• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Proses Pengembangan Masyarakat

Maksud pemberdayakan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (tujuan umum). Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama dilibatkan dalam :

a. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensi serta peluang. b. Menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian. c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok.

d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus-menerus (Monitoring dan Evaluasi Partisipatif ).

Pelaksanaan tahap-tahap di atas sering bersamaan dan lebih bersifat proses yang diulangi terus-menerus. Pengembangan masyarakat kerapkali dilakukan melalui pendekatan kelompok dimana anggota bekerjasama dan berbagi pengalaman dan pengetahuan. Untuk pengembangan kelompok ada kegiatan-kegiatan khusus yang berjalan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan lain. Berkaitan dengan pengembangan masyarakat untuk mandiri dalam meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pendampingan kelompok adalah mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.

mendukung diskusi antara masyarakat dan memudahkan proses pengembangan masyarakat. Melalui teknik-teknik tersebut, diharapkan bahwa proses kajian, penyusunan rencana kegiatan, penerapan, monitoring dan evaluasi dilakukan secara sistematis. Teknik-teknik kajian yang sering digunakan antara lain

Participatory Rural Appraisal (PRA). Monitoring dan evaluasi merupakan suatu tahap yang sangat penting untuk memperbaiki proses secara terus-menerus agar tujuan dapat tercapai. Aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 'proses', 'pencapaian' dan 'dampak' proses pengembangan masyarakat.

Dengan perubahan paradigma pembangunan di atas, model pengembangan masyarakat semakin banyak diadopsi oleh peneliti dalam upaya mengembangkan komunitas. Model ini digunakan untuk pengembangan masyarakat mulai dari masyarakat industri, kehutanan, pedesaan, pertanian, nelayan, maupun manajemen sumber daya alam. Ashby dan Sperling (1995), Child (1996), Colchester (1994), Corbridge dan Jewitt (1997) telah menggunakan model pengembangan masyarakat untuk melibatkan masyarakat dalam sistem manajemen hutan. Davos (1998), Christie dan White (1997), ICLRAM dan NSC (1997) telah menggunakan model ini untuk menganalisis manajemen masyarakat nelayan dan perikanan. Gubbels (1997), Hirashima dan Gooneratne (1998) telah menggunakan pendekatan ini untuk pengembangan masayarakat tani dan pedesaan. Terakhir, Dhai (1994) dan Farringtton (1996) telah menggunakan pendekatan ini untuk riset dan manajemen sumber daya alam. Secara umum, peneliti di atas menyimpulkan bahwa model pengembangan masyarakat masih applicable sampai saat ini sepanjang pendekatan yang digunakan tepat.

2.6. Strategi Pemberdayaan

Strategi adalah suatu perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana organisasi akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan (Rangkuti, 1999). Pearce dan Robinson (1997) mendefinisikan strategi sebagai suatu perencanaan, cara, pola, posisi dalam lingkungan organisasi, dan prospektif.

Menurut Jauch dan Glueck (1995), manajemen strategik adalah seni dan ilmu dari pembuatan, penerapan dan evaluasi keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan

masa datang. Untuk mengatasi masalah-masalah strategik perlu berpikir secara strategik yang muncul seiring dengan berkembangnya perusahaan/organisasi. Karakteristik dari manajemen strategik adalah : (1) berorientasi pada masa depan, (2) biasanya berhubungan dengan unit bisnis yang sangat kompleks, (3) memerlukan perhatian dari manajemen puncak, (4) akan mempengaruhi kemakmuran jangka panjang dari perusahaan dan (5) melibatkan pengelolaan sejumlah besar sumber-sumber daya perusahaan.

Lebih lanjut, Kotler (2000) mendefinisikan manajemen strategik sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memungkinkan suatu organisasi mencapai sasarannya. Manajemen strategik adalah ilmu yang memadukan manajemen pemasaran, keuangan, produksi/operasi, informasi, penelitian dan pengembangan untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Menurut Jauch dan William (1995), manajemen strategik terdiri dari tiga tahapan yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa formulasi strategik mencakup pengembangan misi bisnis, identifikasi peluang dan ancaman, menentukan kekuatan dan kelemahan, menetapkan sasaran jangka panjang, menyusun alternatif strategi dan memilih strategi tertentu. Implementasi strategik merupakan tindakan dalam strategi manajemen yang antara lain menetapkan sasaran tahunan dan kebijakan, memotivasi karyawan, mengalokasikan sumber daya secara efektif. Implementasi strategik dilaksanakan pada tiga tingkat hirarki dalam organisasi yaitu di tingkat organisasi, unit bisnis, dan tingkat fungsional. Evaluasi strategik merupakan tahap akhir dalam manajemen strategik, dimana terdapat tiga kegiatan utama : (1) mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang didasarkan pada strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengadakan perbaikan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.

Jauch dan William (1995) membagi strategi menjadi tiga tingkatan dalam struktur organisasi yaitu strategi tingkat organisasi, strategi tingkat unit binis dan strategi tingkat fungsional. Strategi tingkat organisasi menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha, untuk mencapai keseimbangan produk atau jasa yang dihasilkan.

Strategi ini biasanya dibuat sebagai arahan dasar berbagai strategi pada unit usaha dan strategi fungsional yang disusun. Strategi tingkat unit bisnis menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam suatu industri atau segmen pasar. Strategi tingkat fungsional menciptakan kerangka kompleks kerja untuk manajemen fungsi seperti produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia.

Berpikir strategik memerlukan beberapa tahapan. Menurut Jauch dan William (1995), tahapan berpikir strategik meliputi lima hal yaitu : (1) identifikasi masalah, (2) pengelompokan masalah, (3) proses abstraksi, (4) penentuan metode pemecahan masalah, dan (5) perencanaan untuk implementasi.

Selanjutnya David (1999) menyatakan bahwa dalam identifikasi masalah dilakukan identifikasi masalah-masalah strategik yang muncul dengan melihat gejala-gejala yang mengikutinya. Pengelompokan masalah dilakukan dengan mengelompokkan masalah sesuai dengan sifatnya. Proses abstraksi dilakukan dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang paling penting dari tiap kelompok, kemudian melakukan analisa terhadap masalah tersebut dalam rangka mencari faktor penyebab timbulnya masalah. Penentuan metode yang paling tepat untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang telah diidentifikasikan pada tahap sebelumnya. Perencanaan untuk implementasi yaitu produk, pemasok atau penyandang dana.

2.7. Lingkungan Eksternal dan Internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri kecil secara garis besar dapat dibagi menjadi faktor eksternal dan internal.

Faktor Eksternal. Menurut David (1999), faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu organisasi. Faktor eksternal terdiri dari : (1) faktor ekonomi, (2) sosial, (3) politik, (4) teknologi, dan (5) faktor ekologi. Lingkungan ini memberi peluang dan ancaman bagi suatu organisasi. Sebuah perusahaan/organisasi tidak mempunyai peranan yang berarti untuk mempengaruhi lingkungan eksternal secara keseluruhan tanpa dukungan dari organisasi lainnya.

Faktor ekonomi. Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu organisasi/perusahaan beroperasi. Faktor ekonomi mencakup pertumbuhan ekonomi, suku bunga, inflasi, nilai tukar, dan pendapatan per kapita.

Faktor sosial-budaya. Faktor sosial-budaya yang mempengaruhi suatu organisasi adalah kepercayaan, sikap, opini dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal organisasi yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik.

Faktor politik. Arah dan pertimbangan faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi organisasi dalam merumuskan strateginya. Faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi organisasi. Kegiatan politik tersebut mempunyai dampak besar atas dua fungsi pemerintah yang mempengaruhi lingkungan eksternal organisasi yaitu :

a. Fungsi pemasok : keputusan pemerintah mengenai aksesibilitas usaha swasta ke sumber daya alam dan cadangan nasional hasil usaha milik pemerintah. b. Fungsi pelanggan : kebutuhan pemerintah akan produk dan jasa dapat

menciptakan, mempertahankan, memperkuat dan meniadakan peluang pasar. Faktor teknologi. Faktor teknologi berpengaruh untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran.

Faktor ekologi. Faktor ini mengacu pada hubungan antara manusia (organisasi) dan makh,luk hidup lainnya dengan udara, lahan dan air yang mendukung kehidupan mereka. Sinergisme hubungan antara manusia dengan lingkungan menentukan keberlanjutan suatu usaha.

Faktor Internal. Faktor internal adalah kelompok atau individu yang merupakan bagian internal dari organisasi itu sendiri (David 1999). Faktor internal dapat memberikan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) bagi suatu organisasi/perusahaan.

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya usaha industri kecil adalah sifat produk, sumberdaya manusia, akses teknologi, ketersediaan modal, dan manajemen home industry. Produk sepatu dan sandal

bukan lagi merupakan produk sekunder tetapi sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Agar kompetitif, produk ini harus dikembangkan sesuai dengan keinginan pasar, baik dalam hal kualitas, harga, dan modelnya. Faktor sumber daya manusia terkait dengan ketersediaan tenaga kerja di sekitar lokasi home industry. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia akan mempengaruhi industri kecil dalam melakukan inovasi dan melakukan diversifikasi produk. Faktor akses teknologi terkait dengan lokasi usaha, dalam hal ini kedekatan lokasi usaha dengan sumber-sumber pengetahuan seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan universitas-universitas di wilayah tersebut. Faktor permodalan terkait dengan akses terhadap sumber-sumber finansial seperti bank dan lembaga keuangan lainnya yang dapat digunakan sebagai kekuatan industri kecil untuk memantapkan struktur permodalannya.

2.8. Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Terdapat beberapa strategi pertumbuhan dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi, yaitu : (1) strategi usaha minimum kritis, (2) strategi pembangunan seimbang, dan (3) strategi pembangunan tidak seimbang.