Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepa L.) (Joshi et al, 2014)
3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T.Nees) Blume.)
154
2. Bawang Merah (Allium cepa L.)
Gambar 11.2 Bawang Merah (Allium cepa L.) (Joshi et al, 2014)
Menurut (Hatijah et al., 2014), bawang merah mengandung zat aktif minyak atsiri yang terdiri dari kaemferol, sikloaliin, kuersetin, metilaliin, dan floroglusin. Minyak atsiri tersebut mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat di rongga mulut penyebab karies pada gigi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Surono (2013), diketahui bahwa bawang merah memiliki kemampuan dalam melawan bakteri S.aureus. Menurut Hatijah et al., (2014), kandungan minyak atsiri dari umbi lapis bawang merah (Allium cepa L.) memiliki sifat bakterisida (membunuh bakteri) Streptococcus mutans penyebab karies gigi dengan membentuk zona bening sebesar 23,7 mm pada inkubasi 24 jam kemudian diameter meningkat menjadi 24,6 mm setelah diinkubasi 48 jam (Hatijah et al., 2014).
3. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees &T.Nees) Blume.)
Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). www.wikipedia.org. [11 April 2016]
Daun dan kulit batang Cinnamomum burmannii mengandung flavonoida, minyak atsiri, dan saponin. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya juga mengandung alkaloida dan polifenol (Angelica, 2013). Ekstrak etanol daun kayu manis dapat menghambat baik Escherichia coli maupun Staphylococcus
Gambar 11.3 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). www.wikipedia.org. [11 April 2016]
Daun dan kulit batang Cinnamomum burmannii mengandung flavonoida, minyak atsiri, dan saponin. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya juga mengandung alkaloida dan polifenol (Angelica, 2013).Ekstrak etanol daun kayu manis dapat menghambat baik Escherichia coli maupun Staphylococcus aureus, sedangkan ekstrak etanol kulit batang kayu manis hanya dapat menghambat Staphylococcus aureus (Angelica, 2013).
4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Staphylococcus aureus (Angelica, 2013).
4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)
Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E. coli (Gunawan et al., 2008).
5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)
Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)
Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoide lactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain
Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011) Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E.coli (Gunawan et al., 2008).
Tanaman Obat Indonesia 2
5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)
155
4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Gambar 11.4 Meniran (Phyllanthus niruri L.) (Paithankar et al, 2011)
Herba meniran ini mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu diantaranya monoterpenoid linalool, diterpenoid, hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin, dan triterpenoid glikosida (Gunawan et al., 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, herba meniran mengandung dua senyawa terpenoid yakni diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan, dimana campuran kedua senyawa ini aktif terhadap S. aureus dan E. coli (Gunawan et al., 2008).
5. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. Ex Ness)
Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014)
Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoide lactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain
Gambar 11.5 Sambiloto (Andrographis paniculata) (Hossain et al, 2014) Kandungan senyawa utama dari daun sambiloto adalah diterpenoidelactones (andrographolid), farnesols, paniculides, dan flavonoid. Dari berbagai penelitian, kandungan yang dipercaya dapat melawan penyakit adalah andrographolide. Selain itu, pada daun sambiloto mengandung alkaloid, saponin, dan tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada daun adalah paniculin, lactone, dankalmegin. Berdasarkan aktivitas farmakologi disebutkan bahwa daun sambiloto mempunyai sifat sebagai analgesik, antimalaria, antiinflamasi, antiviral, antibakteri, hepatoprotektif, imunostimulator, kardiovaskular, dan antikanker (Sawitti et al., 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawitti et al (2013) dapat disimpulkan bahwa perasan daun sambiloto (Andrographispaniculata Nees) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri E.coli secara in vitro dan ada kecenderungan meningkatnya konsentrasi perasan daun sambiloto dapat meningkatkan zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Saponin yang terkandung dalam daun sambiloto merupakan glikosida yang bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas membran sel bakteri. Sementara flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.
Pemanfaatan dan Data Ilmiah Sebagai Sediaan Obat Bahan Alam
Senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak membran sel bakteri.Sedangkan, alkaloid yang terkandung dalam daun sambiloto dapat menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri.Selain itu, ekstrak daun sambiloto terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureusditandai dengan meningkatnyalimfosit dan perbaikan hati, jaringan paru-paru, dan ginjal pada mencit sebagai hewan percobaan (Sawitti et al., 2013).
6. Sirsak (Annona muricata L.)
156
aktivitas farmakologi disebutkan bahwa daun sambiloto mempunyai sifat sebagai analgesik, antimalaria, antiinflamasi, antiviral, antibakteri, hepatoprotektif, imunostimulator, kardiovaskular, dan antikanker (Sawitti et al., 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawitti et al (2013) dapat disimpulkan bahwa perasan daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro dan ada kecenderungan meningkatnya konsentrasi perasan daun sambiloto dapat meningkatkan zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli secara in vitro. Saponin yang terkandung dalam daun sambiloto merupakan glikosida yang bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas membran sel bakteri. Sementara flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak permeabilitas inding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.
Senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak membran sel bakteri. Sedangkan, alkaloid yang terkandung dalam daun sambiloto dapat menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri. Selain itu, ekstrak daun sambiloto terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureus ditandai dengan meningkatnya limfosit dan perbaikan hati, jaringan paru-paru, dan ginjal pada mencit sebagai hewan percobaan (Sawitti et al., 2013).
6. Sirsak (Annona muricata L.)
Gambar 11.6 Sirsak (Annona muricata L.) (Moghadamtousi et al, 2015)
Pada daun sirsak mengandung saponin, tannin, flavonoid, alkaloid yang mana senyawa ini berfungsi sebagai desinfektan dan antiseptik sehingga dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan
Gambar 11.6 Sirsak (Annona muricata L.) (Moghadamtousi et al, 2015) Pada daun sirsak terkandung saponin, tannin, flavonoid, alkaloid yang dapat berfungsi sebagai desinfektan dan antiseptik sehingga dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan sebagai antibakteri khususnya untuk mengatasi diare (Sari et al., 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sari et al (2010) dilakukan uji skrining fitokimia terhadap ekstrak daun sirsak. Daun sirsak terbukti mengandung senyawa polifenol dan alkaloid. Aktivitas antibakteri dari infusa
daun sirsak juga diuji pada media yang ditumbuhi E. coli dan S. aureus. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infusa daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus (Sari et al., 2010).