• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BOGOR

5.5. Aspek Keuangan dan Lain-Lain

5.5.5. Fluktuasi Usaha

Tingkat pendapatan PKL rata-rata per hari tergantung pada waktu. Pada hari-hari biasa, tingkat pendapatan mereka sangat minim, tetapi pada hari-hari libur atau pada waktu ada keramaian, tingkat pendapatan mereka akan naik tajam. Untuk mengetahui fluktuasi kegiatan usaha PKL pada ketiga tipologi, responden diminta memberikan penilaian terhadap kegiatan usahanya selama 12 bulan terakhir (D11). Dalam penilaian ini, responden memberikan nilai 1 untuk bulan dengan minimum kegiatan, 2 untuk rata-rata dan 3 untuk kegiatan maksimal. Hasil analisis fluktuasi usaha disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Fluktuasi Kegiatan PKL selama 12 Bulan Terakhir

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari Gambar 13 nampak bahwa kegiatan PKL sangat fluktuatif setiap bulannya. Pada bulan Januari kegiatan berlangsung di atas rata-rata, kemungkinan terkait dengan meningkatnya kebutuhan di awal tahun. Pada bulan Pebruari mengalami penurunan drastis dan mulai meningkat lagi sampai Mei dan puncaknya dicapai pada bulan Desember (akhir tahun). Analisis menggunakan regresi linier menghasilkan persamaan y = 0.004x + 2.002 (R2 = 0.057) dengan

nilai R2 = 0,057 (kecil) dan datar. Hal ini dapat diartikan bahwa sebenarnya kegiatan tersebut berada di sekitar angka rata-rata tertentu sepanjang tahun.

5.5.6. Pengeluaran

Analisis lebih mendalam tentang kondisi keuangan dilakukan terhadap komponen pengeluaran yang terdiri dari biaya operasional, biaya resmi dan biaya tidak resmi. Penilaian dilakukan per hari dan dikonversi menjadi per bulan karena beberapa komponen dibayarkan bulanan. Selain itu juga dilakukan pembagian antara perhitungan yang menggunakan tenaga kerja (dan bonus) dengan yang tanpa biaya tenaga kerja (dan bonus). Pembedaan ini diperlukan terkait hasil pada Tabel 85, dimana hanya sebagian PKL yang menggunakan tenaga kerja, sementara mayoritas tidak menggunakan tenaga kerja. Bila PKL menggunakan tenaga kerja maka komponen bonus akan dimasukkan dan sebaliknya jika tidak. Hasil analisis rata-rata item pengeluaran responden disajikan pada Tabel 97.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran PKL yang menggunakan tenaga kerja adalah Rp 4.601.342,- dan yang tidak menggunakan tenaga kerja sebesar Rp 2.525.820,-. Pada PKL yang menggunakan tenaga kerja, komponen terbesar pengeluaran adalah upah dan gaji pekerja yaitu sebesar 27,09 %, sedangkan pada PKL yang tidak menggunakan tenaga kerja komponen terbesar adalah kuli angkut yaitu 22,78 %. Pengamatan lebih mendalam menunjukkan bahwa komponen biaya resmi (kebersihan dan restribusi) lebih kecil dibandingkan biaya tidak resmi (keamanan).

Hasil ini mengindikasikan bahwa banyak pihak luar yang mengambil keuntungan dari keberadaan PKL. Biaya keamanan yang dimasukkan ke dalam komponen tidak resmi dapat berupa biaya untuk preman, satpam setempat, oknum satpol PP, oknum desa atau kecamatan dan sebagainya. Istilah keamanan dapat merujuk pada pengertian keamanan dari pencurian, tindakan penggusuran dan sebagainya. Implikasi bagi kebijakan adalah seharusnya biaya tidak resmi dapat diturunkan atau dihilangkan agar PKL mendapat keuntungan yang layak dan jika perlu dikonversi ke biaya resmi sehingga pendapatan pemerintah lebih besar untuk tujuan pembangunan.

Tabel 97. Rata-rata PengeluaranBulanan Responden

No. Komponen Biaya

Dengan Tenaga dan Bonus (Rp) % Tanpa Tenaga dan Bonus (Rp) % Biaya Operasional

1. Upah dan gaji pekerja 1.246.522 27,09 - - 2. Jaminan sosial (asuransi yang

berhubungan dengan pekerja, misalnya : jamsostek, asuransi jiwa dan kesehatan) jika ada

615.000 13,37

3. Bonus pekerja 214.000 4,65

4. Minyak tanah/LPG 243.172 5,28 243.172 9,63

5. Air 98.333 2,14 98.333 3,89

6. Listrik 78.696 1,71 78.696 3,12

7. Sewa tempat (lapak) dan peralatan 193.588 4,21 193.588 7,66 8. Transportasi 357.807 7,78 357.807 14,17 9. Makan 508.750 11,06 508.750 20,14 10. Komunikasi (HP, telp.) 166.750 3,62 166.750 6,60 11. Kuli angkut 575.455 12,51 575.455 22,78 12. Biaya perbaikan dan

pemeliharan fasilitas usaha

166.583 3,62 166.583 6,60

Biaya Resmi

13. Kebersihan 46.686 1,01 46.686 1,85

14. Retribusi 90.000 1,96 90.000 3,56

Biaya Tidak Resmi

15. Keamanan 480.000 10,43 480.000 19,00

Total 4.601.342 100,00 2.525.820 100,00

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Usaha PKL menjadi mata pencaharian utama bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Untuk mengetahui keuntungan/profit PKL maka responden diberi pertanyaan mengenai berapa besar penghasilan yang dibawa pulang (D16), yang dalam konteks ekonomi dapat dikatakan sebagai net profit atau pendapatan bersih. Dengan kelemahan PKL yang tidak memiliki pembukuan yang jelas (Tabel 93) maka mereka tidak melakukan perhitungan profit bulanan, tetapi profit harian. Dengan demikian maka pengukuran terhadap pertanyaan tersebut adalah harian, yang hasil analisisnya disajikan pada Tabel 98.

Tabel 98. Penghasilan Yang dibawa Pulang Harian

No. Tipologi Penghasilan Yang dibawa Pulang Harian Rata-rata (Rp)

1. Pasar tumpah 85.132

2. Pasar sayur malam 81.500

3. Pasar kuliner 110.485

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Penghasilan yang dibawa pulang harian adalah saldo uang atau kas harian setelah dikurangi pengeluaran-pengeluaran dan modal operasional harian atau harga beli barang yang terjual (penghasilan harian yang dibawa kerumah).

Analisis terhadap tiga tipologi yang dikaji menunjukkan tipologi pasar kuliner memiliki pendapatan bersih rata-rata tertinggi yaitu sebesar Rp 110.485,- diikuti oleh pasar tumpah Rp 85.132,- dan pasar sayur malam Rp 81.500,-. Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Suharto (2003) yang mengkaji sektor informal di Bandung, dimana sektor informal dibagi menjadi sektor pangan, barang dan jasa. Kisaran pendapatan yang digunakan adalah interval Rp 10.000,- dari mulai kisaran terendah Rp 0,- sampai Rp 10.000,- hingga kisaran tertinggi lebih dari Rp 40.000,-. Suharto (2003) menemukan bahwa sektor barang (pasar tumpah dan sayur malam) memiliki pendapatan lebih tinggi dibandingkan sektor pangan (dalam hal ini pasar kuliner). Perbedaan ini terkait dengan perbedaan nilai uang tahun 2002 dan tahun 2011 dimana penelitian ini berlangsung.

Penghasilan yang dibawa pulang harian rata-rata di atas tidak dapat diartikan bahwa tipologi pasar kuliner lebih menguntungkan dibandingkan dua tipologi lainnya. Hasil di atas bersifat deskriptif dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan kelayakan usaha menurut tipologi PKL. Studi kelayakan akan lebih baik jika memperhitungakan resiko dengan menggunakan analisis sensitivitas. Mengingat tidak adanya data yang valid dari Pemerintah Kota Bogor maka studi tersebut sebaiknya menggunakan data primer dengan jumlah sampel lebih besar.

Sebagian besar penghasilan yang dibawa pulang digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan pengeluaran rumah tangga lainnya. Dalam penelitian ini pengukuran pengeluaran rumah tangga didekati dengan kebutuhan konsumsi harian karena konsumsi merupakan komponen terbesar pengeluaran rumah

tangga. Hasil analisis pengeluaran rumah tangga (D17) disajikan pada Tabel 99. Tabel 99. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT) Harian

No. Tipologi Pengeluaran Konsumsi RT Harian

Rata-rata (Rp)

1. Pasar tumpah 36.711

2. Pasar sayur malam 30.000

3. Pasar kuliner 35.900

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi harian rata-rata pasar tumpah (Rp 36.711,-) lebih besar dibandingkan pasar kuliner (Rp 30.000,-) dan pasar sayur malam (Rp 35.900,-). Namun demikian, jumlah pengeluaran konsumsi sebenarnya tergantung pada jumlah anggota keluarga. Semakin banyak tanggungan keluarga maka akan semakin besar pengeluaran konsumsi yang diperlukan.

Kombinasi Tabel 98 dan Tabel 99 menghasilkan pendapatan bersih (Penghasilan – Konsumsi RT) harian PKL di kota Bogor (Tabel 100). Tabel 100 menunjukkan bahwa pasar kuliner memiliki pendapatan bersih harian tertinggi (Rp 74.585,-) dibandingkan pasar sayur malam (Rp 51.500,-) dan pasar tumpah (Rp 48.421,-). Perhitungan ini masih kasar karena belum dikurangi pengeluaran-pengeluaran lain, tetapi setidaknya mengindikasikan bahwa usaha PKL mampu memberikan pendapatan yang mencukupi bagi para pelakunya.

Tabel 100. Pendapatan bersih PKL Harian Rata-rata

No. Tipologi Rerata

Pendapatan (Rp) Rerata Konsumsi Rumah Tangga (Rp) Net (Rp) 1. Pasar tumpah 85.132 36.711 48.421

2. Pasar sayur malam 81.500 30.000 51.500

3. Pasar kuliner 110.485 35.900 74.585

Sumber : Data primer 2011 (diolah)