KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
MASALAH PENELITIAN
Karakteristik modal sosial masyarakat
Kebutuhan akan rumah dan lingkungan
persepsi dan motivasi meningkatkan kualitas lingkungan
Partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan
Meningkatnya kualitas SDM/warga masyarakat
Meningkatnya kualitas hunian dan lingkungan permukiman
Meningkatnya kualitas hidup Penyuluhan untuk menggerakan masyarakat agar dapat berpartisipasi meningkatkan kualitas lingkungan
Karakteristik individu masyarakat Karakteristik fisik lingkungan permukiman
Kerangka Berpikir Penelitian
Pembangunan permukiman pada dasarnya merupakan jenis pembangunan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Pembangunan permukiman merupakan pembangunan yang melibatkan perseorangan (individu), kelompok, atau dalam kerangka yang lebih luas yaitu komunitas hingga masyarakat luas. Karena itu pembangunan permukiman terkait erat dengan berbagai aspek, seperti: sosial, budaya, ekonomi, politik, ekologi dan tata ruang wilayah. Berikut adalah kerangka berpikir yang dijadikan sebagai paradigma penelitian ini dengan mengacu pada teori-teori yang dibahas pada tinjauan pustaka
Standar rumah dan permukiman sehat
Standar rumah dan permukiman sehat didasarkan pada kondisi fisik, kimia, biologik di dalam rumah dan permukiman yang memenuhi Kepmen Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VII/1999, APHA dan Azwar (1990) yang menyangkut persyaratan bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah dan permukiman, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, sarana penyimpanan makanan yang aman, limbah, dan kepadatan hunian
Tabel 6 Standar Rumah dan Permukiman Sehat Kualitas rumah dan permukiman sehat Elemen pendukung Standar sehat
Pondasi Kuat untuk meneruskan beban ke tanah demi kestabilan bangunan rumah
Lantai Kedap air dan tidak lembab
Jendela dan pintu Luas minimum 10% luas lantai untuk ventilasi dan masuknya sinar matahari
Dinding Kedap air yang berfungsi untuk menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas, dan debu dari luar serta menjaga privacy penghuni Langit-langit Tinggi minimun 2,4m dari lantai untuk menahan dan
menyerap terik matahari Rumah
Atap Mampu untuk melindungi masuknya debu, angin dan
air hujan serta penahan panas matahari Prasarana lingkungan
Ketersediaan dan kondisi yang dapat digunakan secara optimal dari jaringan jalan, jaringan pembuangan limbah dan sampah, jaringan saluran air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik dan telpon Permukiman
Sarana Lingkungan
Ketersediaan dan kondisi yang dapat digunakan dengan optimal dari fasiltas umum, tempat belanja, tempat peribadatan, tempat sosialisasi dan rekreasi, tempat olahraga, tempat pendidikan dan tempat kesehatan
Tingkatan Modal Sosial
Konsep modal sosial banyak memiliki tafsir yang dipandang oleh setiap ahli dalam terminologi yang berbeda. Berdasarkan konsep modal sosial dari Putnam (1995), Fukuyama (1995; 2003), dan Coleman (1998) dibuat tabel mengenai tingkatan modal sosial masyarakat.
Tabel 7. Tingkatan Modal Sosial Unsur modal
sosial
Modal sosial rendah Modal sosial sedang Modal sosial tinggi Saling percaya
(trust)
•Tidak percaya pada orang lain, tetangga atau komunitasnya •Curiga terhadap
tetangga dan warga koomunitasnya •Penuh konflik
•Hanya percaya pada tetangga kiri kanan rumah
•Terkadang terjadi konflik dengan tetangga
• Saling percaya antar tetangga dan warga komunitas • Tidak pernah terjadi konflik (jarang sekali) Relasi mutual (resiprositas) • Hubungan ketetanggaan tidak akrab/hampir tidak kenal
• Tidak pernah saling menolong
• Tidak pernah saling memberi
• Hanya menjaga miliknya dan keluarganya
• Berhubungan dengan tetangga jika perlu atau seperlunya saja • Menolong jika
diminta
• Memberi jika berlebih • Hanya menjaga kepentingan kelompoknya • Hubungan ketetanggaan yang akrab • Saling menolong • Saling memberi • Saling menjaga
Norma dan nilai sosial
Tidak taat terhadap aturan:
• agama • sosial
• hukum yang berlaku
Taat terhadap aturan dan norma jika itu
menguntungkan diri dan kelompoknya
Taat terhadap aturan: • agama • sosial • hukum yang berlaku Jaringan/ organisasi masy dan peran tokoh
• Tokoh masyarakat tidak berbuat apapun untuk masyarakat • Organisasi masyarakat tidak memberi pengaruh apapun terhadap perilaku warga maupun lingkungan • Tokoh masyarakat berbuat untuk masyarakat dan lingkungan jika ada masalah
• Organisasi masyarakat bekerja jika ada kegiatan • Tokoh masyarakat aktif mengajak warganya untuk meningkatkan kualitas lingkungan • Organisasi masyarakat membuat kegiatan yang terprogram untuk dikerjakan bersama warga
Tingkatan kebutuhan akan rumah
Dengan mengacu pada hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow (Sastra 2006, Budihardjo, 1998) penggolongkan tingkat kebutuhan manusia terhadap rumah tinggal adalah sebagai berikut:
Tabel 8 . Hirarki Kebutuhan akan Rumah Kebutuhan akan rumah
Kebutuhan fisiologis (Survival needs or Phisilogical needs)
Rumah merupakan sarana untuk menunjang keselamatan hidup dari ganggunan alam (iklim dan cuaca) dan makhluk hidup lain.
Rasa aman
(Safety and Security needs)
Kebutuhan terhadap keselamatan dan keamanan yang terkait dengan keselamatan dari kecelakaan anggota badan serta hak milik,
menjalankan kegiatan ritual, menjamin hak pribadi Kebutuhan sosial
(Social Needs or Affiliation needs)
Rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas
komunikasi yang akrab dengan lingkungan sekitar: teman, tetangga, keluarga dan berperan sebagai identitas seseorang untuk diakui dalam golongan masyarakat.
Harga diri, kehormatan, ego Self Esteem needs
Kebutuhan yang terkait dengan aspek psikologis untuk dihargai dan diakui eksistensinya. Rumah memberi peluang untuk tumbuhnya harga diri dan sarana untuk mendapatkan pengakuan atas jati dirinya dari masayrakat sekitarnya. Rumah sudah bukan kebutuhan primer lagi, tetapi sudah meningkat kepada kebutuhan yang lebih tinggi yang harus dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
Aktualisasi diri (Self actualization needs)
Kebutuhan yang terkait dengan aspek psikologis namun pada tingkat ini rumah tidak saja merupakan sarana peningkatan kebanggaan dan harga diri tetapi juga agar dapat dinikmati dalam bentuk pewadahan kreativitas dan pemberian makna bagi penghuninya melalui hobby, minat , kontemplasi dan lain-lain sebagai cerminan ekspresi diri, realisasi diri dan jati diri.
Survival needs/Phisiogical needs Social needs
Self esteem or egoneeds
Kebutuhan I Kebutuhan IV Kebutuhan V Self actualization needs Kebutuhan III Kebutuhan II
Safety and security needs
Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan pemikiran para pakar tentang jenis dan tingkatan partisipasi menurut Slamet (2001, 2003), Deshler dan Sock (1985) dan tingkatan partisipasi yang dikeluarkan oleh PBB dibuat tabel tingkatan partisipasi masyarakat seperti berikut:
Tabel 9. Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Tingkat Jenis Partisipasi Perlakuan terhadap masyarakat
1 Manipulasi Mendudukkan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan oleh pengambil keputusan (pemerintah) 2 Terapi Mendudukan masyarakat sebagai pihak luar yang tidak tahu
apa-apa dan harus percaya terhadap keputusan pemerintah 3 Informasi Pemberian informasi akan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah seperti pemasyarakatan program dan lain-lain 4 Konsultasi Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berkonsultasi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi yang bersangkutan
5 Penentraman Merekrut tokoh masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menentramkan masyarakat tetapi keputusan tetap di tangan pemerintah
6 Kerjasama mendudukkan masyarakat sebagai mitra pembangunan yang setara sehingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama
7 Pendelegasian Memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut
kehidupan mereka
8 Kontrol sosial keputusan tertinggi dan pengendalian ada di tangan masyarakat
Partisipasi baru benar-benar terjadi bila ada kadar kedaulatan rakyat yang cukup dan kadar kedaulatan rakyat yang tertinggi adalah bila terjadi kontrol sosial oleh masyarakat. Metode yang dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat adalah pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang secara langsung melibatkan semua pihak yang terkait dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dengan tetap
Manipulasi kerjasama Pendelegasian Informasi Konsultasi Terapi Penentraman Kontrol sosial
mendudukkan komunitas atau masyarakat penerima manfaat sebagai pelaku utama, artinya keputusan-keputusan penting yang langsung menyangkut hidup mereka sepenuhnya ada di tangan komunitas/masyarakat.
Dalam upaya mewujudkan partisipasi masyarakat/komunitas perlu lebih dahulu membangun kesadaran masyarakat/komunitas tersebut agar masyarakat dapat merubah dirinya menjadi masyarakat aktif yang memiliki daya untuk berpartisipasi meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.
Masyarakat aktif yang berdaya
Berdasarkan pemikiran para pakar tentang ciri-ciri masyarakat berdaya (Etzioni dalam Paloma,1984; Tampubolon 2006), dibuat tabel masyarakat aktif yang dikategorikan pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor sebagai berikut:
Tabel 10. Ciri-ciri Masyarakat Aktif
Aspek Perilaku Masyarakat Aktif Masyarakat Pasif Kognitif 1. Pengetahuan yang luas sehingga
memiliki persepsi yang tepat tentang suatu kondisi/masalah 2. Mampu mengenali kendala
yang diakibatkan keterbatasan lingkungan
3. Mampu mengenali kebutuhannya dengan baik
1. Pengetahuan terbatas sehingga memiliki persepsi yang salah tentang suatu kondisi/masalah 2. Kurang mampu mengenali
kendala yang diakibatkan keterbatasan lingkungan 3. Kurang mampu mengenali
kebutuhannya dengan baik Afektif 1. Bertanggung jawab
2. Dapat dipercaya 3. Peduli terhadap sesama 4. Motivasi yang tinggi untuk
mewujudkan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan
1. Kurang bertanggung jawab 2. Kurang dapat dipercaya 3. Kurang peduli terhadap sesama 4. Motivasi rendah untuk
mewujudkan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan Psikomotor 1. Mampu menemukan solusi dan
inovasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya 2. Berpartisipasi aktif untuk
mencapai tujuan bersama
1. Kurang mampu menemukan solusi dan inovasi untuk memenuhi kebutuhannya 2. Kurang berpartisipasi untuk
mencapai tujuan bersama
Masyarakat berdaya yang merupakan wujud dari masyarakat aktif yang mampu mengendalikan diri tentu saja tidak tercipta dengan sendirinya namun harus dibarengi dengan pendidikan/pengetahuan, karena pengetahuan merupakan kunci untuk mewujudkan masyarakat aktif. Untuk mewujudkan masyarakat aktif diperlukan suatu tindakan yang dapat membantu masyarakat untuk berubah dari keadaan tidak mau
karena tidak tahu dan tidak mampu menjadi masyarakat yang tahu dan mau serta mampu melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Cara yang tepat untuk mewujudkan masyarakat aktif adalah dengan pendidikan masyarakat atau penyuluhan seperti yang diungkapkan oleh Margono Slamet (1995) yang menyatakan bahwa penyuluhan dapat digunakan untuk membentuk pola perilaku tertentu masyarakat, dalam jangka waktu tertentu, sebagai syarat untuk dapat memperbaiki kehidupan rakyat.
Dengan mengacu pada pemikiran Prabowo Tjitropranoto (2005) untuk membentuk pola perilaku masyarakat agar menjadi masyarakat aktif, maka dalam penyuluhan perlu dilakukan inovasi sosial seperti berikut:
Gambar di atas memperlihatkan area kerja penyuluhan untuk membentuk masyarakat aktif yang harus mencakup tiga lapisan yaitu: (1) lapisan lingkar terluar merupakan kawasan pengetahuan, keterampilan dan persepsi, (2) lapisan lingkar tengah
merupakan kawasan sikap dan (3) lapisan lingkar terdalam yaitu kawasan kepribadian yang terdiri dari semangat, percaya diri, kemauan, ulet, mandiri, kompeten, berpikir positif, kreatif, dan rasional.
PENYULUHAN SEBAGAI INOVASI SOSIAL PENGETAHUAN KETERAMPILAN PERSEPSI SIKAP KEPRIBADIAN Semangat Percaya diri Keamuan Ulet Mandiri Kompeten Berpikir positif Kreatif Rasional K LINGKUNGAN
BUDAYA DAN TRADISI
Sumber:
Prabowo Tjitropranoto (2005) Gambar 9 Konsep Inovasi Sosial
Penyuluhan permukiman dengan azas Tribina/Tridaya
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kampung kota pada dasarnya merupakan usaha peningkatan mutu kehidupan masyarakat kampung melalui kegiatan yang dilaksakan secara terpadu yang terdiri dari komponen fisik dan non fisik. Tujuannya antara lain adalah untuk melengkapi dan menyempurnakan prasarana lingkungan dan pelayanan dasar bagi masyarakat kampung dan mendorong serta membina partisipasi masyarakat, agar dapat meningkatkan kemampuan pendapatan dan produktivitas masyarakatnya.
Hak dan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dinyatakan dalam UU RI No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Agar masyarakat luas bersedia dan mampu berperan serta dalam kegiatan pembangunan rumah dan lingkungan permukiman, pemerintah menyelenggarakan penyuluhan, pembimbingan, pendidikan dan pelatihan.
Konsep pendekatan yang di gunakan dalam perbaikan kampung yang dapat digunakan untuk tujuan seperti di atas adalah penyuluhan permukiman dengan azas tribina dimana dalam upaya penyelenggaraan dan menyusun rancang bangun pelaksanaan program-program perbaikan kampung terkandung unsur-unsur:
1. Bina Manusia, Yaitu penyiapan masyarakat, baik yang di lakukan dalam rangka mengakomodasi aspirasi masyarakat, memampukan dan meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan ketrampilan teknis, serta memberikan tempat dan kesempatan masyarakat untuk ikut menentukan kegiatan yang di butuhkan.
2. Bina Usaha, yaitu kegiatan dalam rangka membangun dan mengembangkan kegiatan usaha masyarakat yang di laksanakan secara terpadu dengan instansi terkait. Pemerintah menunjang melalui penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana serta berbagai fasilitas yang mendukung aktifitas ekonomi.
3. Bina Lingkungan, yaitu upaya perbaikan dan pengembangan prasarana dan sarana lingkungan dalam rangka mempercepat tercapainya lingkungan permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, yang di harapkan dapat mengangkat harkat dan martabat kelompok masyarakat.
KARAKTERISTIK WARGA