• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jendela Info Dengan simbol atau lam

bang, apa yang terdapat di lapangan/di permukaan bumi dapat digambarkan pada peta yang dibuat.

uraian dari simbol atau lambang yang digunakan pada peta untuk menggambarkan sesuatu yang ada di permukaan bumi.

Peta merupakan gambaran dari wilayah yang luas sehingga tidak mungkin semua data atau informasi di lapangan digambarkan pada suatu peta. Oleh karena itu, peta menggunakan simbol atau lambang dari objek yang digambarkan di permukaan bumi. Simbol atau lambang yang digunakan, dapat kalian lihat seperti contoh legenda pada Gambar 7.1.

Simbol atau lambang ini dapat berupa simbol warna, titik, garis, batang, dan luas. Simbol warna digunakan untuk melambangkan kenampakan alam dalam peta. Warna yang digunakan untuk menunjukkan perbedaan, gradasi kualitas dengan kuantitas, dan untuk keindahan. Penggunaan warna di peta dilakukan sesuai dengan kebiasaan selama ini. Misalnya, warna merah jarang digunakan untuk menggambarkan curah hujan. Pada dasarnya, warna digunakan untuk membedakan apa yang digambar sehingga ada perbedaan yang jelas antara unsur geograis di peta.

Kebiasaan penggunaan warna di peta, yaitu warna hijau untuk dataran, biru untuk perairan, dan kuning untuk pegunungan. Contoh penggunaan simbol garis, yaitu untuk melambangkan laut dengan menggunakan tiga garis. Warna pada peta digunakan secara bervariasi untuk menggambarkan keadaan atau kualitas alam yang sesungguhnya. Misalnya, dataran rendah diberi warna hijau, bila semakin tinggi diberi warna hijau tua. Selain untuk menunjukkan kualitas, pemberian warna ini dimaksudkan agar peta terlihat indah sehingga menarik untuk dibaca. Cara memahami arti warna dalam suatu peta atau atlas, yaitu membacanya dalam legenda.

> 3000 m 200-3000 m 0-200 m > 1000 m 500-1000 m 100-500 m 0-100 m

Simbol titik dalam peta digunakan dalam berbagai ukuran dan bentuk, yang umumnya melambangkan keadaan di permukaan bumi, seperti nama kota, pelabuhan laut, dan bandar udara. Simbol garis digunakan untuk melambangkan keadaan di permukaan bumi yang berbentuk garis, seperti sungai, pantai, jalan, dan perbatasan. Simbol batang digunakan untuk menentukan nilai atau harga suatu produk atau memperbandingkan kualitas atau kuantitas suatu produk. Simbol batang ini dapat dibuat dalam bentuk diagram sementara simbol luas digunakan untuk menyatakan unsur geograis di muka bumi berdasarkan luas dan letaknya.

2. Penulisan Nama Unsur Geografis dalam Sketsa

dan Peta Wilayah

Penentuan letak penamaan dan nama unsur geograis dalam sketsa dan peta wilayah sangat penting agar informasi dalam sketsa dan peta wilayah mudah dibaca dan dimengerti. Cara penentuan dan penulisan ini disebut toponimi, yaitu cara penulisan unsur geograis dalam peta sehingga unsur geograis tersebut mudah dibaca, jelas, dan dimengerti oleh pengguna sketsa dan peta wilayah. Nama­ nama geograis pada sketsa dan peta wilayah merupakan unsur utama dan terpenting sehingga penulisan nama dan letaknya harus terlihat sangat jelas. Letak penulisan nama objek geograis harus mudah dilihat dan jelas penulisannya sebab peta merupakan gambar kenampakan alam.

Penulisan nama unsur geograis sangat penting dalam pem-buatan peta agar peta dapat memperagakan kenampakan alam bagi pembaca atau pengguna peta. Penulisan nama geograis tidak boleh terhalang oleh simbol atau gambar lain dalam peta tersebut. Oleh karena itu, penempatan letak dan nama geograis dalam peta harus memerhatikan tata letak atau lay out peta sehingga nama geograis mudah ditemukan atau dibaca.

Gambar 7.3Sketsa objek geograis dalam simbol luas, titik, garis, dan bidang.

Sumber: Dokumen penerbit

antara unsur geograis di peta.

= Tempat/Lokasi Objek = Persebaran Suatu Objek

= Sungai = Rel Keretaapi = Ketinggian/Contur = Batas Propinsi = Batas Kabupaten = Danau = Candi = Hasil Perkebunan = Gunung = Ibukota Negara

Penulisan nama geograis dilakukan dengan dua cara, yaitu penulisan dengan huruf miring dan tegak. Huruf miring digunakan untuk nama laut, danau, sungai, rawa, teluk, dan selat. Penulisan dengan huruf tegak untuk nama gunung, pegunungan, tempat, tanjung, dan bukit.

Hal yang perlu diperhatikan adalah keindahan dan kejelasan informasi objek geografis di peta. Penulisan nama atau objek geograis harus konsisten dalam ejaan penulisan.

a. Penulisan Geograis Indonesia

Penulisan nama geografi di Indonesia sangat sulit karena keragaman bahasa daerah (suku bangsa). Setiap daerah memiliki sebutan untuk tiap objek geografis. Bila penulisan digunakan dengan istilah bahasa Indonesia kemungkinan penduduk di daerah itu tidak mengerti atau menjadi bingung, padahal peta tidak boleh membingungkan para penggunanya. Oleh karena itu, nama­nama objek geograis perlu dibakukan.

Penulisan geografis dilakukan dengan memisahkan istilah geograis dengan nama objek tersebut, misalnya Sungai Asahan, Danau Kerinci, dan Gunung Merapi. Nama sungai yang sudah dikenal oleh masyarakat dan istilah daerah tidak perlu diubah, hanya cara penulisan yang perlu diperhatikan. Misalnya, Ci tarum tidak perlu diubah menjadi Sungai Tarum, tetapi tetap dengan cara penulisan Ci Tarum. Ci di daerah Jawa Barat berarti sungai. Cara penulisan dengan nama Sungai Tarum dapat membingungkan karena sudah lama dikenal oleh masyarakat umum. Bagaimana bila tidak menunjukkan sungai? Penulisannya digabung. Misalnya, Cibinong adalah nama tempat atau lokasi sehingga penulisannya digabung. Tetapi, bila menunjukkan sungai maka penulisan diubah menjadi Ci Binong. Pada penulisan Bengawan Solo menunjukkan sungai, jadi tidak perlu ditulis Sungai Bengawan Solo karena bengawan berarti sungai.

Penulisan geograis tetap mengikuti istilah daerah sepanjang istilah itu sudah dikenal orang banyak. Bila istilah daerah belum begitu terkenal maka penulisannya dapat diterima umum. Misalnya, Air Musi dewasa ini lebih dikenal dengan Sungai Musi, Aek Asahan dikenal dengan Sungai Asahan.

Istilah danau dan gunung dalam istilah daerah lebih mudah diubah dengan istilah bahasa Indonesia. Masyarakat lebih mudah mengerti akan penggunaan istilah tersebut. Pedoman kita dalam penulisan objek geograis ini adalah bila itu nama tempat maka disatukan dan bila nama sungai, danau, atau gunung maka dipisahkan.

Untuk memahami lebih lanjut bukalah atlas kalian, kemudian carilah istilah­istilah sungai maka kalian akan menemukan berbagai versi dan ada sebagian yang tetap menggunakan istilah sungai. Demikian pula untuk danau atau gunung hanya kedua istilah ini sedikit yang menggunakan istilah daerah. Kira­kira mengapa demikian?

Jendela Info

Dalam bahasa daer ah i s t i l a h u n t u k s u n g a i , gunung, dan danau ada tersendiri yang berbeda­ beda antar daerah. Istilah­ istilah daerah itu sudah telanjur terkenal hingga susah untuk diubah.

Jawa Barat menyebut sungai dengan istilah ci, di Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut kali, Sulawesi Selatan menyebut sungai dengan jane, Sumatra Selatan dengan air, Sumatra Utara menyebutnya aek, dan di Jambi dikenal dengan nama batang.

Nama gu nu ng ada yang menyebut munduk di Bali, cot di Aceh, dolok di Tapanuli, dan sebagainya. Demikian pula untuk istilah danau, disebut situ di Jawa Barat, tasik di Sumatra, laut di Aceh, tao di Tapanuli, dan sebagainya. Istilah ini tidak hanya digunakan untuk sebutan sungai atau gunung, tetapi juga nama tempat.

P e n u l i s a n o b j e k geograis ini harus benar-benar diperhatikan, apakah s e b a g a i n a m a s u a t u lokasi atau nama objek geografis sehingga tidak membingungkan.

Ayo Kita Kerjakan!

b. Penulisan Geograis Dunia

Bagaimana cara penulisan objek geograis dunia?

Penulisan nama geograis dunia harus mengikuti prinsip penulisan objek geografis. Artinya, penulisan ini tidak membingungkan pembacanya. Penulisan nama geograis yang berlaku saat ini lebih banyak pada cara membaca nama objek tersebut, seperti nama negara, ibu kota, nama gunung, sungai, danau, dataran, laut, dan teluk. Penulisan objek geograis dunia ini mengikuti suatu pola cara membacanya karena bila kita membaca peta dengan bahasa asing maka akan sulit untuk menemukannya.