• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Interaksi Sosial

Jendela Info Tahukah kalian bentuk

4. Faktor-Faktor Interaksi Sosial

Faktor interaksi sosial digolongkan menjadi empat, yaitu sugesti, imitasi, simpati, dan identiikasi.

a. Sugesti

Sugesti adalah pengaruh yang diterima seseorang karena kejadian tertentu. Tujuannya untuk memberikan pengaruh berpikir logis dan pengetahuan baru kepada seseorang tanpa melakukan kritik secara langsung, sehingga akan menimbulkan sikap tertentu. Beberapa contoh sugesti sebagai berikut.

1) Pengaruh yang diberikan secara visual biasanya dilakukan lewat penayangan iklan di media televisi. Tujuannya adalah menyugesti (memengaruhi) pendapat seseorang tentang sebuah produk yang dijual oleh perusahaan tertentu. Iklan dibuat unik, menarik,

dan mudah diterima untuk menarik rangsangan penonton dari semua kalangan umur.

2) Pengaruh dokter jika kita sakit dalam memberikan nasihat membuat kita percaya dan mempercepat penyembuhan. Saran dokter menjadi saran yang menurut kita mampu menyembuhkan atau menjadi jalan bagi kita untuk sembuh.

3) Pengaruh dari sahabat. Saran dari seorang sahabat biasanya menjadi jalan keluar bagi permasalahan kita setelah kita menceritakan permasalahan kita.

Sugesti dapat terjadi apabila terdapat beberapa hal berikut ini. 1) Sugesti karena Keterbatasan Pikir

Artinya, orang yang lelah atau capek akan mudah tersugesti. Misalnya, saat kita lelah sehabis olahraga maka kita akan teringat iklan TV tentang minuman yang menyegarkan. Kita akan bergegas membelinya.

2) Sugesti karena Disosiasi

Sugesti ini terjadi pada orang yang mengalami tekanan­tekanan sosial. Misalnya, seseorang yang merasa dikucilkan dalam kelompok akan merasa tertekan dan ingin memberontak.

3) Sugesti karena Kewenangan atau Otoritas

Sugesti tersebut dilakukan oleh orang yang memiliki kewenangan atau otoritas tertentu. Misalnya, perkataan dari pejabat atau presiden yang kita percayai sebagai sesuatu yang baik.

4) Sugesti karena Kepercayaan

Sugesti model ini adalah sugesti yang diminta oleh seseorang kepada orang lain. Contohnya, saat kita sakit dan periksa ke dokter spesialis. Semua petunjuk dokter akan kita percayai dan lakukan demi kesembuhan. Kalaupun orang lain yang mengatakan, belum tentu kita percaya.

b. Imitasi

Imitasi adalah proses seseorang menirukan sesuatu yang dilaku­ kan oleh orang lain. Apa yang ditiru oleh masyarakat? Masyarakat dapat meniru gaya, penampilan, atau sikap hidup seseorang atas orang lain. Sebagai contoh, saat kita membeli pakaian kadang­kadang kita meniru gaya penampilan seseorang atau disebut dengan istilah tren. Contoh lain, saat kita meniru keteladanan dari seorang tokoh pahlawan karena keberanian atau kejujurannya dalam berjuang. Meniru sikap orang tua kita karena sangat baik kepada setiap orang, tidak hanya pada anggota keluarganya.

Gambar 3.10Iklan-iklan pada gambar di atas menampilkan kalimat persuasif sehingga dapat menyugesti masyara-kat.

Sumber: eftianto.files. wordpress.com

Gambar 3.11 Perkataan dari seorang presiden dan pejabat negara dapat menyugesti masyarakat.

Proses imitasi berlangsung jika ada minat dari seseorang untuk meniru. Minat untuk meniru ini dapat dilihat dari bagaimana seseorang sangat membanggakan sesuatu yang ingin ditirunya. Selain itu, seseorang juga harus memahami apa yang akan dilakukan atau ditirunya sehingga imitasi dapat dilakukan. Media yang dapat menyosialisasikan hal tersebut diperlukan untuk mempercepat proses imitasi. Media yang sangat efektif adalah media komunikasi visual, yaitu televisi. Gaya, penampilan, dan ide kreatif dapat dilihat sehingga proses imitasi akan berlangsung lebih cepat dengan adanya televisi.

c. Simpati

Sikap simpati adalah sikap menghargai sesuatu yang dirasakan oleh orang lain. Sikap ini merupakan wujud nyata tindakan atau keinginan untuk merasakan yang dirasakan orang lain. Sikap ini ditandai dengan keinginan seeorang untuk membantu seseorang yang menderita atau membutuhkan bantuan. Misalnya, terjadi gempa di kota lain, kita ikut merasakan penderitaan mereka dengan membantu dalam bentuk apa pun sesuai kemampuan kita.

Sikap yang berhubungan dengan sikap simpati adalah sikap empati, yaitu sikap mental seseorang seolah­olah berada dalam situasi orang lain. Contohnya, saat teman kalian mengalami kecelakaan maka perasaan kalian pada waktu itu seolah­olah kalian yang mengalami kecelakaan. Sikap ini akan membentuk pengertian dan pemahaman seseorang terhadap keadaan orang tertentu. Dengan demikian, kita akan mampu menghormati dan mengambil tindakan nyata, tidak hanya diam. Akan tetapi, sungguh mampu untuk berbuat sesuatu.

Gambar 3.12Remaja tersebut berpenampilan mirip dengan tokoh idolanya. Meskipun me-niru, ia tetap merasa bangga dengan dirinya.

Sumber: blackraptor.blogsome. com

Jendela Info

Kita sering menjumpai, baik di televisi, masyarakat, maupun berita koran dan radio tentang penyalahgunaan kewenangan. Penyalahgunaan kewenangan ini banyak macam atau jenisnya. Salah satunya adalah tindakan korupsi. Korupsi adalah penggelapan atau pengggunaan uang negara untuk keperluan pribadi.

Korupsi muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan perannya sesuai status sosial yang dimilikinya. Seseorang berkorupsi menunjukkan bahwa dirinya tidak siap untuk menduduki jabatan yang diserahkan kepadanya. Jika demikian, peran sosialisasi diri terhadap lingkungannya tidak dapat berjalan hanya karena faktor keserakahan. Kesimpulannya adalah kedudukan sosial tidak dapat disertai dengan kepentingan pribadi yang melebihi fungsi kedudukan sosial tersebut.

(Sumber: ”Mentalitas Sosial di Tengah Arus Konsumerisme”, artikel Ig. Kingkin Teja A.)

Gambar 3.13Kesusahan yang dialami orang lain dapat memunculkan simpati kita. Sumber: k43.phase.com

Baik sikap simpati maupun empati dapat dilaksanakan jika ada motivasi.Motivasi adalah keinginan manusia secara sadar tanpa paksaan pihak mana pun. Tujuannya untuk melakukan sesuatu sebagai langkah awal berinteraksi sosial. Oleh karena itu, kita harus terus memupuk rasa simpati dan empati dalam keseharian kita. d. Identiikasi

Identifikasi merupakan proses untuk menjadi sama dalam beberapa hal secara isik dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan meniru gerak isik, gaya busana, keteladanan, dan beberapa perilaku lain. Proses peniruan ini juga dipengaruhi oleh pengaruh kejiwaan dari seseorang. Artinya, mental seseorang untuk memutuskan mau mengikuti atau tidak. Semakin stabil mental seseorang maka tidak akan mudah meniru. Akan tetapi, semakin mudah menyerap dan memahami nilai dan makna sebuah proses yang dilakukan orang lain.