• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kiat warga menyiasati sempitnya rumah di permukiman kampung kota Cu dan Ras adalah suami istri yang telah menikah sekitar 20 tahun dan telah

Deskripsi data hasil penelitian

Kasus 14: Kiat warga menyiasati sempitnya rumah di permukiman kampung kota Cu dan Ras adalah suami istri yang telah menikah sekitar 20 tahun dan telah

menetap di permukiman kampung kota yang kini ditempatinya sekitar 15 tahun lalu. Pasangan ini memiliki 2 orang anak dan menampung seorang keluarga dari kampung halaman yang bekerja di Bandung. Rumah yang mereka tempati memiliki luas tanah 12m2. Untuk mengatasi sempitnya rumah mereka meningkatkan bangunan rumahnya, meskipun tetap saja tidak mencukupi. Hal ini disiasati dengan pengaturan ruang yang dibuat seefektif mungkin. Lantai 1 difungsikan sebagai ruang tamu dan dapur. Lantai 2 digunakan sebagai ruang keluarga sekaligus ruang tidur. Untuk tidur tidak digunakan dipan/ranjang tetapi menggunakan kasur busa yang dibentangkan hanya saat digunakan untuk tidur. Pada saat tidak digunakan kasur- kasur ini disimpan. Mereka menganggap kondisi ini masih jauh lebih baik daripada harus pulang ke kampung halaman karena sang suami dan anak sulungnya telah bekerja di Bandung. Mereka mengatakan bahwa tinggal di permukiman kampung kota membuat kerasan

Satu ruang digunakan untuk berbagai fungsi yang berbeda. Ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dapur terdapat dalam satu ruang

Dari kasus 14 di atas ternyata keterbatasan lahan dan kondisi fisik rumah tidak menjadikan warga pulang ke kampung halaman meskipun mereka mengaku bahwa di kampungnya rumah orang tua atau kerabatnya jauh lebih luas dari yang ditempatinya di permukiman kampung kota. Bagi warga kampung kota tinggal di rumah yang rata- rata tidak layak huni namun masih bisa bekerja dan menyekolahkan anak masih jauh lebih baik daripada tinggal di kampung dengan rumah yang luas namun tidak bekerja. Dengan pekerjaan yang digelutinya saat ini meskipun banyak yang bergerak di sektor informal namun semangat hidup mereka untuk tetap bertahan dan berharap esok hari dan ke depan kondisinya bisa lebih baik.

Keterbatasan lahan bangunan yang dimiliki masyarakat di permukiman kampung kota disiasati dengan menambah lantai ke atas dengan meningkatkan bangunan rumahnya. Meskipun demikian karena keterbatasan pemahaman tentang kualitas rumah yang tidak sesuai dengan standar kualitas rumah sehat, maka meskipun rumahnya bertingkat, kesan kumuh masih melekat seperti terlihat pada gambar- gambar berikut:

Jumlah ruangan pada rumah-rumah di permukiman kampung kota sebagian besar terdiri atas 3 – 4 ruang. Ruang tidur umumnya terletak di lantai atas dengan 1 ruangan yang digunakan bersama untuk seluruh keluarga atau diberi penyekat dengan kain/gorden. Ruang tamu umumnya digunakan dengan fungsi beragam sebagai ruang keluarga, ruang makan dan bagi warga yang memiliki usaha sekaligus juga digunakan sebagai tempat usaha. Dapur untuk warga yang memiliki usaha warung makan atau menjual nasi kuning/uduk digunakan juga untuk memasak kebutuhan warung dan untuk rumah tangga. Bagi warga yang memiliki KM/WC di dalam rumah, difungsikan

Rumah-rumah berlantai dua untuk menyiasati keterbatasan lahan pada permukiman kampong kota namun kesan kumuh masih tetap terasa. Gambar 34

juga untuk cuci baju dan cuci piring. Warga yang tidak memiliki KM/WC kegiatan mencuci baju dan piring dilakukan di luar rumah di MCK umum.

Tempat yang sempit di dalam rumah seringkali menyebabkan rumah hanya berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga pada waktu tidur saja. Ayah atau ibu mengerjakan tugas hariannya di luar rumah sambil mengobrol dengan tetangga, anak- anak bermain di luar, para remaja bertukar cerita dengan sebayanya di ruang-ruang gang di luar rumah mereka. Sikap seperti ini selain disebabkan karena rumah yang sempit tidak memungkinkan untuk bersantai dengan tenang di rumah, bisa jadi disebabkan karena kebiasaan sewaktu mereka tinggal di desa. Karakteristik fisik lingkungan permukiman dan kondisi fisik rumah dengan lahan terbatas ini memunculkan karakteristik sosial yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan rumah dan lingkungan yang mereka inginkan dan butuhkan. Suatu lingkungan permukiman yang mirip seperti yang mereka miliki pada saat masih tinggal di desa dengan karakateristik masyarakat penuh rasa kekeluargaan di antara para warganya. Karakteristik fisik lingkungan fisik akhirnya menjadi saling terkait dengan karakteristik sosial masyarakat penghuninya termasuk juga kebiasaan untuk menampung keluarga dari kampung yang menyebabkan kepadatan penduduk di permukiman kampung kumuh cenderung terus meningkat.

Seperti pada umumnya masyarakat berpenghasilan rendah maka masyarakat di permukiman kampung kota membelanjakan pendapatannya terlebih dahulu untuk keperluan-keperluan mendesak lainnya untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti makan dan biaya sekolah anak-anak. Memperbaiki rumah adalah pilihan terakhir, itu juga jika tersisa kelebihan uang yang cukup besar.

Partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan

Variabel partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dirinci dalam sub variabel: sikap proaktif untuk meningkatkan kualitas lingkungan, partisipasi dalam kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan frekuensi partisipasi. Sikap proaktif untuk meningkatkan kualitas lingkungan termasuk didalamnya adalah perilaku keseharian dalam menggunakan sarana lingkungan permukiman berkenaan dengan perilaku individiu seperti membersihkan halaman dan gang depan rumahnya, menjaga saluran drainase depan rumahnya, perilaku membuang sampah, perlakuan terhadap gang/jalan lingkungan yang berada tepat di depan

rumahnya, cara mendapatkan air bersih, dan perilaku-perilaku yang berkenaan dengan sikapnya terhadap lingkungan permukiman dan sarana prasarana yang terdapat di dalam lingkungan permukiman. Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan berkenaan dengan keikutsertaan individu dalam kegiatan-kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan, baik yang dilakukan secara berkelompok dengan masyarakat sekitarnya seperti bergotong royong memperbaiki jalan lingkungan (gang), membersihkan MCK, membangun pos siskamling, memberikan sumbangan dana, tenaga, waktu dan pikiran pada kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan perbaikan kampung. Frekuensi partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan berkenaan dengan frekuensi keikut sertaan dalam kegiatan meningkatkan kualitas lingkungan kampung.

Tabel 28 Partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan

Sangat rendah 4 1.67 5 Rendah 88 36.67 2 Sedang 100 41.67 1 Tinggi 42 17.50 3 Sangat tinggi 6 2.50 4 Jumlah 240 100.00 Sangat rendah 11 4.58 4 Rendah 44 18.33 2 Sedang 156 65.00 1 Tinggi 20 8.33 3 Sangat tinggi 9 3.75 5 Jumlah 240 100.00 Sangat rendah 0 0.00 4 Rendah 81 33.75 2 Sedang 133 55.42 1 Tinggi 26 10.83 3 Sangat tinggi 0 0.00 5 Jumlah 240 100.00 Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan Sikap proaktif untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman Partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan Frekuensi partisipasi meningkatkna kualitas lingkungan permukiman

Rentang frek % Urutan

sebaran

Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan berada pada kategori cukup baik meskipun jika dilihat dari kondisi fisik sarana prasarana lingkungan permukiman kampung kota terlihat perilaku yang tidak mendukung terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman kampung.

Sikap proaktif masyarakat kampung kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan dapat dilihat dari perilaku mereka terhadap lingkungan dan sarana prasarana yang terdapat di dalamnya. Masih banyak ditemukan perilaku yang buruk dari masyarakat seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang puntung rokok dan bungkus rokok di mana saja, terkadang membuang sampah di sungai karena lingkungan permukiman tidak menyediakan tempat sampah atau letak rumahnya lebih dekat ke sungai daripada ke tempat pembuangan sampah sehingga lebih memilih membuang sampah ke sungai/kali atau selokan dekat rumah.

Terdapat juga perilaku yang memperlakukan jalan/gang di depan rumahnya sebagai lahan miliknya sendiri seperti mempergunakannya sebagai tempat kandang ayam atau kandang burung padahal dari segi kesehatan, perilaku seperti ini sangat jelek untuk kesehatan masyarakat sekitarnya apalagi dengan berjangkitnya flu burung. Keterbatasan lahan rumah yang dimiliki warga seringkali mendorong warga untuk meng-invasi lahan milik publik seperti gang yang tepat berada di depan rumahnya sebagai perluasan atau bagian dari rumah dengan menyimpan berbagai barang atau benda-benda yang tidak tertampung di dalam rumah seperti ember-ember penampungan air bersih atau bahkan menjadikannya sebagai dapur dengan berbagai peralatan dapur yang diletakkan di lahan publik tersebut. Dengan keberadaan benda- benda tersebut seolah warga menandai bahwa lahan itu termasuk ke dalam teritori miliknya yang tidak boleh diganggu warga lain meskipun mereka juga tahu bahwa lahan itu sebetulnya adalah milik publik.

Proses pemilikan hak atas lahan yang tidak jelas dan tidak diatur dengan tata ruang yang taat asas hukum menjadikan pemilik hak atas lahan kosong tersebut berusaha untuk membangun sebesar-besarnya demi rumah yang ditinggalinya dan menyumbangkan sekecil-kecilnya bagi lingkungan permukiman termasuk untuk akses jalan. Akibatnya ruang jalan/gang pada permukiman kampung kota menjadi multifungsi selain fungsi utama sebagai sirkulasi, masyarakat juga menggunakannya untuk berbagai kegiatan, dari yang sifatnya pribadi/privat hingga yang sifatnya umum. Seringkali ruang gang kehilangan fungsi utamanya sebagai sarana sirkulasi karena diintervensi oleh masyarakat menjadi miliknya pribadi sehingga unsur publiknya menjadi pudar/hilang dan masyarakat lainnya tidak bisa mempergunakannya lagi. Perlakuan yang buruk terhadap gang/jalan lingkungan yang

terdapat di permukiman kampung kota oleh masyarakat penghuninya jika tidak ditertibkan akan memperburuk kondisi permukiman karena akan lebih memperparah kekumuhan yang sudah ada.

Berikut adalah rangkuman berbagai perlakuan warga dan kegiatan masyarakat di permukiman kampung kota yang dilakukan terhadap sarana prasarana lingkungan permukiman kampung kota

Tabel 29 Perlakukan dan kegiatan masyarakat terhadap sarana prasarana lingkungan Jenis aktivitas Tempat kegiatan Personal/privat Publik Koridor ruang gang •Pesta pernikahan/ khitanan/ulang tahun anak

• Bermain

• Mengobrol

• Bekerja • Tempat usaha

• Mencuci motor/mobil

• Menyimpan barang bekas

• Menjemur pakaian/kasur • Parkir

• Perayaan hari besar Teras-teras rumah

warga depan gang

•Mengasuh/ menyusui anak/

menyuapi anak •Istirahat/bersantai

•Memandikan bayi

• Bermain (anak-anak)

• Mengobrol dan bersosialisasi (remaja, ibu- ibu, bapak-bapak dan anak-anak)

Fasilitas MCK umum

•Mandi dan bersih-bersih • Mencuci baju/ sayur/buah

• Memandikan anak

• Menampung air

• Mengobrol

Warung/Kios •Pacaran • Mengobrol

• Belanja keperluan harian Sumber: Handayani, 2005

Invasi lahan terhadap ruang gang milik publik oleh masyarakat di permukiman kampung kota