• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah KWT Melati

Kelompok wanita tani (KWT) Melati merupakan kelompok wanita tani yang bergerak dibidang pertanian dan pengolahan hasil pertanian di Kota Bogor. KWT ini terbentuk sejak 31 Desember 2001 dengan anggota sebanyak 25 orang. Awal mula terbentuknya KWT Melati disebabkan oleh adanya keinginan sebagian masyarakat untuk merubah kondisi perekonomian masyarakat yang masih rendah. Terbentuknya KWT Melati dipelopori oleh ibu-ibu kader PKK dan Posyandu di lingkungan RW 03 Kelurahan Pamoyanan.

Kegiatan awal dari KWT Melati adalah melibatkan ibu-ibu yang ingin aktif untuk merubah perekonomian keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumah untuk budidaya tanaman aneka sayuran, palawija dan obat-obatan. Pada tanggal 4 April 2005, telah dikukuhkan kembali kepengurusan dan penambahan jumlah anggota KWT Melati sebanyak 46 orang dengan alamat sekretariat di RT 02 RW 12 Kampung Nagrok, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Fokus awal kegiatan KWT Melati adalah bidang budidaya pertanian. Namun, dengan adanya penambahan jumlah anggota, KWT Melati menambah bidang pengolahan hasil pertanian, yaitu memproduksi tepung dari tanaman pangan. Pada tahun 2006 KWT Melati mulai memproduksi tepung umbi talas.

Seiring berjalannya waktu, aktifitas dari anggota KWT Melati diluar bidang pertanian semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan kemunduran keaktifan anggota di dalam kelompok. Oleh karena itu pada tanggal 09 November 2010 dengan SK Lurah Pamoyanan Nomor 520/17-Pmy tahun 2010, diadakan restrukturisasi dan pengukuhan kelompok. Restrukturisasi dan pengukuhan kelompok tersebut menghasilkan jumlah anggota kelompok yang baru sebanyak 25 orang.

Potensi Usaha KWT Melati

Kegiatan usaha yang sedang dan telah dilakukan oleh KWT Melati antara lain pemanfaatan lahan pekarangan (warung hidup, apotik hidup, lumbung hidup, dan bank hidup), pengolahan hasil pertanian dan penganekaragaman pangan lokal. Saat ini KWT Melati sedang fokus dalam kegiatan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) terutama dalam memanfaatkan lahan pekarangan anggota dan pengolahan hasil tepung-tepungan antara lain tepung singkong (mocaf), ubi jalar, pisang, dan talas. Selain itu, KWT Melati juga memproduksi rangginang, ranggining, emping melinjo, dan aneka olahan lainnya.

32

Struktur Organisasi KWT Melati

Struktur organisasi menggambarkan hubungan kerja, tanggung jawab, wewenang serta penentuan pembagian tugas dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi KWT Melati terdiri dari pengurus harian dan seksi-seksi. Pengurus harian terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Seksi kegiatan dalam KWT Melati terdiri dari humas, sarana produksi, pemasaran, permodalan, dan pengendalian hama penyakit. Struktur organisasi KWT Melati dapat dilihat pada Gambar 3:

Kegiatan Operasional KWT Melati

a) Waktu Produksi

Produksi tepung umbi talas dilakukan setiap satu minggu sekali. dengan jam kerja yang belum tetap. Jam kerja yang belum tetap ini disebabkan oleh tenaga kerja yang melakukan produksi adalah ibu-ibu. Oleh karena itu umumnya ibu-ibu tersebut akan datang ke tempat produksi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah.

b) Penyediaan Sumber Bahan Baku

Pada proses produksi tepung umbi talas, bahan yang digunakan antara lain adalah talas, air, dan starter bimo. Talas yang digunakan untuk tepung adalah jenis talas belitung. Talas ini diperoleh dari wilayah Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Pembelian talas dilakukan dua kali dalam sebulan.

Gambar 3 Struktur organisasi KWT Melati ANGGOTA SEKSI-SEKSI KETUA SITI KOMARIAH SEKRETARIS LUKIAH BENDAHARA SITI LATIFAH HUMAS BERLIANA SAPRODI ADE R PEMASARAN ULFAH PERMODALAN LILIK PHP YAYAH

33 Rata-rata pembelian talas untuk proses produksi adalah 500-800 kilogram dengan harga Rp4 500 per kilogram.

Air merupakan bahan penunjang yang digunakan dalam produksi tepung. Air digunakan untuk proses pencucian dan perendaman talas. Pencucian talas bertujuan agar menjaga kebersihan talas yang telah dikupas, sedangkan perendaman bertujuan untuk mencegah perubahan warna menjadi kecokelatan pada talas. Pada proses perendaman, air rendaman umbi talas dicampur dengan starter bimo untuk menghilangkan lendir penyebab rasa gatal pada umbi talas. Penggunaan air untuk perendaman adalah 30 liter per 40 kilogram chips dengan campuran starter bimo sebanyak dua sendok makan.

c) Proses Produksi Tepung Umbi Talas

Proses produksi tepung umbi talas dimulai dari pemilihan bahan baku talas yang telah tua yaitu berumur 9-10 bulan. Pemilihan talas yang tua bertujuan agar tepung yang dihasilkan memiliki kadar air rendah. Pemilihan talas yang tua berpengaruh pada berat yang dihasilkan, karena talas yang tua menghasilkan berat tepung yang lebih tinggi dibandingkan talas muda. Untuk satu kilogram talas tua menghasilkan 400 gram tepung, sedangkan jika menggunakan talas muda satu kilogram talas menghasilkan 200 gram tepung.

Tahap selanjutnya yaitu pengupasan umbi talas. Pengupasan merupakan kegiatan pemisahan bagian umbi talas dengan kulitnya. Pengupasan umbi talas yang dilakukan oleh KWT Melati dengan cara manual menggunakan pisau. Bagian umbi yang berwarna kecokelatan tidak digunakan dalam pembuatan tepung dan harus dibuang. Hal ini bertujuan agar warna tepung tidak menjadi kecokelatan.

Setelah umbi talas dikupas kemudian dirajang. Perajangan merupakan kegiatan memotong bagian umbi talas menjadi ukuran yang lebih kecil untuk memudahkan pada saat penggilingan. Umbi talas yang telah dirajang menjadi ukuran lebih kecil umumnya disebut chips. Perajangan yang dilakukan oleh KWT Melati yaitu dengan menggunakan slicer. Keuntungan jika menggunakan slicer adalah dapat menghemat tenaga, waktu dan menyeragamkan ukuran ketebalan chips yaitu kurang lebih 0.1 cm.

Setelah perajangan, kemudian dilakukan perendaman chips dengan menggunakan baskom. Proses perendaman bertujuan untuk mengurangi kadar kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal pada saat hasil olahan dikonsumsi. Proses perendaman juga bertujuan untuk mencegah proses perubahan warna chips menjadi kecokelatan dan menghilangkan lendir pada chips. Perendaman dilakukan dalam air yang dicampur dengan starter bimo selama 12 jam. Starter bimo yang digunakan untuk campuran perendaman sebanyak dua sendok makan per 30 liter air untuk 40 kilogram

chips. Setelah chips direndam kemudian dicuci sampai bersih.

Tahap berikutnya adalah pengeringan chips. Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu penjemuran langsung dengan sinar matahari, menggunakan oven, spray drier, drum drier, dan lain-lain. Metode pengeringan yang digunakan akan mempengaruhi mutu tepung yang dihasilkan. Pengeringan yang dilakukan oleh KWT Melati yaitu pengeringan dengan penjemuran langsung (sinar matahari) dan

34

menggunakan oven pengering. Pengeringan menggunakan oven pengering dilakukan oleh KWT Melati jika cuaca mendung dan hujan. Kualitas dari hasil pengeringan penjemuran langsung dan pengeringan menggunakan oven pengering pun berbeda. Penjemuran langsung dibawah sinar matahari menghasilkan kualitas warna yang lebih putih jika dibandingkan dengan pengeringan yang menggunakan oven pengering. Kadar air pada penjemuran langsung berbeda dengan menggunakan oven pengering. Pada penjemuran langsung dengan sinar matahari kadar air dalam tepung yaitu sebanyak 2.5 persen per kilogram, sedangkan jika menggunakan oven pengering kadar air dalam tepung umbi talas sebanyak 0.10 persen per kilogram. Penjemuran menggunakan sinar matahari membutuhkan waktu kurang lebih empat hari dengan kapasitas tempat penjemuran 100 kilogram, sedangkan jika menggunakan oven pengering membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam dengan kapasitas oven 30 kilogram. Pada pengeringan menggunakan oven pengering lebih cepat dibandingkan pengeringan dengan penjemuran langsung, akan tetapi pengeringan menggunakan oven pengering membutuhkan biaya tambahan untuk pembelian gas. Walaupun pengeringan menggunakan oven lebih cepat, akan tetapi KWT Melati jarang melakukan pengeringan menggunakan oven pengering. Hal ini disebabkan oleh KWT Melati lebih mengutamakan kualitas warna sehingga pengeringan yang dilakukan menggunakan penjemuran langsung (sinar matahari).

Setelah chips dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam disk mill

untuk penggilingan. Disk mill yang digunakan oleh KWT Melati memiliki kapasitas lebih dari 250 kilogram. Pada proses penggilingan menjadi tepung diperlukan waktu kurang lebih 6 jam per 200 kilogram. Untuk membuat tepung umbi talas sebanyak 200 kilogram diperlukan umbi talas segar sebanyak 800 kilogram.

Tahap pembuatan tepung umbi talas selanjutnya adalah pengayakan. Pengayakan dilakukan agar hasil tepung dari penggilingan memiliki ukuran yang seragam. Ayakan yang digunakan oleh KWT Melati yaitu berukuran 60 mesh.

Sebelum tepung umbi talas dikemas untuk dijual, tepung umbi talas disangrai terlebih dahulu. Penyangraian merupakan tahapan tambahan yang dilakukan oleh KWT Melati. Penyangraian bertujuan untuk mengeringkan tepung yang telah diayak agar lebih tahan lama disimpan. Penyangraian dilakukan dengan menggunakan wajan.

Tahap terakhir pembuatan tepung umbi talas adalah pengemasan tepung umbi talas. Pengemasan bertujuan untuk melindungi tepung umbi talas agar tidak mudah rusak dan dapat bertahan lama. Kemasan yang digunakan oleh KWT Melati adalah plastik polyethylene yang telah ditempel label pada bagian luar kemasan. Plastik polyethylene merupakan plastik yang umum digunakan untuk membungkus barang atau makanan.

d) Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan oleh KWT Melati selama ini yaitu dengan penjualan langsung kepada produsen dan konsumen akhir. Produk yang ditawarkan oleh KWT Melati adalah tepung umbi talas dengan harga sebesar Rp20 000 per kilogram. Penjualan dilakukan di sekretariat KWT

35 Melati dan pada saat mengikuti pameran. Promosi yang telah dilakukan oleh KWT Melati yaitu melalui pameran dan melalui internet. Kegiatan promosi di internet belum dilakukan melalui website sendiri tetapi dengan pemasangan iklan di website forum jual beli. Hal ini disebabkan oleh KWT Melati baru berencana akan membuat website sendiri.