• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bagian ini, hendak dijelaskan tentang fokus kajian, batasan, dan sumbangan dari penulisan tesis ini.

41 Cindi Wooden, “Kala Keheningan Mesti Meraja,” UTUSAN, 20.

1.3.1. Fokus Kajian

Dari sekian banyak teolog yang merefleksikan tema salib, penulis mengkaji pemikiran Bernard Lonergan (1904-1984) dan Jürgen Moltmann (lahir 8 April 1926) karena keluasan dan kedalaman refleksi teologi mereka yang ditunjukkan oleh karya-karya mereka. Klaim bahwa gagasan dan sumbangan pemikiran Lonergan itu menarik, orisinal, dan bermutu tinggi dapat dikonfirmasi dengan fakta-fakta berikut ini:

pertama, karya-karya Lonergan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Kedua, ada dua puluh satu jilid bukunya yang telah diterbitkan oleh University of Toronto Press. Ketiga, ada lebih dari seribu disertasi doktoral yang membahas pemikiran Lonergan. Dan keempat, ada beberapa institusi riset di dunia yang didirikan untuk mempelajari pemikiran Lonergan.42

Selain itu, menurut Robert M. Doran, S.J.43 ada banyak komunitas internasional, pusat studi, dan Institut Lonergan (Lonergan Institute) yang mendalami sumbangan pemikiran Bernard Lonergan, misalnya di Boston, Los Angeles, Toronto, Sydney, Melbourne, Dublin, Roma, Mexico City, Tokyo, Bogota, Montreal, Manila, dan Washington, D.C. Paling tidak, ada sembilan websites mengenai Lonergan yang berbeda tetapi saling terhubung. Dan juga, ada kursus-kursus akademis berkaitan

42 Matek Balinski “Self-Affirmation and The Ultimate Ground of Knowledge in Lonergan's Insight: An Interpretation,” (Disertasi Doktoral yang Tidak Dipublikasikan, University of Toronto, 2000), 6.

43 Robert M. Doran, S.J. “Why Lonergan?” diakses dari http://www.shu.edu/catholic-mission/lonergan/upload/Why_Lonergan_Father_Doran_speech.pdf (diunduh 3 Desember 2012).

dengan karya Lonergan yang diselenggarakan pada aneka level di lembaga seperti di Boston College, Catholic University of America, Loyola Marymount University, Marquette University, Seton Hall University, dan Regis College at the University of Toronto.44

Tentang Jürgen Moltmann, Miroslav Volf, profesor teologi sistematik di Yale Divinity School, menyatakan bahwa Moltmann adalah teolog yang memiliki pengaruh yang mendalam terhadap pembentukan teologi dewasa ini. Moltmann memiliki keaslian visi dan gagasan yang menginspirasi banyak teolog khususnya teolog pembebasan. Ada lebih dari 130 disertasi yang mempelajari dan mendalami pemikirannya. Hal ini menunjukkan signifikansi sumbangan pemikiran Moltmann.45

1.3.2. Batasan

Untuk menjawab pertanyaan pokok yang pertama, tesis ini akan berfokus pada buku Lonergan, De Verbo Incarnato, edisi ketiga, (Rome: Gregorian University, 1964). Dalam bukunya ini, khususnya tesis 17, Lonergan membahas tentang teologi salib secara sistematis. Selain itu, akan dibahas pula “The Redemption” yang oleh para editor tulisan Lonergan dimasukkan ke dalam kumpulan karya Lonergan dengan judul

44 Lihat juga Benny B. Wetty, “Tuhan Sungguh Ada: Afirmasi Keberadaan Tuhan Menurut Bernard Lonergan dalam Bab 19 Insight: A Study of Human Understanding”, (Skripsi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, 2013), bagian Pengantar.

45 Miroslav Volf, (ed.), The Future of Theology: Essays in Honor of Jürgen Moltmann (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1996), ix.

Philosophical and Theological Papers 1958-1964, Collected Works of Bernard Lonergan, Robert C. Croken, dkk. ed. (Toronto: University of Toronto Press, 1996).

Dalam karyanya itu, Lonergan membahas penebusan secara komprehensif yang akan penulis angkat sebagai tanggapan ilahi yang sifatnya umum atas penderitaan. Untuk Moltmann, penulis akan berfokus pada bukunya The Crucified God: The Cross as the Foundation and Criticism of Christian Theology (London: SCM Press, 1974). Lewat karyanya ini, akan didalami gagasan pokok teologi salib Moltmann.

Lalu, untuk menjawab pertanyaan pokok yang kedua, penulis lebih berfokus pada buku Lonergan, Method in Theology (Toronto: University of Toronto Press, 1971). Lewat karyanya itu, penulis hendak mengangkat konsep autentisitas manusia yang berpuncak pada tindakan kasih bagi sesama yang menderita. Selain itu, akan didalami juga konsep dosa yang menjadi penghalang autentisitas manusia dari Insight:

A Study of Human Understanding, Collected Works of Bernard Lonergan Volume 3, Frederick E. Crowe dan Robert M. Doran, ed. (Toronto: Toronto University Press, 1992). Sedangkan untuk Moltmann, penulis akan berfokus pada bukunya, The Spirit of Life: A Universal Affirmation (London: SCM Press, 1992). Lewat karyanya ini, penulis hendak mengangkat konsep persahabatan terbuka yang menjadi tanggapan manusiawi atas penderitaan sesama manusia. Selain itu, akan didalami pula The Trinity and the Kingdom of God: The Doctrine of God (London: SCM Press, 1981) dan God in Creation: An Ecological Doctrine of Creation (London: SCM Press, 1985). Lewat dua karya Moltmann ini, penulis ingin mendalami gagasan antropologi teologis

Moltmann yang menjadi dasar seseorang dimampukan untuk mengusahakan persahabatan terbuka.

Tentu saja, buku-buku tersebut akan dilengkapi dan ditambahkan dengan karya-karya mereka lainnya agar semakin kaya dan komprehensif, selain juga kajian dari penulis lain yang telah lebih dahulu mempelajari pemikiran mereka.

1.3.3. Sumbangan

Aneka kekerasan yang mengakibatkan penderitaan sesama yang terjadi di sekitar kita dan di masyarakat global menunjukkan tanggapan teologis terhadap kekerasan semakin mendesak dibutuhkan daripada sebelumnya.46 Gereja tidak bisa diam saja melihat situasi itu. Menurut Moltmann, Gereja dan teologi Kristiani hanya dapat menjadi relevan bagi persoalan dunia modern jika mereka mau mendalami identitas mereka yang paling dalam yaitu Kristus yang tersalib.47 Karena itu, kajian ini diharapkan memberi sumbangan refleksi teologis atas penderitaan manusia.

Selain itu, langgengnya kekerasan menunjukkan bahwa tanggapan seorang humanis tidak mencukupi lagi. Hal baru yang penulis angkat adalah selain bertanya, di mana Allah saat manusia menderita, pertanyaan di manakah manusia di saat sesamanya menderita perlu direfleksikan juga untuk melengkapi pertanyaan pertama.

46 Mary Gerhart, Bernard Lonergan’s “Law of the Cross”: Transforming the Sources and Effect of Violence” Theological Studies, vol. 77, (1), 2016, 78.

47 Jürgen Moltmann, Collected Reading, Margaret Kohl (ed.), (Minneapolis: Fortress Press, 2014), 37.

Dengan demikian, lewat kajian ini, disumbangkan suatu pemikiran yang komprehensif dalam bidang teologi mengenai salib untuk merefleksikan fakta penderitaan yang dialami manusia.

Di samping itu, setelah menelusuri aneka macam referensi akademis yang membahas mengenai pemikiran Lonergan dan Moltmann, penulis belum menemukan ada akademisi yang menyandingkan secara langsung sumbangan pemikiran Lonergan dan Moltmann tentang salib. Memang, penulis menemukan satu disertasi yaitu Robert E. Majzler, “The Cross, Narrative, and Interiority: A Dialectical Comparisan Bertween Theologians of the Cross and Bernard Lonergan” (Disertasi yang Tak Dipublikasikan, Marquette Univeristy, 1980). Namun, disertasi itu menyandingkan secara tidak langsung gagasan salib Lonergan dan Moltmann. Penulis katakan “menyandingkan secara tidak langsung” karena dalam disertasi itu pemikiran Lonergan ditatapkan dengan Moltmann yang dimasukkan dalam kategori kelompok teolog teologi salib bersama dengan Eberhard Jüngel dan Johann Baptist Metz. Karena itu, kajian ini menjadi sesuatu hal yang baru.

Terakhir, secara tidak langsung, kajian ini menjadi sumbangan literatur yang bersifat ekumenis karena Lonergan adalah seorang imam Katolik yang bergabung dengan ordo Serikat Yesus dan Moltmann adalah teolog dari Gereja Reformasi Protestan yang pernah melayani sebagai pendeta di Gereja Evangelis, Bremen, Jerman.

Dengan melihat latar belakang kedua tokoh ini, diharapkan kajian ini dapat menjadi

salah satu sarana yang memperkokoh jembatan ekumenisme antara Gereja Katolik dan Protestan.