• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Balanced Scorecard (BSC)

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Formulasi Balanced Scorecard (BSC)

Adapun kajian t eori yang d igunakan sebagai pendekatan da lam pengukuran efektivitas d alam penerapan m anajemen be rbasis sekolah terhadap mutu pembelajaran didasarkan p ada s ebuah t eori yang mulanya berkembang dalam m anajemen strategi y akni b erupa balanced scorecard

yang pe rtama ka li d ikemukakan o leh Robert S . Kaplan d an D avid N orton yang menjelaskan ba hwa ba nyaknya pe rusahaan yang telah mempunyai sistem pengukuran kinerja yang menyertakan berbagai ukuran finansial dan

46 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan. . ., hlm. 55-56

47 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2014), hlm. 80

non-finansial.49 Sejalan d engan pe ndapat K aplan da n N orton, D avid Chaudron m enjelaskan t eori balanced scorecard dalam a plikasinya mengarah pada perbaikan berbagai m acam permasalahan y ang meliputi pengukuran o rganisasi, ke suksesan u nit bisnis a tau d ivisi-divisinya, keseimbangan jangka pa njang da n pe laksanaan jangka pe ndek, keseimbangan pe rbedaan da lam pe ngukuran ke suksesan, ke uangan, pelanggan, pr oses internal, s erta s istem sumber da ya manusia da n pengembangannya.50

Balanced scorecard merupakan s alah s atu bentuk a tau a lat yang digunakan u ntuk mengukur k inerja serta s ebagai s alah s atu c ara u ntuk menyusun strategi dalam mencapai tujuan o rganisasi. P engertian balanced

Lebih lanjut K aplan d an N orton menjelaskan secara intensif mengenai penjabaran balanced scorecard. Dalam hal ini pe nerapan

balanced scorecard dilakukan d engan d ilandasi dengan e mpat pe rspektif yakni pe langgan, pr oses bi snis internal, pe mbelajaran da n pe rtumbuhan, serta keuangan. Sama halnya dengan balanced scorecard, apabila perspektif dalam pe laksanaan balanced scorecard dikaitkan de ngan lembaga pendidikan maka d alam pe nerapan t eori balanced scorecard pada manajemen berbasis sekolah juga dapat diadopsi secara kontekstual. Karena masing-masing mempunyai tujuan yang sama yakni perbaikan mutu/kualitas secara berkelanjutan, namun dalam penerapannya mempunyai koridor yang berbeda ya itu balanced scorecard diterapkan d i perusahaan s edangkan Manajemen Berbasis Sekolah diterapkan di lembaga pendidikan.

49 Robert S. Kaplan dan David Norton,1996. Balanced ScoreCard, Terjemahan, Peter R. Yosi Pasla, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm.7-9

scorecard secara l ebih m endalam l ebih da ri s ekedar alat pengukur kinerja dan penyusunan strategi. M enurut M ulyadi (2001) mengatakan bahwa definisi balanced scorecard adalah sebuah alat manajemen zaman sekarang yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipat gandakan kinerja keuangan. Sedangkan menurut Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa definisi balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja baru yang mengintergrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Balanced scorecard mencakup berbagai a ktivitas d alam penciptaan ni lai yang d ihasilkan o leh pa rtisi perusahaan y ang memiliki kemampuan motivasi tinggi. Sementara tetapmemperhatikan kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif finansial.51

Menurut D adang D ally penerapan t eori balanced scorecard dalam manajemen b erbasis sekolah adalah be rupa pe ngukuran k inerja sekolah yang terdiri da ri du a ba gian yakni aspek t ujuan strategis da n pe ngukuran strategis.

Balanced scorecard dapat dinyatakan sebagai suatu alat yang efektif untuk mengevaluasi suatu organisasi dalam pencapaian kinerjanya. Kinerja ini d ikenali s ebagai hubungan a ntara ha sil d an berbagai faktor ya ng mempengaruhi ha sil s trategis i tu. Kemampuan dari balanced scorecard

tersebut da pat di terapkan d i o rganisasi bisnis dan d iadopsi o leh s uatu institusi pendidikan.

52

51 Dewi Aulia, Andri Ikhwana, “Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha Kain Tenun Sutra dengan Pendekatan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus di Pabrik Sutra Tiga Putra)”,

Jurnal Kalibrasi Vol. 10 No. 01 (2012): hlm.12

52 Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . . hlm. 92

pelaku pe ndidikan ba ik p ihak internal maupun pi hak e ksternal sekolah. Sedangkan da lam a spek t ujuan s trategis melibatkan e mpat as pek seperti yang telah diterapkan dalam teori balanced scorecard itu sendiri. Jadi dalam perspektif balanced scorecard sebagai p endekatan da lam pe nerapa manajemen berbasis sekolah yaitu dilakukan dengan menyatukan komponen pelaku p endidikan de ngan em pat a spek dalam balanced scorecard itu sendiri. Pertama, pe rspektif ke uangan menekankan pa da pe ningkatan pemerataan layanan pe ndidikan de ngan pembiayaan pe ndidikan secara optimal. Kedua, pe rspektif pe langgan menekankan pa da pe ningkatan pemberian layanan pendidikan ya ng berkualitas oleh sekolah kepada siswa. Perspektif customers dalam bisnis d iganti de ngan student dan diinterprestasikan secara akademik. Setiap lembaga pendidikan mempunyai misi dan visi yang kemudian diterjemahkan dalam tujuan organisasi. Dalam konteks tujuan i ni, l embaga pendidikan ha rus m emutuskan apa y ang akan diperbandingkan da n a pa yang menjadi t olok ukur nya. Dalam ko nteks

balanced scorecard akan memberikan elemen dasar strategi me lalui s uatu rangkaian indikator kinerja untuk menjamin bahwa tindakan sesuai dengan tujuan strategi.

Ketiga, pe rspektif pr oses internal m enekankan pa da peningkatan daya t ampung da n kualitas sarana/prasarana s ekolah u ntuk memenuhi kebutuhan siswa s ecara maksimal. Keempat, pe rspektif pe mbelajaran da n pertumbuhan menekankan pa da kemampuan da n ko mpetensi gur u un tuk mengembangkan t ujuan pembelajaran melalui p roses pe mbelajaran yang

berkualitas da n kemampuan pa ra ka ryawan s ekolah da lam memberikan pelayanan ya ng berdampak secara langsung terhadap s iswa. Jadi, da pat dipahami b ahwa pada pengukuran penerapan m anajemn b erbasis s ekolah dalam pe rspektif pe mbelajaran da n pe rtumbuhan d itujukan u ntuk mengembangkan kr eativitas gur u da lam mengembangkan metode pembelajaran yang berkualitas de ngan mempertimbangkan pr insip efisiensi yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran.

Dalam model penerapan manajemen berbasis sekolah dengan pendekatan balanced scorecard dimaksudkan sebagai upa ya lebih memberdayakan pr oses implementasi manajemen b erbasis sekolah. Integrasi ke dua ko nsep t ersebut da lam up aya pe mberdayaan d ilaksanakan dari berbagai t eori yang mendukung pe nulisan ini, d ijelaskan ba hwa manajemen strategis yang mencakup pengamatan lingkungan e ksternal maupun internal, pe rumusan s trategi, mengimplementasikan s trategi, evaluasi da n pe ngendalian, d igunakan u ntuk mengantisipasi t erjadinya perubahan baik internal maupun eksternal, sehingga hal tersebut berpeluang untuk melakukan pemberdayaan implementasi manajemen berbasis sekolah. Sedangkan pe ndekatan balanced scorecard dengan e mpat pe rspektifnya yang mencakup pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan, keuangan, dan proses internal da pat d igunakan da lam sistem pe ngendalian s trategis, sehingga t erjadi bagian yang t ak t erpisahkan da ri siklus manajemen strategis.53

53 Sebagaimana dikutip dari Dadang Dally, Balanced ScoreCard. . ., hlm.88-89.

Jadi, dalam pendekatan teori balanced scorecard dalam manajemen strategis sebagai pendekatan dalam penerapan manajemen be rbasis sekolah secara bertahap da n ko ntinu yang menggarap t iga bi dang. Pertama, perencanan s trategis yang meliputi pe rumusan vi si da n misi s ekolah, analisis lingkungan strategis sekolah, penyusunan rencana strategis sekolah, pelaksanaan r encana ke rja s ekolah, pe ngukuran kinerja s ekolah. Kedua, kemandirian yang meliputi sikap pr ofesionalisme, pe mbagian t ugas kewenangan, dan transparansi dan akuntabilitas sekolah. Ketiga, partisipasi masyarakat/stakeholders pendidikan. Dari ketiga bi dang i ni s ebagai f okus utamanya tentu sebagai upaya dalam peningkatan mutu kelembagaan.

Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif sebagaimana d ipaparkan o leh Barbara G unawan a dalah54

54 Suripto, “ Penerapan Balanced Scorecard pada L embaga P endidikan (P engukuran Kinerja A dministrator Kampus) “ , Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.6, (2009): hlm. 603-604

: Pertama,

perspektif ke uangan pe njelasannya ya itu terwujudnya t anggung jawab ekonomi melalui pe nerapan pe ngetahuan manajemen d alam pe ngolahan bisnis da n pe ningkatan pr oduktivitas yang d ikuasai p ersonil. I mplementasi dalam lembaga pe ndidikan da pat d iukur melalui efektivitas da n ef isiensi pendapatan j angka panjang d an pe ndapatan jangka pe ndek. Kedua, dilihat dari perspektif customer atau pelanggan dapat mewujudkan tanggung jawab sosial sehingga pe rusahaan d ikenal s ecara luas sebagai pe rusahaan yang akrab de ngan lingkungan. U ntuk m encapai visi, bagaimana s eharusnya melihat pe langgan. M enterjemahkan visi ini a dalah sangat pe nting,

administrasi, siswa, alumni, karyawan, komunitas, peran orang tua dan citra sekolah. Ketiga, pe rspektif pr oses internal d iharapkan da pat melipatgandakan k inerja s eluruh pe rsonil pe rusahaan melalui interprestasi.

Keempat, pe rspektif pe mbelajaran d an pe rtumbuhan da pat menciptakan keunggulan j angka penjang perusahaan l ingkungan bi snis global m elalui pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

Dari t ujuan da n s asaran yang hendak d icapai s etiap pe rspektif

balanced scorecard semuanya berfokus pa da c ara da lam meningkatkan mutu. A dapun pada lembaga pe ndidikan sendiri s alah satu indikator peningkatan mutunya adalah dalam proses pendidikan yang tercermin pada proses pe mbelajaran y ang sangat erat hubungannya dengan mutu i tu sendiri.55 Dalam konteks i ni, m utu m engacu pa da m asukan, proses, keluaran, da n da mpaknya. Adapun mutu pr oses pe mbelajaran da pat dimaknai sebagai ke mampuan sumber daya sekolah dalam mentransformasikan be rbagai j enis m asukan ya kni s umber daya m anusia, material/sarana d an pr asarana, t arget/tujuan, s erta ki nerja s truktural.56