• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bagian ini, penulis akan menyebutkan beberapa tujuan dari penulisan tesis ini dan manfaat apa yang dapat diambil dengan membaca kajian ini.

1.4.1. Tujuan

Kajian ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, penulis hendak menyajikan pokok-pokok gagasan Bernard Lonergan dan Jürgen Moltmann mengenai salib.

Tujuan pertama ini diharapkan menjawab pokok persoalan pertama yang diajukan dalam tesis ini, di manakah Allah saat manusia menderita. Kedua, setelah itu, dengan terang gagasan salib itu, penulis hendak merefleksikan sikap apa yang secara ideal dilakukan seorang Kristiani ketika melihat ada sesamanya yang menderita. Tujuan kedua ini diharapkan menjawab pokok persoalan kedua, di manakah manusia saat sesamanya menderita. Ketiga, penulis berharap kajian ini menjadi sarana untuk semakin memperkenalkan sumbangan refleksi teologis Lonergan dan Moltmann di Indonesia. Terakhir, tentu saja, kajian ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Teologi dari Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

1.4.2. Kegunaan

Relevansi kajian ini adalah untuk memperdalam lagi pemahaman kita akan misteri salib Yesus Kristus. Signifikansi kajian ini adalah dalam terang refleksi atas salib Kristus, umat beriman dimampukan untuk berdaya tahan dalam situasi penderitan. Menurut Carlo Martini, gagasan tentang daya tahan (perseverance) terdapat di beberapa teks Kitab Suci dan diekspresikan dengan berbagai cara, misalnya

“menyimpan sabda”, menunjukkan kekuatan untuk tetap bertahan sampai akhir.

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Luk.

8: 15).48 Ketika situasi penderitaan mencobai kita, kita menghadapinya dengan daya tahan, ketekunan, dan kegigihan.

Dengan sumbangan refleksi teologis Bernard Lonergan dan Jürgen Moltmann, orang beriman diajak untuk merefleksikan penderitaannya sebagai pengalaman iman akan Kristus yang sudah lebih dahulu menderita dan wafat baginya. Penderitaan dan wafat Yesus di salib itu tidak hanya menjadi bukti nyata solidaritas Kristus pada manusia yang paling rapuh dan lemah, tetapi penderitaan Yesus itu sendiri berdaya transformatif dan menyelamatkan manusia.

48 Cardinal Carlo Maria Martini, Matthew J. O’Connell, terj. Perseverance in Trials: Reflection on Job (Collegeville: The Liturgical Press, 1992), 17-18. (Gagasan Carlo Martini tentang sikap berdaya tahan ini pernah penulis sampaikan pada presentasi Kuliah Seminar Carlo Martini, 10 Mei 2017).

1.5. Metode

Tesis ini adalah kajian teologis yang secara deskriptif memaparkan pandangan teologis Jürgen Moltmann dan Bernard Lonergan lewat studi pustaka. Lewat studi pustaka murni, penulis hendak mendalami argumentasi pokok Bernard Lonergan dan Jürgen Moltmann mengenai salib dan tindakan ideal seorang manusia terhadap sesamanya yang menderita. Buku utama yang menjadi sumber refleksi Lonergan tentang salib adalah De Verbo Incarnato khususnya tesis 17-nya. Buku De Verbo Incarnato sendiri terdiri dari 17 tesis. Tesis 15 berbicara tentang “Penebusan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru”. Kemudian tesis 16 berbicara tentang “Silih yang Diberikan oleh Kristus” dan terakhir, tesis 17 berbicara tentang “Memahami Misteri:

Hukum Salib” yang menampilkan sintesis pemahaman Lonergan akan karya Kristus.49 Buku Lonergan berikutnya yang menjadi sumber utama kajian ini Method in Theology. Dalam bukunya ini, Lonergan membimbing pembaca untuk menemukan apa yang terjadi ketika mereka mencapai pengetahuan, mengevaluasi opsi, dan membuat keputusan. Dia mengharapkan bahwa mereka yang membuat penemuan-penemuan ini tentang diri mereka sendiri mencapai pengetahuan eksplisit tentang bagaimana seseorang mencapai pengetahuan dan nilai-nilai, bagaimana penyelidikan dipandu oleh kriteria internal, dan bagaimana karenanya penyelidikan dapat disebut

49 Lih. “Bernard Lonergan” dalam

https://www.revolvy.com/main/index.php?s=Bernard%20Lonergan&item_type=topic (diakses 11 Mei 2017).

"objektif." Objektivitas seperti itu menyiratkan kesamaan struktural antara proses penyelidikan dan struktur yang dapat diketahui dan dinilai oleh setiap penanya, di tempat atau waktu mana pun. Lonergan mengusulkan bahwa struktur ini, pada gilirannya, memberikan klarifikasi yang diverifikasi secara pribadi mengenai metode khusus untuk ilmu alam dan manusia, historiografi dan hermeneutika, ekonomi, estetika, teologi, etika, serta filsafat.50 Untuk kepentingan tesis ini, dari sumber ini, penulis mengangkat konsep etika tertentu dalam mana struktur mengetahui dalam diri seseorang mengarahkannya pada suatu tindakan etis di hadapan penderitaan sesama manusia.

Dari Moltmann, penulis akan mendalami bukunya, The Crucified God.

Menurut Richard Bauckham, dalam karya awal Moltmann, gagasan teologis yang paling penting adalah interpretasi dialektis antara salib (The Crucified God) dan kebangkitan Yesus (Theology of Hope). Salib dan kebangkitan dipilih Moltmann untuk menampilkan dua realitas yang berlawanan: kematian dan kehidupan, ketidakhadiran Allah dan kehadiran Allah. Namun, Yesus yang tersalib dan bangkit adalah Yesus yang sama dalam kontradiksi total itu. Dengan membangkitkan Yesus yang tersalib kepada kehidupan baru, Allah menciptakan kontinuitas dalam diskontinuitas radikal.51 Lebih lanjut, kontradiksi salib dan kebangkitan sesuai dengan kontradiksi antara apa yang real sekarang dan apa yang Allah janjikan untuk masa depan. Pada salib, Yesus

50 Tad Dunne, “Bernard Lonergan (1904—1984),” diakses dari https://www.iep.utm.edu/lonergan/ (19 Agustus 2019).

51 Richard Bauckham, The Theology of Jurgen Moltmann (Edinburgh: T&T Clark, 1995), 3.

diidentifikasi dengan realitas dunia saat ini dalam segala negativitasnya: dominasi dosa, penderitaan dan kematian, atau apa yang disebut Moltmann sebagai situasi tanpa Allah (godlessness), pengabaian-Allah (godforsakenness), dan kesementaraan (transitoriness). Tetapi, karena Yesus yang sama dibangkitkan, kebangkitan-Nya menetapkan janji Allah tentang ciptaan baru untuk seluruh realitas yang diwakili oleh Yesus yang tersalib.52

Buku Moltmann selanjutnya adalah The Spirit of Life yang dipublikasikan tahun 1991. Sub judul bukunya itu, A Universal Affirmation, menunjukkan perhatian utamanya, yaitu karya Roh Kudus seharusnya tidak dipandang melulu sebagai spiritual, melainkan Roh sungguh merupakan “Tuhan dan Yang menghidupkan”

sebagaimana dikatakan dalam Syahadat Nicea. Roh adalah pemberi hidup dalam arti yang sepenuhnya, baik itu secara spiritual maupun fisikal.53 Moltmann mengatakan bahwa lewat bukunya ini, ia berharap membawa suatu pembebasan, pembenaran, kelahiran kembali, penyucian, dan pengalaman mistik dalam hidup.54 Untuk kepentingan tesis ini, buku ini menjadi sumber utama untuk mengangkat sebuah gagasan tentang etika Kristiani.

52 Richard Bauckham, The Theology of Jurgen Moltmann (Edinburgh: T&T Clark, 1995), 3.

53 Jürgen Moltmann, Collected Readings, Margaret Kohl, (ed.) (Minneapolis: Fortress Press, 2014), 157.

54 Jürgen Moltmann, A Broad Place: An Autobiography (Minneapolis: Fortress Press, 2008), 347.