• Tidak ada hasil yang ditemukan

Findings from PST #

Dalam dokumen D BING 1107160 Appendix (Halaman 114-117)

Journal Entries Levels

Journal Entry #1 (RTJ-PST2_Entry #1)

Dalam tulisan ini, saya akan mengulas kembali pengajaran saya di kelas yang baru saja selesai. (DW #1_RTJ-

PST2_Entry #1) DW

Ini yang pertama kalinya saya mengajar di kelas XI IPA2 pada hari selasa. Saya merasa sangat gugup karena tadinya saya berangkat dari rumah pagi-pagi untuk menemani partnerku di kelas XI IPS2 karena kebetulan dia mengajar di jam pertama yaitu jam 07.00-08.30 dan saya mengajar di jam kedua di IPA2. Tetapi karena anak kelas IPA2 tidak masuk di jam pertama jadi guru bahasa Inggris meminta saya masuk di kelas mereka. Sebenarnya saya sangat gugup bahkan sejak hari penerimaan. (DialR #1-L3_RTJ-PST2_Entry #1)

DialR-L3

Tetapi saat saya masuk kelas, saya menarik napas panjang. Setelah saya mengucapkan salam saya coba menjalankan rencana pengajaran seperti yang saya sudah siapkan. Awalnya berjalan lancar. Mereka cukup tenang mendengarkan penjelasan materi, saking tenangnya saya jadi bicara sendiri karena mereka tidak merespon sama sekali. Akhirnya untuk mengurangi ketegangan, saya mulai bercanda dan mereka mulai berani tersenyum bahkan ada yang tertawa keras dan mereka juga mulai berani bertanya. (DialR #2-L3_RTJ-PST2_Entry #1)

DialR-L3

Tapi RPP yang saya siapkan tidak berjalan lancar dimana setiap kali saya meminta siswa mengerjakan sesuatu seperti memahami isi bacaan, menulis, atau berbicara mereka hanya diam padahal sebelum saya meminta mereka menulis atau berbicara serta menjelaskan dan memberikan contoh berulang-ulang kali dengan menggunakan media. Mereka sangat bermasalah dengan grammar karena contohnya hanya dua kalimat mereka tulis tidak ada yang benar. Akhirnya saya menjelaskan grammar. Itupun mereka belum bisa juga. Jadi lesson plan benar-benar macet. (DialR #3-L4_RTJ-PST2_Entry #1)

DialR-L4

Saya ingin sekali melihat guru bahasa Inggrisnya mengajar di kelas sebelum saya menggantikannya mengajar tapi sayangnya gurunya tidak mau diobservasi jadi pada pengajaran saya yang pertama ini, tidak ada yang bisa saya banggakan dan yang paling membuat saya merasa buruk adalah hasil tulisan saya di papan tulis sangat jelek dan berantakan. (DialR #4-L5_RTJ-PST2_Entry #1)

DialR-L5 Saya juga tidak yakin apa mereka mengerti dengan materi yang saya bawakan atau tidak. Saya jadi benar-benar

sadar ternyata jadi guru yang bisa membuat siswanya mengerti adalah hal yang paling sulit dilakukan. Yah... paling tidak saya sudah ada keberanian untuk mengajar dan saya bersyukur siswanya cukup tenang. Mungkin karena semua perempuan dan hanya satu laki-laki dan juga jumlahnya hanya 13 orang. (DialR #5-L5_RTJ- PST2_Entry #1)

DialR-L5

Journal Entry #2 (RTJ-PST2_Entry #2)

Dalam pengajaran saya, awalnya saya berpikir bahwa ―oh ternyata kalau kita ngajar dikelas yang siswanya sedikit

dan tenang itu menyenangkan‖. (DesR #1-TL_RTJ-PST2_Entry #2) DesR-TL Inti dari pengajaran saya yang kedua ialah speaking dimana saya masih melanjutkan materi dari pertemuan

pertama tentang ―expressing satisfaction and dissatisfaction―. (DW #2_RTJ-PST2_Entry #2) DW Saya meminta mereka untuk membuat dialog dengan menggunakan expressing satisfaction dan dissatisfaction

setelah saya memberi contoh tapi tidak ada yang melakukannya. Alasanya mereka tidak tahu bagaimana menyusun kalimat. Akhirnya saya menjelaskan tentang subject dan verb dalam sebuah kalimat. Karena mereka sangat bermasalah dengan structure termasuk tidak tahu menyusun kalimat (tidak bisa membedakan kata benda, sifat, dan kata kerja) jadi saya menugaskan mereka dirumah untuk menulis 5 kata sifat, 5 kata benda, dan 5 kata kerja. (DialR #6-L5_RTJ-PST2_Entry #2)

DialR-L5

Pada pertemuan berikutnya saya berencana meminta mereka untuk membuatkan dalam kalimat dari kata sifat,

Sitti Nurfaidah, 2016

EFL PRE-SERVICE TEACHERS’ REFLECTION: A CASE STUDY IN AN INDONESIAN INSTRUCTIONAL CONTEXT

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

380

Journal Entries Levels

sangat mengecewakan karena tidak satu orangpun mengerjakan tugas, padahal menurut saya tugas yang saya berikan itu sangat mudah karena mereka tidak perlu berpikir keras untuk mengerjakannya. Dan yang paling

membuat saya jengkel adalah ketika saya bertanya ― siapa yang tidak mengerjakan tugas?‖ mereka semua angkat

tangan dengan ekspresi yang senang! Untung bukan anakku, kalau ya …huh..sudah saya gantung telinganya! Saya memberikan mereka peringatan bahwa lain kali siapa yang tidak mengerjakan tugas ―keluar saja‖! (DialR #7- L4_RTJ-PST2_Entry #2)

Journal Entry #3 (RTJ-PST2_Entry #3)

Pada pengajaran saya yang ketiga ini adalah writing dimana mereka harus bisa menulis text berbentuk report. Saya

menggunakan media yang di dalamnya sudah ada contoh teks report. (DW #3_RTJ-PST2_Entry #3) DW Salah satu dari rencana pengajaranku adalah meminta mereka untuk mengidentifikasi subject dan kata kerja dalam

text tesebut kemudian menulis kosakata baru yang belum diketahui artinya. Selagi mengerjakan tugas, tiba-tiba ada

siswa yang bicara ‖ Bu, semua kata yang ada dalam teks tidak ada yang kita tahu artinya! Jadi harus kita tulis

semuanya kosakatanya?‖ Saya kaget! Kemudian saya meminta mereka untuk cari di kamus artinya tapi karena

hanya satu orang yang bawa kamus jadi mereka meminta saya mentranslate semua teksnya. Saya merasa sangat marah! (DialR #8-L3_RTJ-PST2_Entry #3)

DialR-L3

Setelah pengajaran saya yang ketiga ini, saya sudah mulai merasa sedikit jengkel karena sepertinya mereka tidak tahu atau mungkin tidak mau menghargai usaha yang sudah saya lakukan mulai dari membuat media, menyiapkan materi dan menjelaskan di depan sampai kering tenggorokanku. Tapi saat itu juga saya mulai memikirkan banyak hal diantaranya: (a) bagaimana caranya agar mereka mengerti materi yang saya sampaikan karena saya menjelaskan juga sampai berbusa-busa mulut mereka tidak mengerti-mengerti juga, (b) bagaimana caranya agar mereka mau melakukan kegiatan yang saya berikan, atau (c) mungkin mereka bosan dengan cara mengajarku yang hanya menggunakan media manual yang di tempel dan tehnik pair work. (DialR #9-L5_RTJ-PST2_Entry #3)

DialR-L5

Dari permasalahan ini, saya masih bingung untuk pengajaran selanjutnya mengingat kondisi kelasnya tidak memungkinkan kita menggunakan media elektronik karena listriknya rusak. Oh Tuhan! Berhubung saya belum punya ide untuk pengajaran selanjutnya saya berencana mereview saja kembali materi yang sudah saya ajarkan. (DialR #10-L5_RTJ-PST2_Entry #3)

DialR-L5

Journal Entry #4 (RTJ-PST2_Entry #4)

Pada pengajaran saya yang keempat ini, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya saya hanya berencana mereview materi yang sudah saya ajarkan. Saya tidak sempat buat media, juga bingung mau buat media yang seperti apa lagi biar beda dan menarik. Oleh karena itu saya hanya berencana mereview saja jadi saya tidak buat

lesson plan dan media. (DialR #11-L3_RTJ-PST2_Entry #4)

DialR-L3 Saya malas karena stress hadapi siswa. Jadi, saya tidak semangat. (DesR #2-L1_RTJ-PST2_Entry #4) DesR-L1 Tapi ketika di kelas, setelah saya mereview saya masih punya banyak waktu. Sambil memeriksa tugas yang saya

berikan tiba-tiba saya ada ide untuk main game dari tugas yang saya berikan. Setiap siswa saya minta menuliskan satu kalimat dari tugas mereka di papan tulis kemudian saya periksa grammarnya. Yang salah kalimatnya diberi hukuman untuk berlomba mengeja beberapa kata yang sudah saya siapkan dan yang paling cepat mengeja dengan

benar saya beri nilai ―plus‖ dan yang masih salah saya berikan lagi hukuman untuk menuliskan kalimat di papan

tulis kemudian saya minta temannya yang sudah benar kalimatnya untuk memeriksa kalimat yang ditulis temannya. (DesR #3-L1_RTJ-PST2_Entry #4)

DesR-L1

Alhamdulillah! Dengan sedikit games kelas jadi hidup (aktif) hari ini. Namun, saya juga sadar bahwa tidak seharusnya seorang guru masuk mengajar tanpa lesson plan atau media. Tapi paling tidak saya jadi tahu bahwa mereka senang dengan game padahal sebelumnya saya berpikir bahwa mereka mungkin tidak cocok dengan game

(mereka pemalu dan cenderung pasif) tapi ternyata tidak. (DialR #12-L5_RTJ-PST2_Entry #4)

DialR-L5 Hal buruk dari pengajaran saya hari ini adalah ketika beberapa siswa sedang aktif mengerjakan hukuman yang

saya berikan, siswa yang lainnya yang tidak mendapatkan hukuman tidak memperhatikan sama sekali. Malah ada satu siswa yang sibuk bercerita dengan temannya dari kelas sebelah di luar. Di depan pintu lagi! Sementara siswa yang lainnya sibuk mengerjakan tugas. (DialR #13-L3_RTJ-PST2_Entry #4)

DialR-L3 Untuk pengajaran saya selanjutnya, pertama-tama saya berencana memberikan game lagi dengan catatan game

yang benar-benar menuntut mereka semua untuk aktif. Khawatirnya kalau ada yang pasif lagi mereka hanya akan mondar-mandir dan tidak memperhatikan. Dan kedua, saya berencana akan meminta teman saya mengamati saya ketika mengajar kemudian dia bisa memberikan saya masukan yang positif mengenai pengajaran di kelas. (DialR #14-L5_RTJ-PST2_Entry #4)

DialR-L5

Journal Entry #5 (RTJ-PST2_Entry #5)

Hari ini yang kelima kalinya saya mengajar. (DW #4_RTJ-PST2_Entry #5) DW Pada pengajaran saya kali ini tidak begitu baik karena lagi kurang sehat dimana hari sebelumnya digantikan oleh

teman saya. Meskipun saya sudah menyiapkan beberapa rencana dan media pengajaran tentang ―expression of

asking and giving opinion‖ tapi setelah di kelas semua persiapan tidak berjalan lancar. Disamping karena siswanya

tidak memiliki motivasi dalam belajar juga karena saya kurang sehat jadi saya akhiri pengajaran lebih cepat.

Sitti Nurfaidah, 2016

EFL PRE-SERVICE TEACHERS’ REFLECTION: A CASE STUDY IN AN INDONESIAN INSTRUCTIONAL CONTEXT

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

381

Journal Entries Levels

(DialR #15-L4_RTJ-PST2_Entry #5)

Saya sangat prihatin dengan keadaan siswa karena mereka begitu malas, tidak ada motivasi sama sekali jadi saya

bingung mau dikasih apa lagi. Kadang saya berpikir ―ya ampun‖ saya harus bagaimana lagi. Dari pertama saya mengajar dan materi apapun yang saya berikan ataupun tehnik, bahkan media sekalipun mereka tidak menunjukkan semangat mau belajar. Saya merasa sangat tidak cukup hanya dengan merefleksi pengajaran sendiri karena metode pengajaran yang saya gunakan menurut saya sudah tepat tapi belum tentu sudah tepat menurut orang lain terlebih lagi guru pamong tidak pernah masuk di kelas selama PPL untuk memberikan feedback. (DialR #16-L5_RTJ-PST2_Entry #5)

DialR-L5

Untuk pengajaran saya selanjutnya adalah analytical exposition text dimana kalau kita mengacu pada silabus,

writing menjadi salah satu skill untuk materi analytical exposition. Tapi karena pengalaman pada pengajaran sebelumnya yaitu report text siswa tidak bisa menulis. Idealnya, siswa harus bisa menghasikan sebuah text

berbentuk report atau analytical exposition text tapi pada kenyataanya jangankan mau menulis teks, simple present

saja tidak tahu. Tapi karena saya harus mengajarkan analytical exposition sesuai yang ada di buku jadi saya coba membuat worksheet (guidance) yang bisa membantu siswa dalam menulis sebuah teks. (DialR #17-L5_RTJ- PST2_Entry #5)

DialR-L5

Journal Entry #6 (RTJ-PST2_Entry #6)

Pada pengajaran saya kali ini, saya sudah menyiapkan worksheet yang saya yakini bisa membantu siswa dalam

menulis sebuah teks analytical exposition. (DesR #4-TL_RTJ-PST2_Entry #6) DesR-TL Saat di kelas, yang saya lakukan tetap seperti biasanya menyalami siswa dan yang tidak pernah saya lupakan

dalam setiap mengajar adalah untuk selalu menjelaskan dan memberi contoh pada siswa sebelum mereka diminta mengerjakan sesuatu. (DW #5_RTJ-PST2_Entry #6)

DW Tapi saat di kelas, belum sampai pada tahap memberikan worksheet saya agak sedikit emosi karena saat saya

bertanya ―tenses apa yang digunakan dalam analytical exposition?‖ mereka tidak tahu dan tidak ada yang

menjawab padahal sebelumnya juga sudah saya ajarkan juga report teks yang tensesnya juga sama. Akhirnya saat itu juga saya hentikan pengajaran dan saya minta mereka untuk membentuk kelompok kemudian saya duduk di antara mereka. (DialR #18-L5_RTJ-PST2_Entry #6)

DialR-L5

Saya mulai bertanya tentang kesulitan mereka dalam belajar bahasa Inggris dengan cara menuliskan lima alasan kenapa bahasa Inggris sangat sulit dipelajari dan saya berharap agar mereka mau sharing tentang kesulitan selama belajar bahasa Inggris. Alhamdulilah… setelah saya menjelaskan panjang lebar mengenai bahasa Inggris, mereka mulai mengungkapkan masalah yang mereka alami. Sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan dalam

grammar dan sangat kurang kosakatanya sehingga mereka tidak bisa speaking, writing, listening dan bahkan

reading karena tidak bisa memahami isi bacaan jadi memang serba sulit kemudian mereka juga menambahkan bahwa guru bahasa Inggrisnya selama ini tidak peduli apakah mereka mengerti atau tidak tapi materi lanjut terus. Dan mereka juga mengatakan kalau saya terlalu cepat menjelaskan padahal selama ini ketika saya bertanya apakah saya terlalu cepat bicara atau tidak mereka hanya mengatakan sudah bagus Bu! (DialR #19-L4_RTJ-PST2_Entry #6)

DialR-L4

Untuk selanjutnya saya akan mengajar dengan metode diskusi dimana saya terlibat bersama mereka, tidak hanya menjelaskan di depan kelas. Mereka mengatakan lebih mengerti ketika saya menjelaskan dalam bentuk diskusi dibandingkan dengan mengajar di depan kelas. Kalau kita bisa membuat siswa mengerti materi yang kita ajarkan tanpa harus berdiri menjelaskan di depan kelas kenapa tidak dicoba? (DialR #20-L5_RTJ-PST2_Entry #6)

Sitti Nurfaidah, 2016

EFL PRE-SERVICE TEACHERS’ REFLECTION: A CASE STUDY IN AN INDONESIAN INSTRUCTIONAL CONTEXT

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

382

Dalam dokumen D BING 1107160 Appendix (Halaman 114-117)