• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi data hasil penelitian

Kasus 6: Saling percaya dan saling membantu antar tetangga

Yn dan El adalah dua orang ibu rumah tangga yang berasal dari daerah yang akhirnya menetap di kampung kota karena menikah dengan warga dari permukiman tersebut. Mereka saling kenal setelah tinggal dan hidup sebagai tetangga sekitar 8 tahun. Saling percaya dan saling membantu terlihat dengan seringnya mereka mengantar dan menjemput anak-anak mereka ke sekolah. Bila salah satu dari mereka tidak bisa melakukannya maka dengan senang hati salah satu dari mereka mengantar dan menjemput anak-anak mereka. Mengasuh anak pun kadang dilakukan bersama atau salah satu dari mereka mengasuh anak-anak mereka bila yang satu sedang melakukan pekerjaan lainnya. Hubungan ini terjalin dengan baik karena sebagai ibu rumah tangga mereka sering mengisi hari-hari mereka di rumah dengan berinteraksi dengan tetangga di luar rumah, teras depan rumah atau di gang depan rumah mereka atau saat-saat mencuci baju di sumur umum.

Dari gambar 27 dan kasus 5 dapat dilihat bahwa warga masyarakat dalam kesehariannya melakukan interaksi dengan tetangga dan warga komunitasnya di teras rumah, di warung atau di pinggir gang di depan rumah mereka. Ibu-ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil mengasuh anak atau sekedar memperhatikan dan menjaga anak-anak yang bermain di gang. Sumur umum juga seringkali dijadikan

Hubungan akrab antar warga masyarakat permukiman kampung kota mencerminkan modal sosial yang dimiliki

sebagai tempat untuk ngobrol sambil mencuci piring atau pakaian, atau membersihan buah dan sayur yang akan dimasak hari itu. Hubungan ketetanggaan ini kian erat dengan adanya berbagai kegiatan bersama seperti pengajian dan arisan.

Dari kasus 4 di atas dapat dijelaskan bahwa meskipun kondisi fisik lingkungan permukiman kampung kota memiliki sarana dan prasarana yang minim kualitasnya namun dengan hubungan ketetanggaan yang baik mengakibatkan masyarakat merasa nyaman tinggal di permukiman meskipun tentu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka tetap tinggal menetap, seperti jarak dan kedekatan dengan tempat bekerja.

Kepadatan penduduk dan bangunan di permukiman kampung kota yang sangat tinggi menyebabkan dinding rumah saling berimpit. Teras rumah yang langsung berbatasan dengan gang malah berkontribusi positif karena gang tersebut dapat dijadikan sebagai ajang untuk bersosialiasi warga, tempat mengasuh anak, tempat bermain, mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga, sehingga hubungan ketetanggaan terjalin cukup intensif. Hubungan yang intensif ini menumbuhkan rasa saling percaya (trust) antar tetangga dan warga komunitas. Dalam jangka panjang rasa saling percaya ini menumbuhkan hubungan ketetanggaan yang baik dan cenderung untuk saling tukar kebaikan (reprositas). Hubungan yang baik ini sering diwarnai semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain dan mewujud salah satunya dengan sifat kegotongroyongan untuk mengerjakan kegiatan bersama untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama yang dilakukan oleh komunitas warga. Relasi mutual (resiprositas) antar warga dan komunitas kampung kota

Relasi mutual antar warga masyarakat kampung kota seperti yang terlihat pada tabel 23 mayoritas berada pada kategori baik dan tidak satupun yang berkategori sangat buruk. Hal ini mencerminkan hubungan ketetanggaan dan persaudaraan yang kuat dengan tingginya tingkat saling percaya antara warga. Dari ilustrasi gambar 22 tercermin relasi mutual tersebut terjalin dan dipupuk setiap hari dengan fasilitas gang depan rumah mereka yang fungsi utamanya adalah sebagai sarana transportasi namun seringkali menjadi multi fungsi yang salah satunya sebagai sarana komunikasi warga.

Pada masyarakat dengan tingkat resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat kepedulian berupa saling membantu dan saling memperhatikan (Fukuyaman, 1995, 2003; Coleman 1995). Dari kenyataan ini dapat diasumsikan bahwa potensi modal sosial untuk meningkatkan kualitas lingkungan

permukiman sudah ada. Yang diperlukan adalah adanya kegiatan atau program yang sistematis dan berkelanjutan sehingga sifat kegotongroyongan dan kebersamaan masyarakat dapat dimanfaatkan dan diwujudkan dalam bentuk perilaku yang kondusif bagi terciptanya lingkungan permukiman yang sehat.

Norma dan nilai sosial

Kepatuhan akan aturan-aturan yang ada mencerminkan norma dan nilai sosial, baik itu aturan sosial yang sanksinya dari masyarakat maupun aturan hukum formal yang sanksinya diatur oleh peraturan daerah (Perda) seperti larangan membuang sampah di sungai.

Tabel 23 (lanjutan) Modal sosial masyarakat kampung kota

Sangat rendah 7 2.92 5 Rendah 52 21.67 2 Sedang 137 57.08 1 Tinggi 34 14.17 3 Sangat tinggi 10 4.17 4 Jumlah 240 100.00 Sangat rendah 29 12.08 4 Rendah 58 24.17 2 Sedang 124 51.67 1 Tinggi 25 10.42 3 Sangat tinggi 4 1.67 5 Jumlah 240 100.00

Nilai dan norma masyarakat

Peran tokoh dan organisasi masyarakat

Modal Sosial Rentang frek % Urutan

sebaran

Masyarakat kampung kota meskipun hidup di kota namun seringkali masih membawa tata cara kehidupan di kampung seperti misalnya memanfaatkan lahan depan rumah untuk menyimpan barang-barang yang tidak tertampung di dalam rumah (gudang), memelihara ternak unggas dan burung-burung di ruang gang yang tepat berada di depan rumahnya, padahal ruang gang tersebut adalah milik publik yang fungsi utamanya adalah untuk sarana sirkulasi/lalu lintas di dalam permukiman kampung kota yang seharusnya tidak digunakan untuk keperluan-keperluan pribadi untuk dijadikan gudang atau garasi atau kandang ternak.

Pada saat terjadi wabah flu burung, pemerintah daerah melarang masyarakat untuk memelihara unggas di sekitar lingkungan permukiman karena dikhawatirkan akan menjadi media bagi virus flu burung yang membahayakan kesehatan manusia. Namun di kampung kota, warga masih juga memelihara unggas, baik itu ayam maupun burung dengan alasan hobby. Belum ada kesadaran bahwa hal itu melanggar aturan pemerintah.

Rendahnya ketaatan terhadap aturan tercermin dari ketidakpedulian warga pada larangan memelihara unggas di permukiman dan berlaku egois dengan membuat garasi atau menyimpan barang-barang pribadi di lorong jalan/gang yang merupakan sarana sirkulasi milik publik