Kosambi sudah bisa dikatakan berkembang, kecuali daerah bendungan. Baik masyarakatnya, keadaan sosial, ekonomi dan hal lainnya. Daerah bendungan menurut saya selama berada di sana, berbeda keadannya dengan daerah wilayah Desa Kosambi lainnya. Letak daerah bendungan pun memang terletak cukup jauh dari balai desa. Mungkin ini yang menyebabkan kemajuan dan perkembangan daerah bendungan tidak sebaik daerah lain di Desa Kosambi.

Jika pembaca melihat dan merasakan sendiri bagaimana keadaan di daerah bendungan, saya rasa pembaca pun akan memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Kesadaran mengenai pentingnya pendidikan pun sangat rendah. Bisa dilihat dari semangat belajar warga yang bisa dikatakan hanya formalitas dan hanya sebatas seperlunya saja. Banyak warga bahkan anak-anak yang tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, hanya selesai pada tingkat SD. Bahkan, (yang saya tahu dari obrolan bersama salah satu warga) di daerah bendungan tersebut hanya ada satu warga yang pada saat ini bersekolah pada tingkat SMA. Sisanya, banyak di antara mereka yang lebih memilih bekerja (yang saya tahu) menjadi buruh pabrik. Miris memang. Namun, saya paham kenapa hal ini bisa terjadi. Kebutuhan ekonomi dan faktor pergaulan yang kurang terkontrol mungkin menjadi penyebabnya. Selain masalah tersebut, faktor kenyamanan dan keamanan daerah bendunganpun yang saya tahu kurang baik. Mungkin karena faktor kesadaran akan pentingnya pendidikan itu masih kurang, menjadikan bendungan menjadi daerah yang kurang aman dari kejahatan.

Saya mendengar cerita tentang warga yang kehilangan hewan peliharaannya, misalnya ayam. Contoh kecil memang kejadian ini sering terjadi. Untuk itu saya sedikit menyesali program kerja individu yang saya canangkan sebelumnya, yakni kegiatan kesadaran hukum bagi masyarakat dan konsultasi hukum gratis bagi masyarakat. Namun, saya

S e b e l a s S e n y u m a n U n t u k K o s a m b i | 143

rasa kegiatan ini agak cukup berat karena sarana yang kurang lengkap dan hal lainnya yang sulit saya ceritakan di sini.

Akses jalan kecil yang kurang bagus menuju ke daerah bendungan melewati area persawahan ketika siang hari terasa aman-anam saja.Tapi ketika malam hari, suasana menjadi berbeda. Area persawahan yang gelap jadi tantangan tersendiri. Rasa takut akan terjadinya tindak kejahatan pun meningkat. Misalnya, begal. Saya dah teman-teman sempat diingatkan oleh tetangga rumah kami agar jangan terlalu larut malam ketika pulang dari bendungan. Dikhawatirkan ada begal. Apalagi ditambah kami hanya mahasiswa KKN yang belum benar-benar tahu tentang seluk beluk daerah bendungan.

Jika saya menjadi Warga Desa Kosambi, saya akan mengajak seluruh anggota untuk sadar pentingnya menjaga kebersihan bantaran kali. Hasilnya, warga Desa Kosambi bisa menikmati akses air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

Demikian sekelumit kisah saya bersama kelompok KKN AKSI 2.500 kata tidak cukup untuk mengulas kehidupan saya bersama KKN AKSI yang begitu penuh rasa. Terima kasih warga Desa Kosambi, terima kasih KKN AKSI, Terima kasih keluarga baruku.

144 | K e l o m p o k K K N A K S I

8

Dalam dokumen Sebelas Senyuman untuk Kosambi (Halaman 154-164)