• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2) Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan merupakan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau organisasi. Identifikasi kekuatan dilakukan untuk meninjau faktor-faktor utama internal yang dapat mempengaruhi pemasaran dari dalam perusahaan atau organisasi. Pada KWT Melati faktor-faktor yang menjadi kekuatan mencakup:

(a) Tepung umbi talas tidak menggunakan bahan pengawet

Bahan pengawet merupakan bahan tambahan yang sering digunakan sebagai bahan campuran dalam suatu produk. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk membantu memperpanjang masa simpan pada produk. Pada pembuatan tepung umbi talas yang dilakukan oleh KWT Melati, bahan pengawet tersebut tidak digunakan. KWT Melati telah memiliki strategi khusus untuk memperpanjang masa simpan produknya yaitu dengan menerapkan proses pengeringan dua kali pada produk. Proses pengeringan pertama yaitu penjemuran langsung dengan bantuan sinar matahari atau oven pengering saat masih dalam bentuk chips. Proses pengeringan kedua yaitu dengan penyangraian saat sudah menjadi tepung. Proses tersebut telah terbukti mampu memperpanjang masa simpan produk sampai satu tahun. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam pemasaran.

(b) Tepung umbi talas telah memperoleh sertifikat halal

Sertifikat halal sangat penting untuk dicantumkan dalam label kemasan suatu produk. Pencantuman halal pada label kemasan bertujuan agar konsumen merasa lebih aman untuk mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, adanya sertifikat halal juga dapat meningkatkan kualitas dari para produsen agar lebih berkembang.

Saat ini tepung umbi talas yang diproduksi oleh KWT Melati telah memperoleh sertifikat halal dari MUI Provinsi Jawa Barat. Dengan adanya sertifikat tersebut telah menjamin bahwa tepung umbi talas tersebut halal untuk dikonsumsi. Pada pembuatan tepung umbi talas, bahan-bahan yang digunakan oleh KWT Melati adalah bahan-bahan yang telah terjamin baik dan halal. Cara produksinya pun terjamin baik karena tidak mencampurkan bahan berbahaya atau bahan lain yang dapat membuat produk menjadi tidak halal selama proses produksi berlangsung. Adanya sertifikat halal ini dapat menjadi kekuatan KWT Melati dalam memasarkan produknya.

(c) Tepung umbi talas telah memperoleh sertifikat P-IRT

Pelegalan produk merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam kegiatan pemasaran. Produk dapat dikatakan legal apabila telah memperoleh nomor terdaftar dengan dilengkapi label merek yang sesuai dari Dinas Kesehatan. Produk terdaftar adalah produk yang telah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan melalui tahap-tahap seleksi dan uji laboratorium mengenai keamanan produk sehingga aman dikonsumsi.

Tepung umbi talas yang diproduksi oleh KWT Melati telah memperoleh sertifikat P-IRT dari Dinas Kesehatan Kota Bogor yang telah menilai baik pada kualitas produk KWT Melati. Adanya sertifikat tersebut diharapkan akan lebih meyakinkan konsumen untuk membeli produk KWT Melati sehingga akan meningkatkan penjualan KWT Melati. Dengan

49 demikian sertifikat P-IRT dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh KWT Melati.

(d) Lokasi pemasaran tepung umbi talas mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya

Lokasi merupakan tempat untuk menyalurkan produk kepada konsumen. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain biaya, kecepatan waktu, kemudahan dalam memperoleh sarana dan memasarkan produk. Lokasi pemasaran tepung umbi talas berada di rumah ketua KWT Melati yang dijadikan sekretariat KWT Melati di Kampung Nagrok, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Lokasi tersebut berada di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Kondisi lokasi tersebut dapat dijadikan kekuatan bagi KWT Melati dalam mendukung pemasaran produknya.

(e) Persediaan tepung umbi talas selalu ada

Persediaan merupakan barang yang disimpan oleh produsen untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan sangat mempengaruhi pada kegiatan pemasaran yaitu dengan adanya persediaan akan memberikan kepuasan kepada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka produsen akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar.

Untuk menjamin keberlanjutan kegiatan pemasaran, KWT Melati selalu memproduksi tepung umbi talas lebih banyak dari permintaan konsumen sebagai persediaan. Hal ini bertujuan jika ada konsumen yang ingin membeli secara tiba-tiba produk selalu tersedia. Persediaan tersebut dapat menjadi kekuatan bagi KWT Melati dalam kegiatan pemasaran.

Kelemahan adalah keterbatasan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang dapat menghambat kinerja perusahaan atau organisasi. Identifikasi kelemahan dilakukan untuk meninjau faktor-faktor utama internal yang dapat mempengaruhi pemasaran dari dalam perusahaan atau organisasi. Pada KWT Melati faktor-faktor yang menjadi kelemahan mencakup:

(a) Tepung umbi talas belum dikenal masyarakat secara luas

Sebagian besar tepung yang banyak digunakan masyarakat dalam membuat olahan makanan adalah tepung terigu. Tepung terigu banyak digunakan karena masyarakat telah lama mengenal tepung tersebut sementara untuk tepung lokal seperti tepung umbi talas ini belum lama muncul di masyarakat sehingga penggunaannya pun belum terlalu banyak. Selain itu untuk informasi mengenai produk tersebut juga belum tersebar dan dikenal masyarakat secara luas. Oleh karena itu kondisi tersebut dapat menjadi kelemahan bagi KWT Melati dalam memasarkan produknya kepada konsumen.

(b) Merek dagang tepung umbi talas belum terdaftar di Kantor Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Pada kegiatan pemasaran, merek dagang memiliki peranan yang penting. Merek dagang merupakan identitas bagi suatu produk yang bertujuan sebagai pembeda dengan produk pesaing. Merek dagang juga berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan daya saing dari produk yang ditawarkan oleh produsen. Selain itu, merek dagang juga memberikan manfaat seperti mempermudah konsumen untuk memperoleh kualitas barang yang sama, memudahkan penjual dalam pengelolaan pesanan dan

50

dapat melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk tersebut akan tetapi saat ini KWT Melati belum mendaftarkan merek dagang tepung umbi talas ke Kantor HKI. Hal ini menjadikan produk KWT Melati belum memiliki hak paten pada produknya. Oleh karena itu menjadi kelemahan bagi KWT Melati karena pesaing baru dapat menggunakan merek dagang tersebut.

(c) Label pada kemasan belum lengkap (belum mencantumkan alamat pihak yang memproduksi, nomor P-IRT, keterangan halal, dan mengisi kode produksi)

Label merupakan bagian luar kemasan produk yang memuat keterangan mengenai produk tersebut. Label juga merupakan salah satu identitas yang digunakan pada suatu produk. Label dapat dijadikan sebagai media komunikasi atau promosi untuk menginformasikan secara jelas dan lengkap mengenai kuantitas, isi, dan kualitas dari suatu produk. Label yang baik adalah label yang mencantumkan keterangan produk sesuai dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan mengisi keterangan sekurang- kurangnya nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, tanggal, bulan, tahun kadaluwarsa dan ketentuan lain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999.

Pada tepung umbi talas yang diproduksi KWT Melati, untuk pencantuman keterangan pada label produk belum memenuhi kelengkapan sesuai dengan peraturan pemerintah. KWT Melati belum mencantumkan alamat pihak yang memproduksi tepung umbi talas, nomor P-IRT, keterangan halal dan mengisi kode produksi. Pengisian label yang belum lengkap tersebut dapat menjadi kelemahan KWT Melati dalam memasarkan produknya.

(d) Terbatasnya modal untuk memperbaiki kemasan dan label

Kemasan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pemasaran. Kemasan akan memberikan nilai tambah apabila kemasan tersebut baik dan menarik. Untuk membuat kemasan yang baik dan menarik umumnya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pembuatan desain dan proses percetakan kemasan. Kemasan yang digunakan oleh KWT Melati saat ini dinilai kurang menarik. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada kemasan, namun sampai saat ini KWT Melati belum mampu memperbaiki kemasan karena keterbatasan pada modal yang dimiliki. Keterbatasan modal tersebut menjadi kelemahan KWT Melati dalam mendukung kegiatan pemasaran, karena tidak dapat melakukan perbaikan pada kemasan agar lebih menarik.

(e) KWT Melati belum memiliki website sendiri untuk melakukan kegiatan promosi di internet

Promosi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi dapat memberikan informasi kepada pasar tentang produk yang akan dipromosikan, untuk meningkatkan permintaan, penjualan, dan juga laba. Kegiatan promosi saat ini sudah semakin berkembang. Promosi tidak hanya dilakukan secara langsung oleh produsen kepada konsumen tetapi lebih banyak menggunakan teknologi salah satunya adalah internet. Dengan adanya internet ini kegiatan

51 pemasaran semakin mudah dilakukan dan lebih cepat dalam penyebaran informasi kepada konsumen. Pemanfaatan internet ini juga dilakukan oleh KWT Melati dalam mempromosikan produknya, namun promosi yang dilakukan oleh KWT Melati saat ini belum menggunakan website sendiri dan baru berencana akan membuat website sendiri. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi kelemahan dalam pemasaran produk bagi KWT Melati.

Perumusan Strategi

Perumusan strategi yang dilakukan pada KWT Melati bertujuan untuk membantu KWT Melati dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi dalam kegiatan pemasaran yang dijalankan. Untuk membuat perumusan strategi terdapat tiga tahap yang harus dilakukan yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap input, alat yang digunakan adalah matriks EFE dan IFE. Pada lingkungan eksternal, matriks EFE bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Pada analisis matriks EFE dilakukan perhitungan pembobotan (Lampiran 9) dan pemberian peringkat (Lampiran 11) pada faktor-faktor utama eksternal KWT Melati. Penentuan bobot didasarkan pada penilaian responden terhadap faktor utama eksternal yang telah ditinjau dari segi pemasaran produk. Penentuan peringkat didasarkan pada penilaian responden terhadap kegiatan pemasaran tepung umbi talas. Berikut ini adalah hasil perkalian rata-rata bobot dan peringkat dari responden yang digabungkan dalam matriks EFE.

52

Berdasarkan Tabel 8 matriks EFE, skor bobot total dari hasil analisis adalah sebesar 2.664. Skor tersebut menunjukkan bahwa kondisi KWT Melati berada

pada posisi “di atas rata-rata” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi

ancaman yang dihadapi KWT Melati. Peluang utama KWT Melati berdasarkan hasil analisis terdapat pada faktor perkembangan teknologi (internet) untuk mendukung kegiatan promosi tepung umbi talas dengan skor bobot sebesar 0.374. Ancaman utama yang dihadapi oleh KWT Melati terletak pada faktor harga tepung substitusi (tepung terigu) yang lebih murah dibandingkan tepung umbi talas dengan skor bobot sebesar 0.134.

Tabel 8 Hasil analisis matriks external factor evaluation (EFE)

Faktor-faktor eksternal utama Bobot Peringkat Skor bobot Peluang

1. Dukungan pemerintah dalam bentuk

pelatihan, pendampingan, dan promosi 0. 107 3. 000 0. 321 2. Peluang kerjasama dengan produsen

pengguna tepung umbi talas masih terbuka di wilayah Bogor

0. 107 3. 250 0. 348 3. Tepung umbi talas dapat mensubstitusi

tepung terigu 0. 090 2. 500 0. 225

4. Peluang pasar untuk tepung umbi talas

masih terbuka di wilayah Bogor 0. 112 2. 250 0. 252 5. Adanya perkembangan teknologi

(internet) untuk mendukung promosi tepung umbi talas

0. 107 3. 500 0. 374 Ancaman

1. Persaingan dengan produsen sejenis

semakin kompetitif 0. 084 3. 000 0. 252

2. Harga tepung substitusi (tepung terigu) yang lebih murah dibandingkan tepung umbi talas

0. 107 1. 250 0. 134 3. Ancaman pendatang baru akan

mempengaruhi kegiatan pemasaran tepung umbi talas

0. 090 3. 000 0. 270 4. Adanya tepung substitusi (tepung

terigu) yang lebih dahulu dikenal oleh masyarakat

0. 101 2. 250 0. 227 5. Daya beli konsumen yang merupakan

produsen pengguna tepung umbi talas menurun

0. 095 2. 750 0. 261

53 Pada lingkungan internal, matriks IFE bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan. Pada analisis matriks IFE dilakukan perhitungan pembobotan (Lampiran 10) dan pemberian peringkat (Lampiran 12) pada faktor-faktor utama internal KWT Melati. Penentuan bobot didasarkan pada penilaian responden terhadap faktor utama internal yang telah ditinjau dari segi pemasaran produk. Penentuan peringkat didasarkan pada penilaian responden terhadap kegiatan pemasaran tepung umbi talas. Berikut ini adalah hasil perkalian rata-rata bobot dan peringkat dari responden yang digabungkan dalam matriks IFE.

Berdasarkan Tabel 9 matriks IFE, skor bobot total dari hasil analisis adalah sebesar 3.402. Skor tersebut menunjukkan bahwa KWT Melati berada pada posisi

internal “di atas rata-rata”, dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi

kelemahan yang dihadapi KWT Melati. Dari analisis matriks IFE diperoleh Tabel 9 Hasil analisis matriks internal factor evaluation (IFE)

Faktor-faktor internal utama Bobot Peringkat Skor bobot Kekuatan

1.Tepung umbi talas tidak menggunakan

bahan pengawet 0. 110 4. 000 0. 440

2.Tepung umbi talas telah memperoleh

sertifikat halal 0. 114 4. 000 0. 456

3.Tepung umbi talas telah memperoleh

sertifikat P-IRT 0. 114 4. 000 0. 456

4.Lokasi pemasaran tepung umbi talas mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya

0. 098 3. 250 0. 318 5.Persediaan tepung umbi talas selalu ada 0. 103 3. 500 0. 360 Kelemahan

1.Tepung umbi talas belum dikenal

masyarakat secara luas 0. 098 3. 000 0. 294

2.Merek dagang tepung umbi talas belum terdaftar di Kantor Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

0. 069 2. 500 0. 172 3.Label pada kemasan belum lengkap

(belum mencantumkan alamat pihak yang memproduksi, nomor P-IRT, keterangan halal, dan mengisi kode produksi)

0. 098 3. 000 0. 294 4.Terbatasnya modal untuk memperbaiki

kemasan dan label 0. 098 3. 250 0. 318

5.KWT Melati belum memiliki website

sendiri untuk melakukan kegiatan promosi di internet

0. 098 3. 000 0. 294

54

kekuatan utama dari KWT Melati yaitu tepung umbi talas telah memperoleh sertifikat halal dan sertifikat P-IRT dengan skor bobot sebesar 0.456, sedangkan untuk kelemahan KWT Melati terletak pada merek dagang tepung umbi talas belum terdaftar di Kantor HKI dengan skor bobot sebesar 0.172.

Pada tahap pencocokan alat yang digunakan untuk memadukan faktor utama eksternal dengan internal adalah matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu pengambil keputusan dalam mengembangkan strateginya. Strategi SWOT terdiri dari strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 15.

Berdasarkan hasil matriks SWOT, alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan oleh KWT Melati dalam memasarkan tepung umbi talas adalah:

1. Strategi SO (SO Strategies)

Strategi SO (SO Strategies) merupakan strategi yang bertujuan untuk memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi SO yang dapat dijalankan oleh KWT Melati antara lain adalah:

a) Mempertahankan kualitas tepung umbi talas untuk menangkap peluang Pada kegiatan pemasaran produk, kualitas merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas merupakan kondisi dari sebuah produk berdasarkan penilaian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap produsen harus memilih tingkat kualitas yang sesuai dengan produknya untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari produk yang ditawarkan.

Tepung umbi talas yang diproduksi oleh KWT Melati memiliki kualitas yang telah terjamin baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sertifikat halal dari MUI Provinsi Jawa Barat dan sertifikat P-IRT dari Dinas Kesehatan Kota Bogor. Selain itu dilihat dari keamanan pangan produk KWT Melati telah terjamin aman karena tidak menggunakan bahan pengawet pada produknya. Keunggulan-keunggulan dari produk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menarik konsumen agar dapat meningkatkan pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh KWT Melati. Walau demikian kualitas yang baik tersebut juga harus tetap dipertahankan sehingga dapat mempertahankan kepuasan dari konsumen dan dapat menarik konsumen baru.

b) Memperkenalkan dan menawarkan tepung umbi talas ke pasar baru untuk memperluas pemasaran

Untuk meningkatkan kegiatan pemasaran perlu adanya kegiatan pengenalan produk ke pasar baru. Hal ini bertujuan agar semakin luas informasi yang tersebar di masyarakat terkait produk yang ditawarkan. Pengenalan produk sangat penting dilakukan untuk meningkatkan penjualan dari produk tersebut. Pengenalan produk dapat dilakukan melalui kegiatan promosi baik dari pameran maupun internet.

Selain melakukan perkenalan produk, penawaran dari produk tersebut juga harus dilakukan. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak hanya mengenal produk tetapi juga tertarik untuk membeli produk tersebut. Kegiatan pengenalan produk tidak lengkap jika tidak diikuti dengan

55 penawaran produk, karena adanya pengenalan dan penawaran produk akan lebih mudah menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.

c) Melakukan penjaminan persediaan tepung umbi talas agar selalu tersedia. Persediaan merupakan barang yang disimpan untuk digunakan pada periode mendatang. Persediaan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemasaran, karena apabila persediaan tidak ada akan mengakibatkan resiko terganggunya kegiatan pemasaran atau tidak terpenuhinya pesanan dari konsumen. Persediaan juga sangat diperlukan untuk mengantisipasi apabila terjadi ketidaksempurnaan pasar. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya penjaminan persediaan tepung umbi talas agar selalu tersedia sehingga menghindari kondisi kekurangan produk saat konsumen melakukan pembelian. Penjaminan persediaan juga dapat menarik konsumen atau calon konsumen, karena adanya penjaminan produk yang akan ditawarkan. Selain itu adanya penjaminan persediaan dapat menghilangkan resiko keterlambatan distribusi kepada konsumen, mempertahankan stabilitas pemasaran, serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen karena dapat memenuhi permintaan tersebut.

2. Strategi WO (WO Strategies)

Strategi WO (WO Strategies) merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi WO yang dapat dijalankan oleh KWT Melati yaitu:

a) Meningkatkan kegiatan promosi agar tepung umbi talas dapat lebih dikenal masyarakat sehingga akan meningkatkan penjualan

Salah satu kunci keberhasilan dalam kegiatan pemasaran adalah dengan melakukan kegiatan promosi. Kegiatan promosi bertujuan untuk mengenalkan produk yang akan ditawarkan. Dengan sering melakukan promosi maka informasi produk yang ditawarkan akan lebih cepat sampai kepada konsumen.

Kegiatan promosi yang dilakukan oleh KWT Melati saat ini yaitu melalui pameran dan internet, namun KWT Melati belum memiliki website sendiri untuk melakukan kegiatan promosi dan baru berencana akan membuat

website sendiri. Oleh karena itu diharapkan KWT Melati segera membuat

website sendiri untuk meningkatkan kegiatan promosi agar tepung umbi talas dapat lebih dikenal masyarakat sehingga akan meningkatkan penjualan. b) Mengajukan proposal bantuan kepada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bogor untuk pendaftaran merek dagang ke Kantor Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Untuk melakukan pendaftaran merek dagang di Kantor HKI diperlukan adanya biaya untuk administrasi. Oleh karena itu umumnya produsen yang masih skala rumah tangga tidak mendaftarkan merek dagang mereka ke Kantor HKI. Pendaftaran merek dagang tersebut tidak dipungut biaya apabila produsen mengajukan proposal bantuan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor untuk menyalurkan pendaftaran tersebut. Proposal tersebut akan disalurkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai proposal bantuan untuk pemerolehan hak paten atas merek dagang dari suatu produk.

56

c) Mengajukan bantuan dana kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor untuk memperbaiki kemasan dan label tepung umbi talas agar lebih menarik

Pada kegiatan promosi, kemasan dan label memiliki pengaruh yang penting dalam meningkatkan penjualan. Kemasan dan label yang menarik akan memiliki nilai tambah sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut. Saat ini kemasan yang digunakan oleh KWT Melati untuk produk tepung umbi talas dinilai masih sederhana dan perlu dilakukan perbaikan agar lebih menarik. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan nilai jual dari produk tersebut.

Untuk memperbaiki kemasan dan label, KWT Melati memerlukan dana yang tidak sedikit, karena umumnya pembuatan kemasan dan label yang menarik memiliki biaya cetak yang tidak murah dan harus dalam kuantitas yang banyak. Kondisi saat ini dana yang dimiliki oleh KWT Melati masih terbatas sehingga perlu untuk mengajukan bantuan dana untuk memperbaiki kemasan dan label tepung umbi talas. Dengan kemasan dan label yang menarik diharapkan mampu meningkatkan penjualan tepung umbi talas KWT Melati.

3. Strategi ST (ST Strategies)

Strategi ST (ST Strategies) adalah strategi yang menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari adanya ancaman eksternal. Strategi ST yang dapat diterapkan oleh KWT Melati adalah mempertahankan kerjasama yang baik dengan pelanggan agar tidak beralih ke pendatang baru.

Dengan semakin bertambahnya produsen yang menghasilkan tepung umbi talas, maka membuat kondisi persaingan di pasar semakin kompetitif. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan adanya penurunan permintaan dari pelanggan KWT Melati. Oleh karena itu adanya persaingan di pasar ini dapat menjadi ancaman bagi KWT Melati dalam kegiatan pemasaran.

Untuk mengatasi pasar yang semakin kompetitif, KWT Melati dituntut untuk memiliki cara atau taktik atau strategi agar dapat bertahan dalam kondisi tersebut. Salah satu upaya untuk bertahan dalam kondisi tersebut adalah KWT Melati harus mempertahankan kerjasama yang baik dengan para pelanggannya. Hal ini bertujuan agar para pelanggan dari KWT Melati tidak beralih kepada pendatang baru. Selain itu KWT Melati juga harus mampu menjalin kerjasama dengan konsumen baru agar konsumen tersebut dapat menjadi pelanggan berikutnya bagi KWT Melati.

4. Strategi WT (WT Strategies)

Strategi WT (WT Strategies) adalah taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Mendaftarkan merek dagang sebagai hak paten dan identitas untuk membedakan dengan tepung umbi talas yang diproduksi oleh pesaing merupakan salah satu strategi WT yang dapat diterapkan pada KWT Melati.

Dengan semakin banyak pesaing yang masuk dalam industri tepung umbi talas, maka perlu adanya hak paten dan identitas pembeda pada produk yang ditawarkan. Salah satu identitas produk yang dapat membedakan produk satu dengan yang lain adalah merek dagang dari produk tersebut. Merek dagang juga dapat berfungsi sebagai alat promosi dari produk yang akan ditawarkan,

57 dapat mempermudah konsumen untuk memperoleh kualitas barang yang sama, serta dapat melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk tersebut. Oleh