• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fitoterapi Tabir Surya

GANGGUAN KULIT

1. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

13.2.2 Fitoterapi Tabir Surya

1. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

Gambar 13.8 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) (Altaf et al, 2013)

Buah mahkota dewa ditemukan beberapa golongan senyawa metabolit dengan aktivitas antioksidan. Hasil isolasi pada daging buah tanaman fraksi etil asetat memberikan hasil yaitu senyawa asam lemak dan juga senyawa lignan dengan rumus molekul C19H20O6 dan struktur molekul 5-[4(4-methoxyphenyl)-tetrahydrofuro[3,4-c]

Gambar 13.8 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) (Altaf et al, 2013)

Buah mahkota dewa ditemukan beberapa golongan senyawa metabolit dengan aktivitas antioksidan. Hasil isolasi pada daging buah tanaman fraksi etil asetat memberikan hasil yaitu senyawa asam lemak dan juga senyawa lignan dengan rumus molekul C19H20O6 dan struktur molekul 5-[4(4-methoxyphenyl)-tetrahydrofuro[3,4-c] furan-1-yl]-benzene-1,2,3-triol. Asam lemak dan senyawa lignan termasuk golongan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang dapat menangkap gugus radikal bebas (Lisdawati et al, 2006). Dari hasil uji fitokimia mahkota dewa menunjukkan bahwa mengandung metabolit sekunder yaitu golongan flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid (Gangga et al, 2007).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan aktivitas tabir surya didapat dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber menggunakan krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF ditentukan dengan membagi nilai DEM terhadap kulit mencit yang dilindungi tabir surya dengan DEM kulit mencit yang tidak dilindungi tabir surya (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Aktivitas dari tabir surya yang dimiliki oleh ekstrak buah mahkota dewa yaitu karena adanya glikosida benzofenon. Glikosida benzofenon adalah senyawa fenolik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV. Senyawa fenolik dalam tumbuhan berperan dalam melindungi tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

2. Pisang (Musa acuminate L.)

203

(Lisdawati et al, 2006). Dari hasil uji fitokimia mahkota dewa menunjukkan bahwa mengandung metabolit sekunder yaitu golongan flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, steroid/triterpenoid (Gangga et al, 2007).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan aktivitas tabir surya didapat dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara ini vivo pada mencit galur Swiss Weber menggunakan krim ekstrak etanolik buah mahkota dewa. Nilai SPF ditentukan dengan membagi nilai DEM terhadap kulit mencit yang dilindungi tabir surya dengan DEM kulit mencit yang tidak dilindungi tabir surya (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

Aktivitas dari tabir surya yang dimiliki oleh ekstrak buah mahkota dewa yaitu karena adanya glikosida benzofenon. Glikosida benzofenon adalah senyawa fenolik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV. Senyawa fenolik dalam tumbuhan berperan dalam melindungi tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013).

2. Pisang (Musa acuminate L.)

Gambar 13.9 Pisang (Musa acuminate L.) (Nelson et al, 2006)

Kulit pisang mengandung senyawa metabolit yakni flavonoid dan senyawa saponin (Pane, 2013). Dari hasil pemisahan diperoleh dua senyawa hasil isolat yaitu 5,6,7,4’-tetrahidroksi-3,4-flavan-diol dan 2-sikloheksen-1-on-2,4,4-trimetil-3-O-2’-hidroksipropil eter (Atun et al, 2007). Hasil penelitian ekstrak kulit buah pisang dilakukan dengan menentukan tabir surya dari nilai SPF dengan metode spektrofotometri. Aktivitas penangkal radikal bebas ekstrak etanol mempunyai nilai

Gambar 13.9 Pisang (Musa acuminate L.) (Nelson et al, 2006)

Kulit pisang mengandung senyawa metabolit yakni flavonoid dan senyawa saponin (Pane, 2013). Dari hasil pemisahan diperoleh dua senyawa hasil isolat yaitu 5,6,7,4’-tetrahidroksi-3,4-flavan-diol dan 2-sikloheksen-1-on-2,4,4-trimetil-3-O-2’-hidroksipropileter (Atun et al, 2007). Hasil penelitian ekstrak kulit buah pisang dilakukan dengan menentukan tabir surya dari nilai SPF dengan metode spektrofotometri. Aktivitas pe-nangkal radikal bebas ekstrak etanol mempunyai nilai SPF sebesar 16,63. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit buah pisang dapat digunakan sebagai antioksidan dan tabir surya. Disimpulkan dari hasil penelitian bahwa semakin besar aktivitas antioksidan, maka semakin besar nilai SPF (Alhabsyi et al, 2014).Aktivitas antioksidan dihasilkan oleh senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil pada flavonoid. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk donor hidrogen, maka aktivitas antioksi dan senyawa fenolik dapat dihasilkan padareaksi netralisasi radikal bebas yangmengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi (Alhabsyi et al, 2014).

Tanaman Obat Indonesia 2

3. Kencur (Kaempferia galanga L.)

204

bahwa semakin besar aktivitas antioksidan, maka semakin besar nilai SPF (Alhabsyi et al, 2014). Aktivitas antioksidan dihasilkan oleh senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil pada flavonoid. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk donor hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi (Alhabsyi et al, 2014).

3. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Gambar 13.10 Kencur (Kaempferia galanga L.) (Sravanthi et al, 2010)

Rimpang kencur mengandung senyawa metabolit diantaranya minyak atsiri 2,4–3,9% yang terdiri atas etil para metoksi sinamat (30%), sineol, borneol, kamfer, dan pentadekan. Etil para metoksi sinamat merupakan senyawa dari turunan sinamat berfungsi sebagai pengeblok kimia antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya (Soeratri et al, 2005). Kencur memiliki kandungan utama etil para metoksisinamat dengan kadar 10% (Rohmah et al.,2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa etil para metoksi sinamat (EPMS) yang diformulasikan dalam sediaan krim tabir surya, diformulasikan dengan basis berfasa air tidak stabil dalam penyimpanan selama 70 hari pada suhu kamar dan mengalami penurunan kadar secara bermakna pada derajat kepercayaan 0,01 (Soeratri et al, 2005). Hasil nilai SPF dari minyak kencur menunjukkan adanya efek perlindungan terhadap sinar matahari secara in vitro. Namun, dibandingkan dengan oktil metoksisinamat yang sebagai pembanding minyak kencur memiliki efektivitas yang lebih rendah (Wilhelmina, 2011). Dari hasil reaksi bahwa ester p-metoksisinamil p-metoksisinamat dapat digunakan sebagai senyawa potensial sebagai tabir surya (Taufikkurohmah, 2005).

Penelitian yang dilakukan Windono et al. (1997) dilakukan dengan mengisolasi etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan mengukur persentasi transmisi eritema (PTE), persentase transmisi

Gambar 13.10 Kencur (Kaempferia galanga L.) (Sravanthi et al, 2010) Rimpang kencur mengandung senyawa metabolit di antaranya minyak atsiri 2,4–3,9% yang terdiri atas etil para metoksi sinamat (30%), sineol, borneol, kamfer, dan pentadekan. Etil para metoksi sinamat merupakan senyawa dari turunan sinamat berfungsi sebagai pengeblok kimia antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya (Soeratri et al, 2005).Kencur memiliki kandungan utama etil para metoksisinamat dengan kadar 10% (Rohmah et al.,2009).Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa etil para metoksi sinamat (EPMS) yang diformulasikan dalam sediaan krim tabir surya, diformulasikan dengan basis berfasa air tidak stabil dalam penyimpanan selama 70 hari pada suhu kamar dan mengalami penurunan kadar secara bermakna pada derajat kepercayaan 0,01 (Soeratri et al, 2005). Hasil nilai SPF dari minyak kencur menunjukkan adanya efek perlindungan terhadap sinar matahari secara in vitro. Namun, dibandingkan dengan oktil metoksisinamat yang sebagai pembanding minyak kencur memiliki efektivitas yang lebih rendah (Wilhelmina, 2011). Dari hasil reaksi bahwa ester p-metoksisinamil p-metoksisinamat dapat digunakan sebagai senyawa potensial sebagai tabir surya (Taufikkurohmah, 2005).



Penelitian yang dilakukan Windono et al. (1997) dilakukan dengan mengisolasi etil p-metoksi sinamat dari rimpang kencur. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan mengukur persentasi transmisi eritema (PTE), persentase transmisi pigmentasi (PTP), dan Faktor Proteksi Matahari (FPM). Hasil penelitian adalah bahwa etil p-metoksi sinamat aktif sebagai suntan yang menyerap sinar (UV-B) pada konsentrasi 8 dan 10 µg/mL dan proteksi ultra sebagai sunblock pada konsentrasi 8, 10, dan 12 µg/mL. Oktil metoksisinamat tergolong tabir surya yang melindungi kulit dengan menyerap energi radiasi UV. Radiasi yang diserap menyebabkan molekulnya tereksitasi menjadi bentuk yang memiliki energi lebih besar. Ketika molekul kembali dalam keadaan awal, energi akan diemisikan dalam bentuk yang lebih rendah daripada energi yang diserap. Oktil metoksisinamat menyerap sinar UV pada panjang gelombang 290-320 nm pada daerah UVB. Kekuatan penyerapan UV adalah dalam bentuk isomer trans- dan cis- berbeda karena koefisien ekstinsi yang menentukan kekuatan penyerapan UV, bentuk trans- lebih besar daripada bentuk cis-(Wilhelmina, 2011).

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

pigmentasi (PTP), dan Faktor Proteksi Matahari (FPM). Hasil penelitian adalah bahwa etil p-metoksi sinamat aktif sebagai suntan yang menyerap sinar (UV-B) pada konsentrasi 8 dan 10 µg/mL dan proteksi ultra sebagai sunblock pada konsentrasi 8, 10, dan 12 µg/mL. Oktil metoksisinamat tergolong tabir surya yang melindungi kulit dengan menyerap energi radiasi UV. Radiasi yang diserap menyebabkan molekulnya tereksitasi menjadi bentuk yang memiliki energi lebih besar. Ketika molekul kembali dalam keadaan awal, energi akan diemisikan dalam bentuk yang lebih rendah daripada energi yang diserap. Oktil metoksisinamat menyerap sinar UV pada panjang gelombang 290-320 nm pada daerah UVB. Kekuatan penyerapan UV adalah dalam bentuk isomer trans- dan cis- berbeda karena koefisien ekstinsi yang menentukan kekuatan penyerapan UV, bentuk trans- lebih besar daripada bentuk cis- (Wilhelmina, 2011).

4. Teh Hijau (Camellia sinensis L.)

Gambar 13.11 Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan teh hijau mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan kuinon (Maulida, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan nilai sun Protection Factor (SPF) dilakukan secara in vitro. Dari hasil pengukuran nilai SPF bahwa tidak menunjukkan efek tabir surya. Sedangkan oktil metoksisinamat dikombinasikan dengan ekstrak daun teh hijau menghasilkan nilai SPF yang cukup besar, yaitu menunjukkan efek tabir surya (Setiawan, 2010). Pemberian ekstrak teh hijau secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Soenarjady, 2014). Kemampuan polifenol dalam teh hijau dapat menstabilkan UV filter organik. UV filter organik seperti oktil metoksisinamat berupa senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus para dan orto antara gugus penerima elektron dan gugus pelepas elektron sehingga terjadi delokalisasi dan perpindahan elektron dari gugus yang melepaskan elektron ke gugus penerima elektron (Setiawan, 2010).

Gambar 13.11Teh (Camellia sinensis L.) (Namita et al, 2012)

Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan teh hijau mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan kuinon (Maulida, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF) dilakukan secara in vitro. Dari hasil pengukuran nilai SPF



bahwa tidak menunjukkan efek tabir surya. Sedangkan oktil metoksisinamat dikombinasikan dengan ekstrak daun teh hijau menghasilkan nilai SPF yang cukup besar, yaitu menunjukkan efek tabir surya (Setiawan, 2010). Pemberian ekstrak teh hijau secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Soenarjady, 2014). Kemampuan polifenol dalam teh hijau dapat menstabilkan UV filter organik. UV filter organik seperti oktil metoksisinamat berupa senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus para dan orto antara gugus penerima elektron dan gugus pelepas elektron sehingga terjadi delokalisasi dan perpindahan elektron dari gugus yang melepaskan elektron ke gugus penerima elektron (Setiawan, 2010).

5. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

5. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008)

Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air, serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya dari sinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013).

6. Jagung (Zea mays L.)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008) Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air, serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometriUV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai

Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam

bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya darisinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013).

6. Jagung (Zea mays L.)

206

Gambar 13.12 Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) (Bhattacharyya, 2008)

Kandungan senyawa metabolit yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air, serat kasar, karbohidrat, protein, enzim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tanin (Damogalad et al, 2013). Dari hasil penelitian bahwa penentuan efektivitas dan kemampuan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan spektrofotometri UV-Vis. Kandungan kimia dalam kulit nanas yaitu flavonoid dan tanin bekerja sebagai bahan aktif tabir surya (Damogalad et al, 2013). Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya dari sinar sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Tanin merupakan senyawa antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang diakibatkan oleh paparan radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi resiko kanker kulit dan penuaan dini (Damogalad et al, 2013).

6. Jagung (Zea mays L.)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Gambar 13.13 Jagung (Zea mays L.) (Kumar et al, 2013)

Penelitian membuktikan bahwa ekstrak tongkol jagung memiliki kandungan fenolik. Ekstrak tongkol jagung dengan etanol 80% (E80) menunjukkan kandungan fenolik tertinggi diikuti dengan ekstrak E60, E40 dan E20 (Lumempouwa et al., 2012). Ekstrak E80 memiliki kemampuan sebagai bahan aktif tabir surya yang paling baik, dengan nilai SPF lebih tinggi daripada ekstrak E60, E40, dan E20. Ini menunjukkan bahwa kandungan fenolik yang tinggi meningkatkan nilai SPF. Kandungan senyawa fenolik terbukti mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat efek induksi dari radiasi UV. Penentuan efektivitas anti UV-B dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro menggunakan sinar UV-Vis pada panjang gelombang 290 sampai 320 nm (sesuai panjang gelombang UV-B) (Lumempouwa et al., 2012).

Penelitian lain menjelaskan bahwa ekstrak tongkol jagung dengan pelarut etil asetat memiliki nilai SPF lebih tinggi dibandingkan ekstrak dengan pelarut etanol 70%, n-heksan dan butanol. Analisis kandungan total fenolik dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fraksi fenolik tongkol jagung dapat berperan sebagai antioksidan dan sekaligus sebagai tabir surya (Wungkana et al., 2013).

13.3 DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, N., Hisham, J., Khan, H., Khan, B., Mahmood, T., Saeed, T., 2012, Whitening and Antierythemic effect of a cream containingMorus alba extract, Hygeia.J.D.Med.vol.4 (1), April 2012 – Sept.2012.

Alhabsyi, D.F, E. Suryanto & D.S. Wewengkang. 2014. Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya PadaEkstrak Kulit Buah Pisang Goroho (Musa Acuminate L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3(2) : 2302-2493.

Altaf, R., Asmawi, M. Z. B., Dewa, A., Sadikun, A., Umar, M. I. 2013. Phytochemistry and medicinal properties of Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts. PharmacognosyReviews. 7(13): 73–80. http:// doi.org/10.4103/0973-7847.112853

Arini, R., 2013, Korelasi Daya Hambat Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Aktivitas Tirosinase secara In Vitro dengan Hambatan Pembentukan Melanin pada Ikan Mas Hitam, Skripsi, Univeritas Surabaya.

Aruna, G., Yerragunt, V.G., Raju, A.B. 2012. Photochemistry And Pharmacology of Raphanus sativus. International Journal Of Drug Formulation And Research. Jan-Feb 2012; 3(1): 43-52.

Arung, E., Shimizu, K., Kondo, R., 2006, Inhibitory Effect of Artocarpanone from Artocarpus heterophyllus onMelanin Biosynthesis, Biol. Pharm. Bull. 29(9) 1966—1969.

Astuti, I.Y & D. Setiawan. 2010. Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea Americana Mill) YangDikombinasikan Dengan Ekstrak Lidah Buaya Sebagai Bahan AktifLosio Tabir Surya. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Atun, S., R. Arianingrum, S. Handayani, Rudyansah & M. Garson. 2007. Identification And Antioxidant Activity Test Of Some Compounds From Methanol Extract Peel Of Banana (Musa paradisiaca Linn.). Indo. J. Chem. Vol. 7(1) : 83-87.

Bhattacharyya, B.K. 2008. Bromelain: An Overview. Natural Product Radiance. 7(4): 359-363.

Chang, T.S. 2009. An Updated Review of Tyrosinase Inhibitors. International Journal of Molecular Sciences. Vol 10 : 2440-2475.

Chih-Yu, L., Po-Len, L., Li-Ching, L., Yen-Ting, C., You-Chen, H., 2013, Antimelanoma and Antityrosinase fromAlpinia galangal Constituents, The Scientific World Journal, Volume 2013, Article ID 186505, 5 pages.

Chudiwal, A.K., Jain, D.P., Somani, R.S. 2010. Alpinia galangaWilld.–An overview on phyto-pharmacological properties. Indian Journal of Natural Products and Resources. Jun 2010; 1(2): 143-149.

Damogalad, V., H.J. Edy & H.S. Supriati. 2013. Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas(Ananas Comosus L Merr) Dan Uji In Vitro NilaiSun Protecting Factor (Spf). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2(2) : 39-45.

Devi, B., Sharma, N., Kumar, D., Jeet, K., 2013, Morus Alba Linn: A Phytopharmacological Review, Int J Pharm Pharm Sci, Vol 5, Suppl 2, 14-18.

Dutra, E.A, D.A.G.C. Oliveira, E.R.M. Kedorhackmann & M.I.R.M.Santoro. 2004. Determination of sun protection factor (SPF) of sunscreens by ultravioletspectrophotometry. Journal of Pharmaceutical Sciences. Vol. 40(3) : 381-385.

Elevitch C.R., dan Manner, H.I. Artocarpus heterophyllus (jackfruit). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Apr 2006; 1(1): 1-17.

Gangga, E., H. Asriani & L. Novita. 2007. Analisis Pendahuluan Metabolit Sekunderdari Kalus Mahkota Dewa(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 5(1) : 17-22.

Gutierrez, R., dan Prez, R., 2004, Raphanus sativus (Radish): Their Chemistry and Biology, TheScientificWorldJOURNAL, (2004) 4, 811–837.

Hakim, E. H., Y. M. Syah, L. D. Juliawati & D. Mujahidin. 2008. Aktifitas Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase Beberapa Stilbenoid dari Tumbuhan Moraceae dan Dipterocarpaceae yang Potensial untuk Bahan Kosmetik. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 13 (2).

Irianti, T., Fakhrudin, N., Hartono, S., 2008, Perbandingan Inhibisi Ekstrak Air Daun Teh (Camellia sinensis(L) O.K.) terhadap Vitamin C pada Fotodegradasi Tirosin yangDiinduksi Ketoprofen dan Kandungan Fenolik Totalnya, Majalah Obat Tradisional, Volume 13, Issue 45. Jaju, S., Indurwade, N., Sakarkar, D., Fuloria, N, Ali, M., 2009, Galangoflavonoid

Isolated from Rhizome of Alpiniagalanga (L) Sw (Zingiberaceae), Trop J Pharm Res, December 2009; 8 (6): 5 45.

Jakmatakul, R., Suttisri, R., Tengamnuay, P., 2009, Evaluation of antityrosinase and antioxidant activities ofRaphanus sativus root: comparison betweenfreeze-dried juice and methanolic extract, Thai J. Pharm. Sci. 33 (2009) 22-30.

Ji-Young, M., Eun-Young, Y., Gwanpil, S., Nam, H., Chang-Gu, H., 2010, Screening of elastase and tyrosinase inhibitoryactivity from Jeju Island plants, EurAsia J BioSci, 4, 41-53.

Kamkaen, N., Mulsri, N., Treesak, C., 2007, Screening of Some Tropical Vegetables forAnti-tyrosinase Activity, Thai Pharm Health Sci J, 2007;2(1):15-19.

Kumar, D., dan Jhariya, A.N. 2013. Nutritional, Medicinal and Economical importance of Corn: A Mini Review. Research Journal of Pharmaceutical Sciences. 2(7): 7-8.

Kuo-Hsien, W., Rong-Dih, L., Feng-Lin, H., Yen-Hua, H., Hsien-Chang, C., 2006, Cosmetic applications of selected traditionalChinese herbal medicines, Journal of Ethnopharmacology 106 (2006) 353–359.

Lisdawati, V., L. Broto & S. Kardono. 2006. Aktivitas Antioksidan Dari Berbagi Fraksi Ekstrak Daging Buah dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Media Litbang Kesehatan XVI. Nomor 4 Tahun 2006. Lumempouwa, L. I., Edi S., & Jessy J.E. P. 2012. Aktivitas Anti UV-B Ekstrak

Fenolik dari Tongkol Jagung (Zea mays L.). Jurnal Mipa Unsrat Online Vol. 1. No.1: 1-4.

Maulidia, O. S. 2010. Uji Efektivitas dan Fotostabilitas Krim Ekstrak Etanol 70% Teh Hitam (Camellia Sinensis L.) sebagai Tabir Surya secara In Vitro. Skripsi Program Studi Farmasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Miljkovic, V.M., Nikolic, G.S., Nikolic, L.B., Arsic, B.B. Morus Species Through Centuries In Pharmacy And As Food. Advanced Technologies. 2014; 3(2): 111-115.

Namita, P., Mukesh, R., Vijay, K.J. 2012. Camellia sinensis (Green Tea): A Review. Global Journal of Pharmacology. 6(2): 52-59.

Nelson, S.C., Ploetz, R.C., Kepler, A.K. 2006. Musa species (banana and plantain). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. 2(2): 1-33. No, J., Soung, D., Kim, Y., Shim, K, Jun, Y., 1999, Inhibition of tyrosinase by

green tea components, Life Sci. 1999;65(21):PL241-6.

Pane, E.R. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak MetanolKulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum). Valensi. Vol. 3(2) : 76-81. Panich, U., Kongtaphan, K., Onkoksoong, T., Jaemsak, K., Phadungrakwittaya,

R., 2010, Modulation of antioxidant defense by Alpinia galanga and Curcuma aromatica extracts correlates with their inhibition of UVA-induced melanogenesis, Cell Biology and Toxicology, April 2010, Volume 26, Issue 2, pp 103-116.

Prakash, O., Kumar, R., Gupta, R., 2009, Artocarpus heterophyllus (Jackfruit): An overview, Phcog Rev, 3:353-8

Putri W.S., F. M. T. Supriyanti, Zackiyah. Penentuan Aktivitas dan Jenis Inhibisi Ekstrak Metanol Kulit Batang Artocarpus heterophyllus Lamk Sebagai Inhibitor Tirosinase. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Vol. 1 (1) : 94-99.

Rohmah, J., Titik T., & Hadi P. 2009. Optimasi Suhu Sintesis Isoamil Metoksisinamat Melalui Reaksi Transesterifikasi dari Etil P-Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa. Surabaya.

Sandeep, K., Nisha, Shweta, Archana, 2012, Green Tea Polyphenols: Versatile Cosmetic Ingredient, IJARPB, 2012; Vol.1 (3): 348- 362. Sang-Hee, L., Sang-Yoon, C., Hocheol, K., Jae-Sung, H., Byeong-Gon, L.,

2002, Mulberroside F Isolated from the Leaves of Morus alba Inhibits MelaninBiosynthesis, Biol. Pharm. Bull. 25(8) 1045—1048.

Sangsrichan, S., dan Ting, R., 2010, Antioxidation and Radical Scavenging Activities andTyrosinase Inhibition of Fresh Tea Leaves, Camellia Sinensis, Sci. J. UBU, Vol. 1, No. 1 (January-June, 2010) 76-81.

Setiawan, T. 2010. Uji Stabilitas dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya yang Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Oktil Metoksisinamat dan Titanium Dioksida. Skripsi. Universitas Indonesia. Shimogaki, H., Tanaka, Y., Tamai, H., Masuda, M., 2000, In vitro and in vivo

evaluation of ellagic acid on melanogenesis inhibition, Int J Cosmet Sci. 2000 Aug;22(4):291-303.

Shovyana, H.H. & A.K. Zulkarnain. 2013. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim w/ o Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa[Scheff.] Boerl.) Sebagai Tabir Surya. Traditional Medicine Journal. Vol. 18(2) : 109-117.

Soekamto, N.H., S. A. Achmad, E. L. Ghisalberti, N. Aimi, E.H. Hakim, Y.M. Syah. Beberapa Senyawa Fenol dari Tumbuhan Morus macrora Miq. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 8 (1) : 35-40.

Soenarjady, H.W. 2014. Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dapat Mencegah Penurunan JumlahKolagen Dermis Dan Peningkatan EkspresiMatriks Metalloproteinase-1 Pada Mencit Balb-C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B. Tesis. Universitas Udayana.

Soeratri, W., N. Ifansyah & D. Fitrianingrum. 2005. Penentuan Stabilitas Sediaan Krim Tabir Surya Dari BahanEkstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Berk. Penel. Hayati. 10 : 103-105.

Somman, A., dan Siwarungson, N., 2014, Comparison Of Antioxidant Activity And Tyrosinase InhibitionIn Fresh White Radish, Garlic And Ginger, 2ndInternational Conference on Innovation Challenges In Multidisciplinary Research & Practice, December 17-18, 2014. ICMRP © 2014 Kuala Lumpur, Malaysia.

Sravanthi, C.K., Manthri, S., Srilakshmi, Ashajyothi, V. 2010. Wound Healing Herbs – A Review. International Journal of Pharmacy and Technology. 2(4): 603-624.

Sukandar, E.Y, R. Andrajati, J. Sigit, K. Adnyana, A.P. Setiadi & Kusnandar. 2011. Iso Farmakoterapi. Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta. Taufikkurohmah, T. 2005. Synthesis Of Methoxy-Cynnamil- P-MetoxycinamateFrom Ethyl P-Methoxycinamat Was Isolated From Dried RhizomeKaempferia Galanga L As Sunscreen Compound. Indo. J. Chem. Vol. 5(3) : 193-197.

Weerapreeyakul, N., Seebundit, K., Pra-yong, P., 2012, Antioxidative and Tyrosinase Inhibitory Activitiesof Indigenous Plants, KKU Sci. J. 40(2) 572-583.

Widyaningrum, Naniek. Epigallocatehin-3-Gallate (EGCG) Pada Daun Teh Hijau Sebagai Anti Jerawat. Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 17 (3) : 95-98

Wihelmina, C. E. 2011. Pembuatan Dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi Tabir Surya Menggunakan Minyak Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai Fase Minyak. Skripsi Program Studi Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Wikipedia, diambil dari: URL: .https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang. diakses 18 Juli 2016.

Windono, T., Jany, & Widji, S. 1997. Aktivitas Tabir Matahari Etil