• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

2. Focus Group Discusson (FGD)

FGD adalah kepanjangan dari Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus digunakan untuk menggali data dari peserta diskusi melalui sebuah diskusi berkelompok untuk membahas masalah partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan. Data hasil FGD digunakan untuk bahan analisis dan rumusan pengembangan model penyuluhan untuk meningkatkan kualitas lingkungan kampung kota yang berbasis masyarakat.

3. Kuisioner

Instrumen kuisioner menggunakan jenis kuisioner tertutup dengan instrumen skala Likert yang telah dimodifikasi. Kuisioner dibuat dengan 5 pilihan jawaban yaitu nilai 5 (sangat setuju/sangat baik), nilai 4 (setuju/baik), nilai 3 (cukup/sedang), nilai 2 (tidak setuju/buruk), nilai 1 (tidak pernah/tidak ada) apabila pernyataan/ pertanyaan dalam bentuk kalimat positif dan jika pernyataan/pertanyaan dalam bentuk kalimat negatif maka penilaian nya adalah sebaliknya. Kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan data karakteristik individu, karakteristik modal sosial

masyarakat, persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan akan rumah dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

4. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam pada beberapa responden berkenaan dengan substansi penelitian.

Data hasil wawancara dan hasil FGD digunakan untuk memperkuat data-data kuantitaif dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dasar pengembangan model penyuluhan untuk merumuskan strategi gerakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan kampung kota.

Untuk mengetahui kelayakan instrumen sebagai alat pengumpul data perlu dilakukan ujicoba instrumen dan untuk hal tersebut perlu dilakukan analisis validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Validitas merujuk pada “sejauh mana” suatu pengukuran secara empiris cukup menggambarkan makna nyata dari konsep yang sedang dipertimbangkan. Validitas instrumen diperlukan untuk memberikan keyakinan tentang ketepatan perangkat pengukuran yang digunakan sehingga mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah jenis uji validitas konstruks (construct validity) untuk menilai seberapa jauh instrumen dapat mengukur sifat bangunan pengertian. Untuk menunjukkan validitas konstruks perlu dilakukan pendekatan rasional dan empirik. Pendekatan rasional didasarkan kepada unsur yang membentuk konstruks tersebut serta menetapkan apakah butir-butir pertanyaan/pernyataan sesuai dalam menaksir unsur dalam kuesioner. Pendekatan empiris dimaksudkan untuk melihat instrumen dari segi internal yaitu kesesuaian dengan apa yang diramalkan oleh konstruks tersebut.

Untuk menguji validitas konstruks digunakan pendapat dari ahli yang dalam hal ini adalah 3 orang dosen pembimbing yang dianggap ahli di bidangnya

Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Dari proses konsultasi tersebut beberapa kali instrumen diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan yang diberikan.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli selesai, dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel darimana populasi diambil. Jumlah anggota yang digunakan adalah 30 orang.

Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validititas dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Product Moment dari Pearson, yaitu:

r hitung = n ( ∑ XY ) – ( ∑X ) . ( ∑Y )

( n .∑ X2 – (∑X2 )) . ( n . ∑Y2 ) – (∑Y2 ))

r hitung = Koefisien korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Setelah perhitungan korelasi (r) tersebut dilakukan, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikansi 95% = 0,241. Dengan demikian butir-butir pertanyaan/pernyataan dalam kuisioner yang memiliki korelasi di bawah taraf signifikansi 95% dinyatakan tidak valid. Dari hasil perhitungan tersebut terdapat 13 butir pertanyaan/pernyataan yang tidak valid. Butir-butir yang tidak valid ini dikeluarkan dari kuisioner dan tidak digunakan dalam pengambilan data selanjutnya.

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas diartikan sebagai tingkat stabilitas dan konsistensi skala yang dihasilkan apabila suatu gejala diukur beberapa kali seperti yang dikatakan Singarimbun (1989): Reliabilitas merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Kerlinger (1990) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan untuk mengukur reliabilitas, yaitu (1) apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali

memberikan hasil yang sama, (2) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur hal yang sebenarnya dari sifat yang diukur, (3) galat pengukurannya.

Galat pengukuran merupakan himpunan akibat dari berbagai sumber pengaruh: unsur acak atau kebetulan yang biasa terjumpai, keletihan sementara, kondisi serba kebetulan pada suatu saat tertentu yang mempengaruhi obyek pengukuran atau instrumen pengukuran, fluktuasi daya ingat orang atau suasana hati dan faktor-faktor lain yang bersifat sementara dan terus menerus bergeser. Hal ini mengandung arti bahwa semakin besar galat, makin rendah tingkat reliabilitas suatu penelitian, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian ini uji coba reliablitas instrumen menggunakan Uji Cronbach Alpha, dengan rumus:

α = koefisien alpha, atau koefisien reliabilitas alpha n = jumlah butir pada perangkat instrumen

2 Yi

σ = varian variabel acak skor observasi butir ke-i

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ =

= 2 X n 1 i 2 Y σ σ - 1 1 - n n α 1 2 X

σ = varian variabel acak skor observasi pada semua butir

Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah reliabel seperti dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 12 Hasil uji Reliabilitas

Variabel Reliabilitas (Nilai Cronbach Alfa)

Karakteristik individu 0,66

Karakteristik fisik permukiman 0,64

Modal sosial masyarakat 0,63

Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,79

Tingkat kebutuhan akan rumah dan permukiman 0,81

Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan 0,75

Dari tabel di atas terlihat bahwa bahwa besarnya koefisien reliabilitas alpha yang diperoleh menunjukkan > 0,60. Dengan demikian instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat ukur yang koefisien reliabilitasnya dapat diterima

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa model analisis hubungan antara variabel yang terdiri atas lima variabel bebas, empat variabel bebas sekaligus terikat dan satu variabel terikat. Variabel-variabel utama tersebut adalah:

Variabel bebas

(1) Karakteristik individu (X1)

(2) Karakteristik fisik lingkungan permukiman (X2) Variabel bebas sekaligus variabel terikat

(3) Modal sosial masyarakat (Y1)

(4) Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2)

(5) Tingkat kebutuhan akan rumah (Y3) Variabel terikat

(6) Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan (Y4)

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk dapat mengukur variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, masing-masing variabel terlebih dahulu diberi batasan atau dioperasionalisasikan sehingga menjadi jelas, dan selanjutnya dapat diukur. Variabel-variabel yang dioperasionalkan tersebut meliputi variabel dan sub variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu karakteristik individu, karakteristik fisik lingkungan permukiman kampung kota, modal sosial masyarakat di permukiman kampung kota, persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan, tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman, dan partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah keadaan individu pemukim yang membedakan satu pemukim dengan pemukim lainnya (satu individu keluarga dengan individu keluarga lainnya) yang dipengaruhi oleh: umur, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, jumlah keluarga, dan lama tinggal di permukiman saat ini. Secara lengkap Variabel karakteristik individu dan indikatornya dijelaskan seperti berikut:

Tabel 13 Variabel dan Indikator Karakteristik lndividu

Indikator Parameter 1. Usia Tingkatan Usia (Jumlah tahun sejak lahir sampai dengan saat

dilakukan wawancara)

2. Pendidikan Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh yang sudah diselesaikan sampai dengan saat dilakukan wawancara

3. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

4. Pendapatan Jumlah total pendapatan keluarga:

a. Pendapatan kepala keluarga selama satu bulan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

b. Pendapatan anggota keluarga lain yang digunakan untuk menambah kebutuhan keluarga selama satu bulan

5. Jumlah keluarga Jumlah anggota keluarga (jiwa) yang tinggal dalam satu rumah 6. Lama tinggal Jumlah tahun sejak pertama tinggal di permukiman kampung kota

sampai saat dilaksanakannya wawancara

Karakteristik Fisik Lingkungan Permukiman

Karakteristik lingkungan fisik terdiri dari (1) ketersediaan prasarana lingkungan permukiman seperti jaringan jalan, jaringan pematusan air hujan (drainase), jaringan pembuangan limbah dan sampah, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik, telpon, dan ketersediaan sarana lingkungan seperti fasilitas tempat belanja, tempat peribadatan, tempat sosialisasi dan rekreasi, tempat olah raga, tempat pendidikan dan tempat kesehatan, dan (2) Kondisi sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini. Berikut adalah variabel dan indikator Karakteristik lingkungan fisik permukiman

Tabel 14 Variabel dan Indikator Karakteristik Lingkungan Fisik Permukiman

Indikator Parameter 1. Ketersediaan sarana dan

prasarana lingkungan permukiman

Prasarana lingkungan: • jaringan jalan

• jaringan pembuangan limbah dan sampah • jaringan drainase

• jaringan pengadaan air bersih • jaringan listrik dan telpon Sarana lingkungan permukiman • fasilitas belanja

• fasilitas peribadatan • fasilitas pendidikan • fasilitas sosialisasi

• fasilitas olah raga dan bermain • fasilitas kesehatan

2. Kondisi Sarana

lingkungan permukiman yang tersedia saat ini

Kondisi sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang tersedia saat ini

• buruk • sedang • baik

Modal Sosial Masyarakat

Lingkungan Sosial adalah kondisi faktor-faktor sosial masyarakat yang terdapat di permukiman kampung kota yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam keikutsertaannya meningkatkan kualitas lingkungan di wilayahnya. Sehubungan dengan tujuan penelitian maka yang menjadi indikator adalah: hubungan ketetanggaan, tingkat kegotongroyongan masyarakat, peran tokoh masyarakat untuk menggerakan masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan.

Tabel 15 Variabel dan indikator modal sosial masyarakat

Variabel/Indikator Parameter 1. Saling percaya antar warga

(trust)

Tingkat kepercayaan dan kesaling pengertian antara tetangga dan komunitas kampung

2. Relasi mutual (resiprositas) Hubungan antar tetangga dan warga kampung kota 3. Nilai dan norma Kepatuhan terhadap aturan yang ada

4. Peran tokoh masyarakat dan organisasi sosial/masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Keberadaan jaringan atau organisasi masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam organisasi tersebut serta peran tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Persepsi dan motivasi meningkatkan Kualitas Lingkungan

Variabel Persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan terdiri dari sub variabel Persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami seseorang didalam memahami informasi lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya. Dalam penelitian ini, indikator persepsi terdiri dari: Pengalaman tinggal di permukiman lain sebelumnya, persepsi tentang kualitas rumah dan lingkungan permukiman yang saat ini ditempati yang berpengaruh terhadap cara pandang dan perlakuan terhadap rumah dan sarana prasarana lingkungan yang tersedia serta indikator kepuasan terhadap rumah dan lingkungan yang saat ini ditempati.

Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri individu yang merangsangnya untuk melakukan aktivitas atau sesuatu yang menjadi dasar mengapa

individu bertindak. Dalam hal ini adalah motivasi yang dimiliki masyarakat untuk dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari motivasi meningkatkan kualitas rumah dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Berikut adalah indikator-indikatornya.

Tabel 16 Variabel dan indikator persepsi dan motivasi meningkan kualitas lingkungan

Sub Variabel/Indikator Parameter

Persepsi tentang kualitas lingkungan (Y2.1) 1. Pengalaman tinggal di

permukiman lain

Pengalaman tinggal di permukiman lain sebelum tinggal di permukiman saat ini

2. Persepsi mengenai fungsi rumah

Persepsi tentang fungsi rumah

3. Persepsi tentang kualitas rumah

Persepsi tentang kualitas rumah

4. Persepsi tentang kualitas lingkungan

Persepsi tentang kualitas lingkungan dan perlakuan terhadap lingkungan permukiman

5. Kepuasan terhadap rumah dan lingkungan saat ini

Tingkat kepuasan terhadap kondisi rumah dan lingkungan permukiman yang ditinggali saat ini

Motivasi meningkatkan kualitas lingkungan (Y2.2) 1. Motivasi tinggal di

permukiman saat ini

Alasan yang mempengaruhi memilih tinggal di permukiman saat ini

2. Motivasi meningkatkan kualitas rumah

Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas rumah 3. Motivasi meningkatan

kualitas lingkungan

Alasan yang mempengaruhi keingingan memelihara/meningkatkan kualitas lingkungan

Tingkat kebutuhan akan rumah tinggal

Berdasarkan budaya dan lingkungan sosialnya, masyarakat yang hidup di wilayah perkotaan mempunyai karakteristik spesifik yang berbeda dengan karakter masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan. Pada umumnya masyarakat perkotaan memiliki tuntutan yang lebih tinggi sehubungan dengan rumah sebagai hunian. Untuk masyarakat yang tinggal di permukiman kampung kota dengan budaya bermukim dipengaruhi cara hidup di perdesaan namun juga tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya yang bersuasana urban maka mengadopsi teori Maslow tentang tingkat kebutuhan manusia manusia maka tingkat kebutuhan akan hunian dapat dikategorisasikan sebagai berikut: Survival needs, Safety and Security needs, Affiliation needs, Esteem needs dan Self actualization needs. Variabel Kebutuhan akan rumah secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17 Variabel dan indikator kebutuhan akan rumah

Variabel/Indikator Parameter 1. Kebutuhan akan rumah dan

lingkungan permukiman

Tingkat kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman

2. Kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah

Tingkat kemampuan memenuhi kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman

3. Kondisi fisik rumah Standar minimal untuk dikatagorikan sebagai rumah sehat seperti konstruksi bangunan, ketersediaan ventilasi dan bukaan untuk sinar matahari, sirkulasi udara, sumber- sumber air dan saluran-saluran pembuangan

4. Ketersediaan ruang dalam rumah

Ketersediaan ruang-ruang dalam rumah dan di luar rumah yang digunakan untuk kelangsungan hidup sehari-hari

Partisipasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Partisipasi dalam peningkatan kualitas rumah dan sarana permukiman ini adalah perilaku dan keikutsertaan responden dalam kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan. Sehubungan dengan tujuan dalam penelitian ini variabel partisipasi ini dirinci dalam indikator- indikator: Perilaku keseharian dalam menggunakan sarana lingkungan, Keikutsertaan dalam kegiatan peningkatan kualitas lingkungan, dan Frekuensi keikut sertaan dalam kegiatan meningkatakan kualitas lingkungan.

Variabel Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18 Variabel dan indikator partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Variabel/Indikator Parameter 1.Sikap proaktif untuk

meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Sikap individu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang tidak terkait dalam kegiatan bersama (membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, menanam pepohonan dsb)

2.Perilaku dan keikutsertaan mengikuti kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

Kegiatan bersama yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan seperti gotong royong bersih-bersih kampung, memperbaiki sarana prasarana lingkungan yang rusak dan sejenisnya.

3.Frekuensi partisipasi Frekuensi mengikuti pertemuan dan kualitas keikutsertaan dalam pertemuan tersebut