• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIBRILASI VENTRIKULAR

Dalam dokumen Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI 2006 (Halaman 79-87)

PENGERTIAN

Fibrilasi ventrikular adalah kelainan irama jantung dengan tidak ditemukan depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu kesatuan dengan irama yang sangat kacau serta tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T

DIAGNOSIS

EKG: kompleks QRS sudahberubah sama sekali, amplitudo R sudah mengecil sekali.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekokardiografi, angiografi koroner

TERAPI

1. DC shock dengan evaluasi dan shock sampai 3 kali j ika perlu dimulai dengan 200 Joule, kemudian 200-300 Joule dan 360 Joule.

2. Resusitasi jantung paru selama tidak ada irama jantung yang efektif (pulsasi di pembuluh nadi besar tidak teraba).

3. Bila teratasi penatalaksanaan seperti takikardia ventrikular.

KOMPLIKASI

Emboli paru, emboli otak, henti jantung

PROGNOSIS

Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

WEWENANG

• RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

• RS pendidikan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Kardiologi • RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care • RS non pendidikan: ICCU / ICU

REFERENSI

1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In: Sjaifoellah N, Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilidl, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1996. p. 1005-14.

70

Kardiologi

2. Makmun LH. Gangguan Irama Jantung. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI:

71

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

TAKIKARDIAVENTRIKULAR

PENGERTIAN

Takikardia ventrikular adalah kelainan irama jantung berupa tiga atau lebih kompleks yang berasal dari ventrikel secara berurutan dengan laj u lebih dari 100 per menit.

DIAGNOSIS

EKG: frekuensi kompleks QRS meningkat, 150-200 kali/menit, kompleks QRS melebar, hubungan gelombang P dan kompleks QRS tidak tetap

DIAGNOSIS BANDING

Supraventrikular takikardia dengan konduksi aberans

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG 12 sandapan, Rekaman EKG 24 jam, Ekokardiografi, Angiografi koroner, Pemeriksaan elektrofisiologi

TERAPI

• Atasi penyakit dasar : bila iskemia maka dilakukan revaskularisasi koroner, bila payah jantung maka diatasi payah jantungnya

• Pada keadaan akut:

Bila mengganggu hemodinamik: dilakukan DC shock

Bila tidak mengganggu hemodinamik : dapat diberikan antiaritmia dan bila tidak berhasil dilakukan DC shock

DC 5/;oc� diberikan dan dievaluasi sampai 3 kali (200 Joule, 200-300 Joule, 360

Joule atau bifasik ekuivalen) jika perlu. Antiaritmia yang diberikan: lidokain atau amiodaron. Lidokain diberikan mulai dengan bolus dosis 1 mg/kgBB (50-75 mg dilanjutkan dengan rumatan 2-4 mg/kgBB). Bila masih timbul bisa diulangi bolus 50mg/kgBB. Untuk amiodaron dapat diberikan 15 mg/kg BB bolus 1 jam dilanjutkan 5 mg/kg BB bolus /drip dalam 24 jam sampai dengan 1000 mg/24 jam.

Untuk jangka panjang

Bila selama takikardia tidak terjadi gangguan hemodinamik maka dapat dilakukan tindakan ablasi kateter dari ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. Hal ini terutama untuk ventrikular takikardia reentran cabang berkas. Bila selama takikardia terjadi gangguan hemodinamik perlu dilakukan tindakan konversi dengan defibrilator, kalau perlu pemasangan defibrilator jantung otomatik.

KOMPLIKASI

Emboli paru, emboli otak, kematian

PROGNOSIS

Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi 72

Kardiologi

W E W E N A N G

• RS pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

• RS pendidikan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Kardiologi • RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

RS pendidikan : ICCU / medical High Care • RS non pendidikan: ICCU / ICU

REFERENSI

1. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In: Sjaifoellah N, Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1996. p. 1005-14.

2. Makmun LH. Gangguan Irama Jantung. In: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, MansjoerA, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI;1999.p 155-60.

73 Panduan Pelayanan Medik PAPDI

EKSTRASISTOL VENTRIKULAR

PENGERTIAN

Ekstrasistol ventrikular adalah suatu kompleks ventrikel prematur timbul secara dini di salah satu ventrikel akibat cetusan dini dari suatxi fokus yang otomatis atau melalui mekanisme reentri.

DIAGNOSIS

• P sinus biasanya terbenam dalam kompleks QRS, segmen ST atau gelombang T, kompleks QRS muncul lebih awal dari seharusnya, QRS melebar (> 0,12 detik), gambaran QRS wide and bizzare, segmen ST dan gelombang T berlawanan arah dengan kompleks QRS, bila karena mekanisme reentri maka interval antara kompleks QRS normal yang mendahuluinya dengan kompleks ekstrasistol ventrikel akan selalu sama. Bila berbeda maka asalnya dari fokus ventrikel yang berbeda

Pemeriksaan Penunjang

EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekokardiografl, angiografi koroner

TERAPI

• Tidak perlu diobatijikajarang, timbul padapasien tanpa/tidak dicurigai kelainan jantung organik

•. Perlu pengobatan bila terjadi pada keadaan iskemia miokard akut, bigemini, trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel.

•. Koreksi gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan hipoksia • Obat: xilokain intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB dilanjutkan infus 2-4 mg/

menit. Obat altematif; prokainamid, disopiramid, amiodaron, meksiletin. Bila pengobatan tidak perlu segera, obat-obat tersebut dapat diberikan secara oral,

KOMPLIKASI

VT/VF, kematian mendadak

Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terap

WEWENANG

• RS pendidikan; Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

• RS pendidikan; Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Kardiologi • RS non pendidikan; Bagian Ilmu Penyakit Dalam

74

K�diobgi

UNIT TERKAIT

• RS pendidikan: ICCU / medical High Care

• RS non pendidikan: ICCU / ICU

REFERENSI

Trisnohadi HB. Kelainan GangguanlramaJantung Yang Spesifik, In: SjaifoellahN, Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam JilidI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1996. p. 1005-14.

15

2.3

PULMONOLOGI

Pulmonologi

HEMOPTISIS

PENGERTIAN

Hemoptisis adalah ekspektorasi darah dari saluran napas. Darah bervariasi dari dahak disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja. Batuk darah masif adalah batuk darah lebih dari 100 mL hingga lebih dari 600 mL darah dalam 24 jam.

DIAGNOSIS

Anamnesis

- batuk, darah berwama merah segar, bercampur busa,

- batuk sebelumnya, dahak (jumlah, bau, penampilan), demam, sesak, nyeri dada, riwayat penyakit paru, penurunan berat badan, anoreksia

- penyakit komorbid, riwayat penyakit sebelumnya

- kelainan perdarahan, penggunaan obat antikoagulan / obat yang dapat menginduksi trombositopenia

• Pemeriksaan fisik

- orofaring, nasofaring: tidak ada sumber perdarahan. - paru : ronk basah atau kering, pleuralfriction rub,

- jantung : tanda-tanda hipertensi pulmonal, mitral stenosis, gagal jantung • Foto toraks : Menentukan lesi paru (lokal/difus), kardiak

Laboratorium

- DPL, LED, ureum, kreatinin, urin lengkap - Hemostasis (aPTT): bila perlu

- Sputum: pemeriksaan BTA langsung dan kultur, pewamaan Gram, kultur MOR • Bronkoskopi: Menentukan lokasi sumber perdarahan dan diagnosis

CT scan toraks: Menemukan bronkiektasis, malformasi AV • Angiografi: Menemukan emboli paru, malformasi AV

DIAGNOSIS BANDING

Sumber trakeobronkial:

- Neoplasma (karsinoma bronkogenik, tumor metastasis endobronkial, dll) - Bronkitis (akut dan kronik)

Bronkiektasis - Bronkiolitiasis

Trauma - Benda asing

• Sumber parenkim paru: - Tuberkulosis paru � Pneumonia

- Abses paru

- Mycetoma {fungus hall)

Sindrom Goodpasture

79

Panduan Pelayanan Medik PAPDI - Granulomatosis Wegener - Pneumonitis lupus - Sumber vaskular

- Peningkatan tekanan vena pulmonal (stenosis mitral) - Emboli paru

- MalformasiAV - Hematemesis

- Perdarahan nasofaring

- Koagulopati, pengobatan trombolitik/antikoagulan

Pemeriksaan penunjang • Foto toraks

• Laboratorium:

- DPL, LED, ureum, kreatinin, urine lengkap - Hemostasis: bila perlu

- Sputum: pemeriksaan BTA, pewamaan Gram, kultur MOR, • Bronkoskopi: bila perlu

TERAPI

Hemoptisis masif:

Tujuan terapi adalah mempertahankan jalan napas, proteksi paru yang sehat, menghentikan perdarahan.

• Istirahat baring, kepala direndahkan tubuh miring ke sisi sakit • Oksigen

• Infus, bila perlu transfusi darah • Medikamentosa:

- Antibiotika

- Kodein tablet untuk supresi batuk

- Koreksi koagulopati: Vitamin K intravena

• Bronkoskopi: diagnostik dan terapeutik topikal (bilas air es, instilasi epinefrin), • Intubasi selektif pada bronkus paru yang tidak berdarah (bila perlu)

Indikasi operasi pada pasien batuk darah masif:

• Batuk darah > 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti

• Batuk darah 100 - 250 cc/24 jam, Hb < 10 g/dL, dan pada observasi tidak berhenti • Batuk darah 100-250cc/24jam,Hb> 10 g/dL, dan pada observasi 48 jam tidak

berhenti

Hemoptisis non-masif:

Tujuan terapi adalah mengendalikan penyakit dasar. Terapi konservatif sesuai penyakit dasar

KOMPLIKASI

Asfiksia, atelektasis, anemia

80

Puhnonobgi

P RO GN OS IS

Tergantung pada penyebabnya.

WEWENANG

• RS pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

• RS pendidikan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Pulmonologi • RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam ,Paru

UNIT TERKAIT

• RS pendidikan: Departemen Bedah / Toraks, Radiologi, Patologi Klinik • RS non pendidikan: Bagian Bedah, Patologi Klinik, Paru

Dalam dokumen Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI 2006 (Halaman 79-87)