• Tidak ada hasil yang ditemukan

KISTA TIROID

Dalam dokumen Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI 2006 (Halaman 47-53)

PENGERTIAN

Kista tiroid adalah nodul kistik pada jaringan tiroid, merupakan 10 - 25% dari seluruh nodul tiroid.Insidens keganasan pada nodul kistik kurang dibandingkan nodul solid. Pada nodul kistik kompleks masih mungkin merupakan suatu keganasan. Sebagian nodul kistik mempunyai bagian yang solid.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Sejakkapanbenjolantimbul

• Rasa nyeri spontan atau tidak spontan, berpindah atau tetap • Cara membesamya: cepat, atau lambat

• Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau hanya pembesaran leher saja

• Riwayat keluarga

• Riwayat penyinaran daerah leher pada waktu kecil/muda • Perubahan suara

• Gangguan menelan • Sesak napas

• Keluhan tirotoksikosis Pemeriksaan fisik:

UmumLokal:

Nodus tunggal atau majemuk, atau difus - Nyeri tekan

- Konsistensi: kistik Permukaan

- Perlekatan pada jaringan sekitamya - Pendesakan atau pendoiongan trakea - Pembesaran kelenjar getah bening regional

- Pemberton's sign

Penilaian risiko keganai�an:

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostik penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid:

• Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difiisa jinak •

Riwayat keluarga dengan tiroiditis Hashimoto atau penyakit tiroid autoimun. • Gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme.

• Nyeri berhubungan dengan nodul. • Nodul lunak, mudah digerakkan.

• Multinodul tanpa nodul yang dominan, dan konsistensi sama.

35

Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan ke arah keganasan tiroid:

• Umur < 20 tahun atau > 70 tahun • Gender laki-laki

• Nodul disertai disfagia, serak, atau obstruksi jalan napas • Pertumbuhan nodul cepat (beberapa minggu - bulan)

• Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak-anak atau dewasa meningkatkan insidens penyakit nodul tiroid jinak)

• Riwayat keluarga kanker tiroid modular

• Nodul yang tunggal, berbatas tegas, keras, irreguler dan sulit digerakkan-Paralisis pita suara,

• Temuan limfadenopati servikal • Metastasis jauh (paru-paru, dll)

Langkahdiagnostikawal: TSHs, FT4

BilaHasil :Nontoksik � Langkah diagnostik II:

—> Pungsi aspirasi kista dan BAJAH bagian solid dari kista tiroid

DIAGNOSIS BANDING

Kista tiroid, kista degenerasi, karsinoma tiroid

PEMERIKSAAN PENUNJANG

dapat membedakan bagian padat dan cair,

- dapat untuk memandu BAJAH: menemukan bagian solid.

gambaran USG kista = kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dinding tipis.

• Sitologi cairan kista dengan prosedur sitospin.

• Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH): pada bagian yang solid.

TERAPI

Pungsi aspirasi seluruh cairan kista: • Bila kista regresi —> Observasi

• Bila kista rekurens, klinis kecurigaan ganas rendah —> pungsi aspirasi dan observasi

• Bila kista rekurens, klinis kecurigaan ganas tinggi operasi lobektomi

KOMPLIKASI

Tidak ada.

PROGNOSIS

Dubia ad bonam, tergantung tipe dan jenis histopatologinya.

36

Metabolik Endokrinologi

W E W E N A N G

• RS pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

• RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Metabolik Endokrinologi

• RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

• RS pendidikan: Departemen Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Bedah tumor • RS non pendidikan: Bagian Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Bedah

REFERENSI

1. Kariadi SHKS. Struma Nodosa Non-Toksik. Dalam Waspadji S, et al, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;.p. 757-65.

2. Suyono S. Pendekatan Pasien dertgan Struma. Dalam Markum HMS, Sudoyo HAW, EffendyS, SetiatiS, GaniRA, Alwileditors. NaskahLengkapPertemuanllmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 1997. Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 1997.p. 207-13. 3. Subekti I. Struma Nodosa Non-Toksik (SNNT). In Simadibrata M, Setiati S, Alwi I.

Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A,editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1999.p. 187-9.

4. Soebardi S. Pemeriksaan Diagnostik Nodul Tiroid. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta, 18 Oktober 2003.

37

2.2

KARDIOLOGI

K�diologi

BRADIARITMIA

PENGERTIAN

Bradiaritmia adalahperlambatan denyut jantung di bawah 50 kali/menit yang dapat disebabkan oleh disfungsi sinus node, hipersensitivitas/ kelainan sistem persarafan dengan dan atau adanya gangguan konduksi atrioventrikular. Dua keadaan yang sering ditemukan:

1. Gangguan pada sitms node (sick sinus syndrome)

2. Gangguan konduksi atrioventrikular/blokAV {AVblock) :blokAVderajatsatu, blokAVderajatdua, blokAV total.

DIAGNOSIS

Gangguan pada sinus node {sick sinus syndrome) Keluhan:

• Penurunan curah jantung yang bermanifestasi dalam bentuk letih, pening, limbung, pingsan

• Kongesti pulmonal dalam bentuk sesak napas

• Bila disertai takikardia disebut braditakiaritmia; terdapat palpitasi, kadang-kadang disertai angina pektoris atau sinkop (pingsan)

• Dapat pula menyebabkan kelainan/perubahan kepribadian, lupa ingatan, dan emboli sistemik

EKG:

• EKG monitoring baik selama dirawat inap di RS maupun dalam perawatan jalan

(ambulatory/holter ECG monitoring), dapat menemukan kelainan EKG berupa

bradikardia sinus persisten. BlokAV

BlokAV Derajat Satu

Irama teratur dengan perpanjangan interval PR melebih 0,2 detik

I

�lok AV Derajat dua

- Mobitz tipe I {Wenckebach)� Gelombang P bentuk normal dan irama atrium yang teratur, pemanjangan PR secara progresif lalu terdapat gelombang P yang tidak dihantarkan, sehingga terlihat interval RR memendek dan kemudian siklus t�rsebutberulang kembali

- Mobitz tipe II, Irama atrium teratur dengan gelombang P normal. Setiap gelombang P diikuti gelombang QRS kecuali yang tidak dihantarkan dan bisa lebih dari 1 gelombang P berturut-turut yang tidak dihantarkan. Irama QRS bisa teratur atau tidak teratur tergantung pada denyut yang tidak dihantarkan. Kompleks QRS bisa sempit bila hambatan teijadi pada berkas his, namun bisa lebar seperti pada blok cabang berkas bila hambatan ini pada cabang berkas

41 Panduan Pelayanan Medik PAPDI

BlokAV Total {Comply A\�Block): terjadi hambatan total konduksi antara

atrium dan ventrikel. Atrium dan ventrikel masing-masing mempunyai frekuensi sendiri (frekuensi ventrikel < frekuensi atrium)

Keluhan :Sinkop, vertigo, denyut jantung (< 50 kali/menit)

EKG : Disosisasi atrioventrikularDenyut atrium biasanya lebih cepat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG 12 sadapan, Rekaman EKG 24 jam (Holler ECG Monitor), Ekokardiografi, Angiografi koroner, Pemeriksaan elektrofisiologi (Electrophysiology Study)

TERAPI

Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)

Pada keadaan gawat darurat berikan sulfas atropin (SA) 0,5-1 mg IV (total (0,04 mg/ kgBB) jika tidak tidak ada respons berikan drip isoproterenol mulai dengan dosis 1 ug/menit sampai 10 ug/kg /menit secara bertahap. Kemudian lanjutkan dengan pemasangan pacu jantung, sesuai dengan sarana yang tersedia (transcutaneus

temporary pace maker dan transvenous temporary pace maker). Pada

penatalaksanaan selanjutnya dilakukan pemasangan pacu jantung permanen.

BlokAV

Pengobatan hanya diberikan pada penderita yang simtomatik. Walaupun demikian etiologi penyakit dan riwayat alamiah penyakit ikut menentukan tindakan selanjutnya. Bila penyebabnya obat-obatan maka harus dihentikan. Demikian pula bila penyebabnya oleh karena faktor metabolik yang reversibel maka faktor-faktor tersebut juga harus dihilangkan (seperti hipotiroidisme, asidosis, gangguan elektrolit dan sebagainya). Bila penyebab yang mendasarinya diketahui dan bila hal itu bersifat sementara, maka mungkin hanya perlu diberikan pengobatan sementara (pacu jantung sementara) seperti halnya pada infark miokard akut inferior. Pada penderita

yang simptomatik, perlu dipasang pacu jantung permanen.

BlokAV total

Pada keadaan gawat darurat (simptomatik/asimptomatik) berikan sulfas atropin (SA) 0,5-1 mg IV (total 0,04 mg/kgBB), atau isoproterenol. Bila obat tidak menolong, pasang alat pacu jantung sementara, selanjutnya dilakukan pemasangan pacujantung permanen.

KOMPLIKASI

Sinkop, tromboemboli bila disertai takikardia, gagal jantung.

PROGNOSIS

Tergantung penyebab, berat gejala dan respons terapi 42

KaidiolDgL

WEWENANG

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam

RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

UNIT YANG MENANGANI

RS pendidikan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam—Divisi Kardiologi RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

UNIT TERKAIT

RS non pendidikan: Bagian Patologi Klinik, ICCU

REFERENSI

/. Panggabean MM. Bradiaritmia. Dalam. In: Simadibraia M, Setiaii S, Alwi I, Maryantoro, GaniRA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1999.p. 161-5.

2. Karo KS. Disritmia. In: Rilantono LI, Baraas F, Kara KS, Roebiono PS, editors. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. p. 275-88.

3. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. In: SJaifoellah N, Wdspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid /, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1996. p.

1005-14.

43 Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Dalam dokumen Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI 2006 (Halaman 47-53)