• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerabatan dan keeratan ketetanggaan yang membuat kerasan End dan Ur adalah sepasang suami istri yang tinggal di permukiman kampung kota.

Deskripsi data hasil penelitian

Kasus 13: Kekerabatan dan keeratan ketetanggaan yang membuat kerasan End dan Ur adalah sepasang suami istri yang tinggal di permukiman kampung kota.

Suami istri ini masing-masing bekerja sebagai PNS sehingga kehidupan ekonomi pasangan ini relatif lebih mapan daripada tetangga di sekitarnya yang mayoritas hanya mengandalkan hasil bekerja di sektor informal. Sekitar 10 tahun lalu End dan Ur menyicil rumah di salah satu perumahan yang dibangun oleh developer di kawasan lain di kota Bandung. Namun mereka tetap tinggal di kampung kota, bahkan merenovasi rumah tersebut menjadi 3 lantai untuk kenyamanan bagi seluruh keluarganya yang juga menampung saudara yang sekolah dan bekerja di Bandung. Kemudian pasangan ini membeli sebuah mobil sehingga sebetulnya lokasi tempat bekerja seharusnya bukan lagi menjadi hambatan dengan keberadaan mobil yang dimiliki. Namun mereka tetap tinggal di kampung kota dengan alasan sudah terlanjur kerasan karena hubungan ketetanggaan dan suasana kekeluargaan di kampung kota tempatnya tinggal dirasakan membuat diri dan keluarganya nyaman dan merasa aman meskipun kualitas sarana dan prasarana yang dimiliki kampung kota lebih rendah dari sarana prasarana lingkungan perumahan yang mereka miliki yang dibangun oleh developer perumahan. Rumah lain yang dimilikinya itu hanya dijadikan sebagai investasi masa depan.

Dari kasus 13 dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan rumah dan lingkungan permukiman pada masyarakat kampung kota tidak melulu hanya kebutuhan fisik akan hunian. Alasan memilih tinggal di kampung kota tidak hanya karena keterjangkauan harga dan lokasi yang dekat dengan tempat kerja, namun terdapat juga alasan lain yang jadi pertimbangan. Alasan tersebut berhubungan dengan karakteristik sosial masyarakat kampung kota yang dianggapnya memiliki sifat dan karakteristik kampung halaman seperti hubungan ketetanggaan yang masih erat, tolong menolong. Hal ini sesuai dengan kepribadian mereka yang masih masih menginginkan hubungan sosial yang guyub dan kepedulian yang tinggi terhadap tetangga dan warga komunitasnya.

Karakteristik fisik lingkungan permukiman kampung kota yang padat bangunan dan padat penduduk dengan rumah-rumah saling berimpit berbagi dinding

dengan tetangga menyebabkan hal positif yaitu muculnya rasa kebersamaan senasib dan sepenanggungan. Perasaan senasib ini menciptakan hubungan dengan tetangga dan warga komunitas kampung menjadi erat. Untuk yang tidak memiliki sumber air ersih dan kamar mandi dalam rumah, mereka terbiasa pergi mandi, mencuci baju dan piring-piring kotor bersama, mengasuh anak pun dilakukan bersama-sama, mengobrol sambil mengawasi anaknya bermain di gang depan rumah, belanja di tukang sayur keliling pada waktu yang sama sambil bertukar cerita tentang menu masakan yang bisa dimasak hari ini. Mereka saling membantu, saling menitip anak, tolong menolong apabila ada tetangga yang mengalami kesulitan tanpa harus diminta terlebih dahulu.

Dari kondisi ini kebutuhan akan rumah dan lingkungan bagi masyarakat kampung kota bukan saja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya tetapi juga untuk kebutuhan emosional dan kultural yang mereka dapatkan di kampung kota.

Kondisi fisik rumah

Kondisi fisik rumah adalah konstruksi dan material yang digunakan untuk membangun rumah, ketersediaan sirkulasi udara/cahaya yang masuk ke dalam rumah sehingga tidak lembab atau pengap dan ketersediaan sumber air bersih dan saluran saluran pembuangan limbah. Berikut kondisi fisik rumah dan ketersedian ruang pada rumah-rumah di permukiman kampung kota.

Tabel 27 Kondisi fisik rumah dan ketersediaan ruang

frek % Urutan frek % Urutan Sangat buruk 60 25.00 2 66 27.50 2 Buruk 109 45.42 1 118 49.17 1 Sedang 56 23.33 3 45 18.75 3 Baik 14 5.83 4 10 4.17 4 Sangat baik 1 0.42 5 1 0.42 5 Jumlah 240 100.00 240 100.00 1 16 6.67 4 2 101 42.08 1 3 99 41.25 2 4 19 7.92 3 >5 5 2.08 5 Jumlah 240 100.00

Kesesuaian dng standar sehat Eksisting

Rentang Kondisi fisik rumah

Ketersediaan ruang dalam rumah

Kondisi fisik rumah

Dapat dilihat pada tabel 27 di atas kondisi fisik rumah hunian pada permukiman kampung kota mayoritas berada pada kategori buruk dan sangat buruk dengan minimnya bukaan untuk terjadinya sirkulasi udara dan masuknya cahaya

matahari ke dalam rumah serta bahan material yang digunakan untuk konstruksi rumah yang rendah kualitasnya. Ilustrasi berikut dapat menggambarkan rendahnya kualitas hunian di permukiman kampung kota.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya selain karena kemampuan ekonomi yang terbatas juga terbatasnya lahan sehingga rumah-rumah warga seringkali mengabaikan aspek sirkulasi udara dan cahaya. Bukaan jendela ke samping kiri-kanan rumah sudah tidak memungkinkan karena dinding-dinding rumah satu dengan rumah lainnya saling berhimpitan. Bukaan ke atas menurut warga sulit dilakukan sehingga secara umum kondisi rumah menjadi gelap dan lembab dan menjadi tidak hemat energi karena pada siang hari pun lampu harus tetap menyala agar suasana rumah tidak terlalu gelap. Ilustrasi gambar 30 yang memotret kondisi dalam bangunan rumah memperlihatkan rendahnya kualitas rumah-rumah di

Kondisi di dalam rumah warga di permukiman kampung kota Gambar 31

permukiman kampung kota. Sirkulasi udara dan cahaya yang minim. Begitu pula kondisi dapur dan kamar mandi + WC terlihat tidak higienis dan jauh dari standar sehat. Konstruksi bangunan dan material yang mendukung konstruksi rumah banyak yang sudah tidak layak pakai. Bahan penutup lantai terkadang hanya diplur lalu ditutup karpet plastik, dinding rumah bagian luar dari batu bata atau batako namun tidak diplur sehingga kemungkinan air dan kelembaban bisa merembes ke dalam rumah. Bahan plafon banyak terbuat dari tripleks yang kondisinya sudah lapuk, penutup atap banyak yang terbuat dari seng. Berikut kondisi luar bangunan rumah- rumah di kampung kota

Kondisi rumah dilihatdari arah luar bangunan Gambar 32

Ketersediaan ruang dalam rumah

Ketersediaan ruang dalam rumah pada rumah-rumah masyarakat di permukiman kampung kota terdiri dari mulai 1 ruang hingga 5 ruang atau lebih. Ruang-ruang tersebut terdiri dari ruang-ruang inti seperti ruang tidur, dapur, dan kamar mandi. Di permukiman kampung kota didapati juga banyak rumah yang tidak memiliki kamar mandi, WC dan sumber air bersih secara mandiri sehingga keberadaan MCK umum masih diperlukan.

Berikut adalah contoh-contoh ketersediaan ruang dalam rumah di permukiman kampung kota yang menyatukan berbagai fungsi ruang dalam satu ruangan saja, seperti ruang makan + ruang tamu + ruang keluarga. Atau memberi partisi tidak permanen terhadap ruang-ruang dengan fungsi-fungsi yang berbeda.

Kasus 14: Kiat warga menyiasati sempitnya rumah di permukiman kampung kota