• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Geografi Kampoeng Batik Laweyan

Kampoeng Batik Laweyan berada di Kecamatan Laweyan, Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, dan salah satu bagian dari 11 kelurahan di Kecamatan Laweyan. Kampoeng Batik Laweyan ini terletak di jalan Dr. Radjiman No. 521, dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelureahan Sondakan Sebelah Timur : Kelurahan Bumi Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kelurahan Pajang

Luas wilayah Kampoeng Batik Laweyan yaitu 4,2 Ha yang merupakan dataran rendah, ketinggian 150 m di atas permukaan laut, suhu rata-rata 36°C. Jarak Kelurahan Laweyan dengan pusat pemerintah Kecamatan yaitu 500 meter, sedangkan ke Pusat Pemerintahan Kota sekitar 4 km, dan dari pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah 110 km.

Kondisi Demografi Kampoeng Batik Laweyan

Potensi Sumberdaya Manusia

Kampoeng Batik Laweyan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.138 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki yaitu sebesar 50,94%. Sementara itu jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan sebanyak 665 kepala keluarga. Adapun jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin di Kampoeng Batik Laweyan 2016

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Laki-laki 1.049 49,06

2 Perempuan 1.089 50,94

Jumlah 2.138 100,00

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan Kampoeng Batik Laweyan sebagai kampung penghasil batik tertua, sehingga peran perempuan sangat dibutuhkan pada proses pembuatan batik, khususnya pada proses isen-isen. Peran perempuan di Kampoeng Batik Laweyan, sangat besar, sehingga para pengusaha batik perempuan di Laweyan mendapatkan gelar dengan istilah mbok mase.

Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan didominasi oleh kelompok umur 30-39 tahun. Adapun jumlah laki-laki yang berada pada kelompok umur tersebut yaitu sebanyak 171 jiwa, sementara perempuan berjumlah 184 jiwa. Persentase yang berada pada kelompok umur 30-39 yaitu sebesar 16,60%. Adapun persentase kelompok umur masyarakat Kampoeng Batik Laweyan dapat dirinci pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kampoeng Batik Laweyan 2016

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase Laki-laki Perempuan 1 0-4 85 84 169 7,90 2 5-9 76 69 145 6,78 3 10-14 80 88 168 7,86 4 15-19 90 88 178 8,32 5 20-24 75 67 142 6,64 6 25-29 65 70 135 6,31 7 30-39 171 184 355 16,60 8 40-49 156 152 308 14,40 9 50-59 123 133 256 11,97 10 60+ 128 154 282 13,19 Jumlah 1.049 1.089 2.138 100,00

Sumber: Data Monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016

Berdasarkan data monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016, diketahui bahwa masyarakat Kampoeng Batik Laweyan didominasi oleh kelompok umur 30-39 tahun dan jumlah perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan laki- laki. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut merupakan usia produktif masyarakat Kampoeng Batik Laweyan dalam proses pembuatan batik.

Masyarakat Kampoeng Batik laweyan didominasi oleh mata pencaharian sebagai buruh industri. Sementara selanjutnya didominasi oleh mata pencaharian sebagai pengusaha. Adapun jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian (umur 10 tahun keatas) Februari 2016

No. Mata pencaharian Jumlah Persentase

1 Petani Sendiri 0 0 2 Buruh Tani 0 0 3 Nelayan 0 0 4 Pengusaha 65 3,56 5 Buruh Industri 583 31,96 6 Buruh Bangunan 101 5,54 7 Pedagang 161 8,83 8 Pengangkutan 0 0 9 PNS/TNI/Polri 38 2,08 10 Pensiunan 33 1,81 11 Lain-lain 843 46,22 Jumlah 1.824 100,00

Sumber: Data Monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016

Mayoritas masyarakat Kampoeng Batik Laweyan bermatapencaharian sebagai buruh industri yaitu sebagai buruh batik dimasing-masing kelas perusahaan batik. Adapun jenis pekerjaan dalam industri batik terdiri dari tukang cap, kuli babar, kuli celep, kuli beret, pengubeng (pembatik) dan kuli kemplong (Soedarmono 2006). Masyakarat yang berprofesi sebagai buruh batik dalam seharinya mendapatkan upah sekitar Rp35.000,00 sampai dengan Rp50.000,00 tergantung jenis pekerjaannya. Buruh batik terdiri dari dua macam yaitu harian dan mingguan, dan terbagi lagi menjadi dua sistem yaitu borongan dan tidak borongan. Buruh borongan yaitu buruh yang mengerjakan pekerjaannnya secara borongan, misalnya untuk buruh cap dalam sehari tidak harus mengerjakan beberapa potong kain untuk diselesaikan, namun semakin banyak jumlah potongan kain yang dicap maka semakin banyak gaji yang akan didapat. Hal ini dikarenakan harga untuk satu potong kain yang telah dicap yaitu sebesar Rp 25.00,00/potong, ada juga yang harganya Rp2.000,00/potong tergantung tingkat kesulitan motif yang dihasilkan. Jika sehari mampu menyelesaikan 60 potong kain, maka gaji yang didapat dalam sehari yaitu Rp150.000,00.

Meskipun gaji buruh batik di Kampoeng Batik Laweyan relatif kecil, para buruh hingga saat ini masih tetap bertahan untuk menekuni pekerjaan tersebut. Salah satu contohnya yaitu buruh batik yang bekerja di perusahaan batik kelas menengah (medium) yang mendapatkan gaji sebesar Rp35.000,00 dalam sehari, dan harus dipotong untuk biaya transportasi sebesar Rp20.000,00.

“... Gajine iki sak dino yo sak itik ko mbak, sedino telu limo, dipotong ongkos sisane tinggal rong puluh ewuh ...”. (W, Perempuan, 50 Tahun)

“... Gajinya ini sehari ya sedikit mbah, sehari tiga puluh, dipotong ongkos sisanya tinggal dua puluh ribu...”. (W, Perempuan, 50 Tahun)

Masyakat Jawa khususnya masyarakat Kampoeng Batik Laweyan masih menerapkan nilai-nilai psikologi Jawa berupa local genius Jawa yaitu watak nrima. Menurut Endraswara (2006) mengatakan bahwa nrima adalah segala

sesuatu dengan kesadaran spiritual-psikologi, tanpa merasa nggrundel6. Apapun diterima sebagai karunia Tuhan, pada saat itu hanya watak lamun kelangan ora gegetun, trima mawi pasrah. Artinya, dalam hal apa saja mereka terima dengan kesungguhan hati, yang penting hidup ada usaha sampai tingkat tertentu, baru

nrima. Sementara menurut Sardjono (1995) yaitu nrima ing pandum artinya menerima saja bagian yang sudah dijatahkan atau yang diberikan dari Tuhan.

Selain bermatapencaharian sebagai buruh, masyarakat Kampoeng Batik Laweyan juga bermatapencaharian sebagai pengusaha, pengusaha yang dimaksud adalah sebagai pengusaha batik, berdasarkan data dari Forum Pengembangan Batik Laweyan7 pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan terdiri dari tiga kelas yaitu kelas besar, menengah dan kecil.

Tingkat pendidikan di masyarakat Kampoeng Batik Laweyan didominasi pada tamat SLTA yaitu sebanyak 674 jiwa. Sementara tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu masyarakat yang tidak bersekolah sebanyak 30 jiwa. Adapun jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan, dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan (umur 5 tahun keatas) Februari 2016

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase 1 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 374 18,10 2 Tamat SLTA 674 34,23 3 Tamat SLTP 492 24,99 4 Tamat SD 324 16,45 5 Tidak Tamat SD 40 2,03 6 Belum Tamat SD 35 1,78 7 Tidak Sekolah 30 1,52 Jumlah 1.969 100,00

Sumber: Data Monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016

Tingkat pendidikan di Kampoeng Batik Laweyan mengalami perubahan, hal ini dikarenakan paradigma orang tua di Laweyan untuk menyekolahkan anaknya pada pendidikan formal, hal ini didukung oleh Soedarmono (2006) yang menyatakan bahwa sikap orang tua Laweyan tentang pendidikan formal adalah acuh tak acuh, sebagian besar diantara mereka merasa tidak senang dengan pekerjaan sebagai pengawai negeri, yang umumnya dihasilkan dari dunia pendidikan, pada umumnya mereka tetap mempertahankan pandanganya, bahwa pekerjaan sebagai pedagang dan pengusaha adalah mulia. Oleh karena itu, apa yang terjadi di Kampoeng Batik Laweyan adalah sistem pendidikan informal untuk diri sendiri atau anggota keluarga terdekat, merupakan integral dari

6

Merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang berarti menggerutu karena kecewa dibelakang.

7

adalah Organisasi pengelola kluster Kampoeng Batik Laweyan mulai tanggal 25 September 2004 berdasarkan Surat Penunjukan dan penugasan dari Bappeda Kota Surakarta Nomor: 050 / I 250. Kampoeng Batik Laweyan adalah Nama kluster wisata, cagar budaya dan industri batik yang terletak di Kawasan Laweyan kota Surakarta Propinsi Jawa tengah.

pengalaman kerja di perusahaan, namun saat ini tingkat pendidikan di Kampoeng Batik Laweyan mengalami peningkatan.

Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan memiliki beragam kepercayaan (agama). Agama yaang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan didominasi oleh agama islam yaitu sebanyak 1.972 jiwa. Adapun jumlah dan persentase penduduk menurut penganut agama di Kampoeng Batik Laweyan ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut penganut agama di Kampoeng Batik Laweyan 2016

No. Agama Jumlah (jiwa) Persentase

1 Islam 1.972 92,23 2 Kristen Protestan 73 3,41 3 Kristen Khatolik 93 4,35 4 Hindu 0 0 5 Budha 0 0 6 Konghucu 0 0 Jumlah 2.138 100,00

Sumber: Data Monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016

Kondisi Sarana Pendidikan Kampoeng Batik Laweyan

Kampoeng Batik Laweyan mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sarana dan prasarana itu terdiri dari masjid, langgar, sekolah dasar, Taman Kanak-Kanak (TK) dan paud. Adapun jumlah sarana pendidikan di Kampoeng Batik Laweyan ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah sarana pendidikan di Kampoeng Batik Laweyan

No. Sarana dan Prasana Jumlah (Unit)

1 Masjid 3 2 Langgar 2 3 Sekolah Dasar 1 4 Taman Kanak-Kanak 1 5 Paud 1 Jumlah 8

Sumber: Data Monografi Kampoeng Batik Laweyan 2016

Kampoeng Batik Laweyan memiliki 3 masjid, dan salah satunya adalah masjid Laweyan, selain masjid Kampoeng Batik Laweyan juga memiliki langgar

yang bernama Langgar Merdeka yang merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam di Kampoeng Batik Laweyan yang sangat bersejarah. Kampoeng Batik Laweyan juga memiliki sarana lainnya yaitu ndalem Tjokrosoemartan yang merupakan sebuah rumah gaya kolonial yang telah dilestarikan secara seksama oleh beberapa generasi keluarga pusat perdagangan batik. Bagunan ini adalah situs Batik Tjokrosoemarto, salah satu perintis dan eksportir Indonesia, di Solo. Sebuah warisan sejarah yang memainkan peran penting selama perang kemerdekaan Indonesia.

Gambaran Responden Penelitian

Adapun jumlah responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 90 responden. Responden merupakan buruh yang bekerja di perusahaan batik di Kampoeng Batik Laweyan, yang terdiri dari 3 kelas perusahaan batik yaitu kelas besar (large), menengah (medium), dan kecil (small). Dari masing-masing kelas perusahaan batik diambil 30 responden.

Perusahaan Batik Kelas Besar (large)

Responden yang bekerja di perusahaan batik kelas besat (large) terdiri dari 10 laki-laki dan 20 perempuan. Pemilihan responden ini sebenarnya tidak mempermasalahkan jenis kelamin, mengingat unit analisis penelitian ini adalah buruh yang bekerja di perusahaan batik. Adapun sebaran usia responden yaitu pada usia 21 tahun hingga 66 tahun. Sementara untuk jenis pekerjaan yang dimiliki oleh buruh yang bekerja di perusahaan batik kelas besar (large) yaitu sebagai tukang isen-isen, tukang cap, penjahit batik, tukang nyolet, dan finishing batik. Adapun lamanya waktu bekerja di perusahaan tersebut yaitu 3 hari sampai dengan 20 tahun. Buruh yang baru 3 hari ini merupakan buruh yang pindah dari perusahaan batik lain yaitu batik purwansyah.

Gambar 2 Sebaran jenis kelamin responden pada perusahaan batik kelas besar (large)

Perusahaan Batik Kelas Menengah (Medium)

Adapun responden yang bekerja di perusahaan batik kelas menengah (medium) terdiri dari 18 laki-laki dan 12 perempuan. Sementara untuk sebaran usia responden yaitu 24 tahun hingga 76 tahun. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh

Laki-laki Perempuan

buruh tersebut yaitu penggambasr motif batik, finishing batik, tukang isen-isen, tukang warna, tukang cap, dan pelukis batik. Sementara untuk lamanya waktu bekerja yaitu 2 bulan hingga 30 tahun. Terdapat beberapa buruh yang awalnya berasal dari perusahaan batik lain seperti dari batik Danar Hadi, Batik Puspa Kencana, Batik Pak Parid, Batik Mahkota, Batik Sadewa, Batik Keris, dan Batik Rudi.

Gambar 3 Sebaran jenis kelamin responden pada perusahaan batik kelas menengah (medium)

Perusahaan Batik Kelas Kecil (Small)

Jumlah responden pada perusahaan batik kelas kecil (small) yaitu sebanyak 30 buruh. Dari 30 buruh tersebut diketahui 20 laki-laki dan 10 perempuan. Sementara sebaran usianya yaitu 24 tahun hingga 62 tahun, untuk jenis pekerjaannya yaitu terdiri dari tukang cap, desain batik, tukang isen-isen, tukang printing, penjahit batik, tukang mbabar, buruh batik serabutan, pewarna batik, dan pelukis batik. Sementara untuk lamanya waktu bekerja yaitu berkisar 2 bulan sampai 40 tahun, dan dari beberapa buruh merupakan pindahan dari beberapa nama perusahaan batik yaitu Batik Semar, Batik Tegal Rejo, Batik Pak Wiarjo, Batik Danar Hadi, Batik Bapak Purwoharjo, Batik Sulaiman, dan Batik Bu Karni.

Gambar 4 Sebaran jenis kelamin pada perusahaan batik kelas kecil (small)

Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan