• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jendela Info Pada zaman batu, tidak

berar ti manusia purba hanya memakai alat dari batu. Mereka juga meng­ gunakan alat dari kayu. Namun, bekasnya tidak bisa ditemukan lagi karena sudah lapuk.

dengan cara digenggam. Alat­alat batu dari Pacitan ini disebut dengan kapak genggam (chopper) dan kapak perimbas. Di Pacitan juga ditemukan alat­alat berbentuk kecil yang disebut serpih. Berbagai benda peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus.

2) Kebudayaan Ngandong

Ngandong adalah salah satu daerah dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan Sidorejo banyak ditemukan alat dari tulang dan alat­alat kapak genggam dari batu. Alat­alat dari tulang itu di antaranya dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Selain itu, ada juga alat­alat seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisi­sisinya. Berdasarkan penelitian, alat­alat itu merupakan hasil kebudayaan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Karena ditemukan di daerah Ngandong, dikenal secara umum dengan Kebudayaan Ngandong.

Di dekat Sangiran, dekat dengan Surakarta ditemukan juga alat­ alat berbentuk kecil yang biasa disebut lake. Manusia purba sudah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa lake ada yang dibuat dari batu indah, seperti chalcedon.

b. Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Madya)

Dua hal yang menjadi ciri Zaman Mesolithikum adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan abris sous roche.

Gambar 2.4 Alat-alat dari Pacitan.

Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.5 Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.6 Pusat-pusat kebudayaan prasejarah di Indonesia. Sumber: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia

Gambar 2.7Peta jalur kebudayaan mesolithikum. Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.8 Abris sous roche Sumber: www.ac-strasbourg.fr

1) Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark. Kjokken berarti dapur dan modding berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah­sampah dapur. Kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung. Di dalam Kjokkenmoddinger ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Palaeolithikum).

Kapak genggam tersebut dinamakan pebble atau Kapak Sumatra berdasarkan tempat penemuannya. Di samping pebble, ditemukan pula kapak pendek(hache courte) dan pipisan (batu bata penggiling beserta landasannya).

2) Abris Sous Roche

Manusia purba menjadikan gua sebagai rumah. Kehidupan di dalam gua yang cukup lama meninggalkan sisa­sisa kebudayaan dari mereka. Abris sous roche adalah kebudayaan yang ditemukan di dalam gua-gua. Di daerah mana alat-alat tersebut ditemukan? Alat-alat apa saja yang ditemukan di dalam gua tersebut?

Di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur banyak ditemukan alat-alat, seperti lake, kapak, batu penggilingan, dan beberapa alat dari tulang. Karena di gua tersebut banyak ditemukan peralatan dari tulang, disebut Sampung Bone Culture. Selain di Sampung, gua­gua sebagai abris sous roche terdapat juga di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.

c. Zaman Neolithikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda)

Zaman Neolithikum merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu madya. Alat­alat dari batu yang mereka hasilkan lebih sempurna dan telah lebih halus disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal pada Zaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong.

1) Kapak Persegi

Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi yang besar sering disebut beliung atau pacul (cangkul). Sementara yang berukuran kecil disebut trah (tatah) yang digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat­alat itu, terutama beliung, sudah diberi tangkai. Daerah persebaran kapak persegi adalah daerah Indonesia bagian barat, misalnya di daerah Sumatra, Jawa, dan Bali.

2) Kapak Lonjong

Kapak lonjong dibuat dari batu berbentuk lonjong yang sudah diasah halus dan diberi tangkai. Fungsi alat ini diperkirakan untuk kegiatan menebang pohon. Daerah persebaran kapak lonjong umumnya di daerah Indonesia Bagian Timur, misalnya di daerah Irian, Seram, Tanimbar, dan Minahasa.

Pada Zaman Neolithikum, di samping ada berbagai kapak, juga ditemukan berbagai alat perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan gelang­gelang dari batu indah dan alat­alat tembikar atau gerabah. Pada zaman itu sudah dikenal adanya pakaian. Hal ini terbukti dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan pakaian.

Gambar 2.9Kapak Lonjong Sumber: www.e-dukasi.net

Karya Nyata

Carilah gambar ben-da-benda peninggal-an mpeninggal-anusia purba melalui buku di per-pustakaan atau Inter-net. Golongkan benda tersebut termasuk dalam jenis Kebu-dayaan Palaeolithi-kum, MesolithiPalaeolithi-kum, atau Neolithikum.

Ikhtisar Kebudayaan Zaman Batu

Gambar 2.10Menhir Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.11Sarkofagus Sumber: www.e-dukasi.net

d. Zaman Megalithikum (Zaman Batu Madya)

Peninggalan kebudayaan Megalithikum terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan Megalithikum tidak hanya untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup manusia secara isik. Mereka juga telah membuat berbagai bangunan batu untuk kepentingan berbagai upacara keagamaan, di antaranya dipergunakan dalam persembahyangan maupun untuk mengubur jenazah. Hasil­hasil Kebudayaan Megalithikum, antara lain sebagai berikut.

1) Menhir

Menhir adalah tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana untuk memuja arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah.

2) Dolmen

Dolmen merupakan bangunan berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir (menhir yang agak pendek). Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang. Ada juga dolmen yang di bawahnya berfungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini dinamakan pandusha.

3) Sarkofagus

Sarkofagus adalah peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung dan mempunyai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Bersama Sarkofagus juga ditemukan tulang­tulang manusia beserta bekal kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung.

Tabel 2.1 Ikhtisar Kebudayaan Zaman Batu

4) Kubur Batu

Kubur batu hampir sama dengan sarkofagus, begitu juga dengan fungsinya. Bedanya, kubur batu ini terbuat dari lempengan atau lembaran batu yang lepas­lepas dan dipasang pada keempat sisinya, bagian alas dan bagian atasnya. Kubur peti batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

5) Punden Berundak

Punden berundak adalah bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat. Fungsi bangunan ini adalah untuk pemujaan. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan. 6) Arca

Arca adalah patung yang dibuat menyerupai bentuk manusia dan binatang. Binatang yang digambarkan, di antaranya gajah, kerbau, kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara lain di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Apa yang dapat kalian simpulkan dari berbagai peninggalan pada Zaman Batu Besar? Bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan manusia pada masa tersebut? Apakah mereka hanya membutuhkan keperluan untuk memenuhi perutnya? Berbagai peninggalan pada Zaman Megalithikum menunjukkan kepada kita bahwa manusia pada Zaman Praaksara telah sadar akan adanya kekuatan di luar manusia. Walaupun mereka tidak meninggalkan bentuk agama yang jelas, mereka telah menunjukkan ketaatan kepada Sang Pencipta.

2. Zaman Logam

Pada Zaman Logam, manusia telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi. Mengapa dikatakan teknologi tinggi? Sebab batu tinggal membentuk sesuai kehendak pemahat. Logam sementara itu tidak dapat dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.

Manusia purba membuat peralatan dari logam seperti perunggu dan besi. Mereka telah mengolah bahan tersebut menjadi beraneka

Ayo Kita Kerjakan!

Cobalah kalian cari pengrajin logam yang paling dekat dengan tempat tinggal kalian. 1. Pengrajin logam apa yang kalian temukan?

2. Bagaimana cara pembuatan logam tersebut? 3. Apa kegunaan kerajinan tersebut?

4. Bagaimana proses penjualan kerajinan terebut?

5. Mulai kapan kerajinan tersebut berkembang di daerah kalian? Ceritakan hasil kerja kelompok kalian dalam bentuk laporan singkat!

macam bentuk. Hal ini membuktikan bahwa manusia purba telah mengenal peleburan logam. Kebudayaan Zaman Logam sering juga disebut Zaman Perundagian.

Manusia purba membuat peralatan dari logam, baik sebagai alat berburu, mengerjakan ladang, maupun untuk keperluan upacara keagamaan. Alat­alat dari perunggu, misalnya kapak corong atau kapak sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, serta Sulawesi Tengah dan Selatan.

Di beberapa daerah di Indonesia juga ditemukan nekara. Nekara digunakan untuk upacara keagamaan (kepercayaan pada masa purba). Misalnya, dalam upacara memanggil hujan dan persembahan lainnya. Nekara ini berbentuk seperti berumbung yang berpinggang bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Jadi, seperti dandang telungkup. Daerah penemuannya di Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor ditemukan nekara yang berukuran kecil yang disebut moko.

Selain nekara, juga ditemukan alat atau benda­benda perhiasan, seperti kalung, cincin, anting­anting, dan manik­manik.

Gambar 2.14 Nekara dan Moko

Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.15 Manik-manik Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.16 Aneka perhiasan dari perunggu. Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.12 Kapak corong Sumber: www.e-dukasi.net

Gambar 2.13Candrasa Sumber: www.e-dukasi.net

C. Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Manusia sekarang bukan keturunan dari Pithecantropus atau Meganthropus. Kita adalah keturunan manusia jenis Homo Sapiens. Seperti telah kalian pelajari sebelumnya, manusia jenis Homo Sapiens inilah yang ciri­cirinya mirip dengan manusia sekarang. Tahukah kalian dari mana asal mula nenek moyang bangsa Indonesia?

1. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli dari Indonesia. Jenis manusia Homo Sapiens ini terbagi atas tiga subspesies atau ras.

a. Ras Mongoloid: berkulit kuning, tinggi badan cukup, hidung menonjol sedikit (tidak mancung, tetapi juga tidak pesek), menyebar ke Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

b. Ras Kaukasoid: berkulit putih, tinggi, badan jangkung, hidung mancung, menyebar di Eropa dan Asia kecil (Timur Tengah). c. Ras Negroid: berkulit hitam, bibir tebal, rambut keriting, menyebar

di Afrika, Australia, dan Iran.

Hasil penyelidikan Von Hiene Geldern tentang penyebaran kapak persegi, menyimpulkan bahwa jenis manusia Homo Sapiens bukan asli dari Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Cochin China, Kamboja, dan daerah­daerah di sepanjang pantai di Teluk Tonkin. Sementara itu, kalau dilihat dari pangkal kebudayaannya, mereka berasal dari wilayah Yunnan di Tiongkok Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia. Rumpun bangsa Austronesia terdiri atas dua subspesies/ras, yaitu ras Mongoloid dan ras Austro Melanesoid. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia sesungguhnya.

2. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut ulung. Sejak 2000 SM hingga 50 SM, terjadi gelombang perpindahan penduduk dari bagian Asia (Yunan) ke wilayah nusantara. Pendapat ini dikuatkan dengan adanya kesamaan hasil kebudayaan yang ditemukan berupa beliung atau kapak persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Alat berupa kapak persegi atau beliung ini juga ditemukan di Siam, Malaka, Burma, Vietnam, Kamboja, dan terutama di Yunnan.

Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah Vietnam. Sebagian menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar akhirnya sampai ke Kepulauan Nusantara. Tersebarlah

Bagaimana dengan nasib Pithecantropus atau Me­ ganthropus? Diperkirakan kedua jenis makhluk ini mengalami kepunahan, kemudian Tuhan mencip­ takan manusia jenis Homo Sapiens.

Adanya teori bahwa manusia berasal dari kera merupakan teori yang tidak mendasar. Untuk mengetahui lebih lanjut, kalian dapat mempela­ jari berbagai jenis manusia purba melalui buku­buku di perpustakaan. Kalian dapat membaca buku karya Arnold J. Toynbee, Sejarah Umat Manusia (terj.), Yogyakar ta: PT Pustaka Pelajar, 2006.

Ternyata, kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia tidak serempak. Mereka datang secara bergelombang yang secara garis besar terbagi dalam dua gelombang.

orang-orang dari Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian menetap dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia.

Ayo Kita