• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN ( DECISION STAGE )

17 pemasar memperlakukan pemasok mereka sebagai mitra dalam menciptakan dan menghantarkan nilai pelanggan.

b) Perantara Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), perantara pemasaran merupakan organisasi yang membantu perusahaan mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan barang-barangnya ke pembeli akhir. Perantara pemasaran meliputi penjual perantara, perusahaan distribusi fisik, agen, jasa pemasaran, dan perantara keuangan. Penjual perantara adalah perusahaan saluran ditribusi yang membantu perusahaan menemukan pelanggan atau melakukan penjualan untuk mereka. Penjual perantara meliputi pedagang grosir dan pengecer, yang membeli dan menjual kembali barang dagangan. Perusahaan distribusi fisik membantu perusahaan menyimpan dan memindahkan barang-barangnya dari titik asalnya ke tempat tujuan. Agen jasa pemasaran adalah firma riset pemasaran, agen periklanan, perusahaan media, dan firma konsultan pemasaran yang membantu perusahaan menetapkan target dan mempromosikan produknya pada pasar yang tepat. Perantara keuangan meliputi bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi, dan bisnis lain yang membantu membiayai transaksi atau menjamin terhadap risiko yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan barang. c) Pelanggan

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), perusahan harus mempelajari lima jenis pasar pelanggan secara lebih dekat. Pasar konsumen terdiri dari perorangan dan keluarga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Pasar bisnis membeli barang dan jasa untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam proses produksi mereka. Pasar penjual sementara membeli barang dan jasa untuk dijual kembali demi mendapatkan laba. Pasar pemerintah terdiri dari badan-badan pemerintah yang membeli barang dan jasa untuk menghasilkan pelayanan umum atau menyalurkan barang dan jasa ke pihak lain yang membutuhkan mereka. Pasar internasional terdiri dari para pembeli di negara lain, termasuk konsumen, produsen, penjual perantara, dan pemerintah.

d) Pesaing

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), konsep pemasaran menyatakan bahwa agar berhasil, perusahaan harus menyediakan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar daripada pesaingnya. Oleh karena itu, pemasar harus melakukan lebih dari sekadar menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen pasar sasaran. Mereka juga harus meraih manfaat strategis dengan menempatkan penawaran mereka secara kuat menghadapi penawaran pesaing dalam pikiran konsumen. Tidak ada satu strategi pemasaran kompetitif yang paling baik bagi semua perusahaan. Masing- masing perusahaan harus mempertimbangkan ukuran dan posisi industrinya sendiri dibandingkan dengan ukuran dan posisi industri pesaingnya.

Menurut David (2009), intensitas persaingan antarperusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain. Persaingan antarperusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing-pesaing baru bisa masuk ke industri dengan relatif mudah, dan baik pemasok maupun konsumen dapat memiliki daya tawar yang sangat besar. Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu

18

industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, yaitu:

(a) Persaingan Antarperusahaan Saingan

Persaingan antarperusahaan saingan biasanya merupakan yang paling hebat dari lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun, dan ketika potongan harga menjadi lazim.

(b) Potensi Masuknya Pesaing Baru

Hambatan bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi dan trik-trik praktis, kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat, preferensi merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan regulatif pemerintah, kurangnya akses ke bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balik dari perusahaan yang diam-diam berkubu, dan potensi penyaringan pasar. Terlepas dari banyaknya hambatan bagi masuknya perusahaan baru tersebut, perusahaan baru kadang masuk ke industri dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber daya pemasaran yang substansial. Oleh karenanya, tugas penyusun strategi adalah mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan saingan baru, menyerang balik jika diperlukan, dan memanfaatkan kekuatan peluang yang ada.

(c) Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Di banyak industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produk-produk pengganti di industri lain. Tekanan kompetitif yang meningkat dari produk pengganti bertambah ketika harga relatif produk pengganti tersebut turun dan manakala biaya peralihan konsumen juga turun. Kekuatan kompetitif produk pesaing bisa diukur dengan penelitian terhadap pangsa pasar yang berhasil diraih produk itu, dan juga dari rencana perusahaan tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penetrasi pasar.

(d) Daya Tawar Pemasok

Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi. Di semakin banyak industri, penjual menjalin kemitraan strategis dengan pemasok terpilih dalam upaya untuk (1) mengurangi biaya persediaan dan logistik (misalnya, melalui pengiriman tepat waktu); (2) mempercepat ketersediaan komponen generasi selanjutnya; (3) meningkatkan kualitas onderdil dan komponen yang dipasok serta mengurangi tingkat kecacatannya; dan (4) menekan pengeluaran baik bagi diri mereka sendiri maupun pemasok mereka.

19 (e) Daya Tawar Konsumen

Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terpenting yang mempengaruhi keunggulan kompetitif. Konsumen memiliki daya tawar yang semakin besar dalam kondisi-kondisi berikut: (1) jika mereka dapat dengan mudah dan murah beralih ke merek atau pengganti pesaing; (2) jika mereka menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual; (3) jika penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen; (4) jika mereka memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya penjual; (5) jika mereka memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka bisa membeli produk.

2. Lingkungan Makro Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), lingkungan makro pemasaran merupakan kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi lingkungan mikro. Lingkunga makro pemasaran terdiri dari kekuatan demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan budaya. Lingkungan makro pemasaran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a) Lingkungan Demografis

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), demografi adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis kelamin, ras, lapangan kerja, dan data statistik lain. Lingkungan demografis menjadi minat utama pemasar karena lingkungan demografis menyangkut masyarakat, dan masyarakat membentuk pasar. Perubahan dalam lingkungan demografis dunia mempunyai implikasi besar bagi bisnis. b) Lingkungan Ekonomi

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran konsumen. Suatu bangsa mempunyai tingkat dan distribusi pendapatan yang sangat beragam. Pemasar harus memberikan perhatian penuh terhadap tren-tren utama dan pola pengeluaran konsumen, baik lintas maupun di dalam pasar dunia mereka. Menurut David (2009), faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi.

c) Lingkungan Teknologi

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), lingkungan teknologi adalah kekuatan paling dramatis yang membentuk nasib kita saat ini. Lingkungan teknologi merupakan kekuatan yang menciptakan teknologi, menciptakan produk, dan peluang pasar yang baru. Menurut David (2009), perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak yang dramatis terhadap organisasi. Kekuatan teknologi merepresentasikan peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi bisa secara dramatis mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi. Kemajuan teknologi bisa menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik daripada keunggulan kompetitif yang ada.

d) Lingkungan Politik

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), lingkungan politik terdiri dari hukum, badan pemerintah, dan kelompok LSM yang mempengaruhi atau membatasi berbagai organisasi dan individu di dalam masyarakat tertentu.

20

Menurut David (2009), kesalingtergantungan global yang semakin meningkat di kalangan ekonomi, pasar, pemerintah, dan organisasi memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan dampak potensial dari variabel-variabel politik dalam perumusan dan penerapan strategi kompetitif mereka.

Audit Internal Lingkungan Pemasaran

Menurut David (2009), lingkungan internal pemasaran dapat dianalisis menggunakan tujuh fungsi pemasaran pokok, yaitu (1) analisis konsumen, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (4) penetapan harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. Pada penelitian ini lingkungan internal pemasaran yang akan dibahas mencakup:

a) Analisis Konsumen

Menurut David (2009), analisis konsumen merupakan pengamatan dan kebutuhan, hasrat, dan keinginan konsumen yang melibatkan pengadaan survei konsumen, penganalisisan informasi konsumen, pengevaluasian strategi pemosisian pasar, pengembangan profil konsumen, dan penentuan strategi pemasaran segmentasi pasar yang optimal. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), proses menganalisis konsumen atau pelanggan dapat dilakukan dengan cara:

(a) Segmentasi pasar

Segmentasi pasar yaitu membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Pasar terdiri dari pembeli, dan pembeli berbeda dalam berbagai cara. Pembeli bisa mempunyai perbedaan keinginan, sumber daya lokasi, sikap pembelian, dan praktek pembelian. Melalui segmentasi pasar, perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen menjadi segmen yang lebih kecil yang dapat dicapai secara lebih efisien dan efektif dengan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan unik mereka.

(b) Penetapan target pasar

Penetapan target pasar merupakan proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. Pasar sasaran terdiri dari sejumlah pembeli yang berbagi kebutuhan dan karakteristik sama yang akan dilayani perusahaan.

(c) Positioning

Positioning merupakan pengaturan produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda, dan diinginkan dibandingkan produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran. Posisi produk adalah cara produk didefinisikan oleh konsumen terhadap atribut penting, tempat dimana produk berada dalam pikiran konsumen dibandingkan produk pesaing. b) Penjualan Produk/Jasa

Menurut David (2009), penerapan strategi yang berhasil umumnya bergantung pada kemampuan sebuah organisasi untuk menjual produk atau jasa tertentu. Penjualan meliputi banyak aktivitas pemasaran seperti, iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan perorangan, manajemen tenaga penjualan, hubungan konsumen, dan hubungan diler. Menurut Kotler dan

21 Armstrong (2008), analisis dalam penjualan produk atau jasa dapat dilakukan dengan mengevaluasi bauran promosi yang mencakup:

(a) Periklanan merupakan semua bentuk terbayar presentasi, nonpribadi dan promosi ide, barang atau jasa dengan sponsor tertentu.

(b) Promosi penjualan adalah berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

(c) Hubungan masyarakat yaitu membangun masyarakat baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian yang tidak menyenangkan. (d) Penjualan personal merupakan presentasi pribadi oleh wiraniaga

perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan.

(e) Pemasaran langsung adalah hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng dengan penggunaan surat langsung, telepon, televisi respons langsung, email, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu.

c) Perencanaan Produk dan Jasa

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), produk diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Jasa adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan akan sesuatu.

Menurut David (2009), perencanaan produk dan jasa meliputi berbagai aktivitas seperti, uji pemasaran, pemosisian produk dan merek, pemanfaatan garansi, pengemasan, penentuan pilihan produk, fitur produk, gaya produk, dan kualitas produk, penghapusan produk lama, dan penyediaan layanan konsumen. Perencanaan produk dan jasa terutama penting jika sebuah perusahaan melakukan pengembangan atau diversifikasi produk.

d) Penetapan harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), harga adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Harga juga dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Pada saat yang bersamaan, penetapan harga adalah permasalahan nomor satu yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran, dan banyak perusahaan tidak menangani penetapan harga dengan baik. Untuk menetapkan harga dapat menggunakan metode sebagai berikut:

(a) Penetapan harga berdasarkan nilai yaitu menetapkan harga berdasarkan persepsi nilai dari pembeli, bukan dari biaya penjual. (b) Penetapan harga dengan nilai yang baik yaitu menawarkan kombinasi

yang tepat antara kualitas dan layanan yang baik pada harga yang wajar.

22

(c) Penetapan harga dengan nilai tambah yaitu melekatkan fitur dan layanan nilai tambah untuk membedakan penawaran perusahaan dan untuk mendukung penetapan harga yang lebih tinggi.

(d) Penetapan harga berdasarkan biaya yaitu penetapan harga berdasarkan biaya produksi, distribusi, dan penjualan produk beserta tingkat pengembalian yang wajar sebagai imbalan bagi usaha dan risiko.

(e) Penetapan harga berdasarkan biaya plus yaitu menambahkan mark-up

standar pada biaya produk.

(f) Penetapan harga berdasarkan titik impas (penetapan harga berdasarkan sasaran keuntungan) yaitu menetapkan harga agar dapat mengembalikan biaya dari pembuatan dan pemasaran suatu produk atau menetapkan harga untuk mengejar suatu sasaran keuntungan. Menurut David (2009), lima pemangku kepentingan yang mempengaruhi keputusan penetapan harga, yaitu konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan pesaing. Para penyusun strategi harus melihat harga baik dari perspektif jangka pendek maupun jangka panjang, karena pesaing dapat menyalin perubahan harga dengan relatif mudah.

e) Distribusi atau Tempat

Menurut David (2009), distribusi mencakup penggudangan, saluran- saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi tempat ritel, wilayah penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, kurir transportasi, penjualan grosir, dan ritel. Distribusi menjadi sangat penting tatkala sebuah perusahaan berusaha menerapkan strategi pengembangan pasar atau integrasi ke depan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran.

f) Riset Pemasaran

Menurut David (2009), riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan, penganalisisan data yang sistematis mengenai berbagai persoalan yang terkait dengan pemasaran barang dan jasa. Riset pemasaran dapat mengungkap kekuatan dan kelemahan yang penting, dan periset pemasaran menggunakan berbagai skala, instrumen, prosedur, konsep, dan teknik pengumpulan data.

Matriks EFE dan IFE

Menurut David (2009), matriks evaluasi faktor eksternal (external factor evaluation-EFE Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Menurut Umar (2008), matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan.

Menurut David (2009), matriks evaluasi faktor internal (internal factor evaluation-IFE Matrix) merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan diantara area-area tersebut. Menurut Umar (2008), matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.

23 Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2008), matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Menurut David (2009), matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (strengths-weaknesses- oppurtunities-threats-SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: SO (kekuatan- peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan- ancaman).

a) Strategi SO (SO Strategies) adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. b) Strategi WO (WO Strategies) adalah strategi yang bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.

c) Strategi ST (ST Strategies) adalah strategi yang menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dampak ancaman eksternal.

d) Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

QSPM

Menurut David (2009), quantitative strategic planning matrix (QSPM) adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi untuk mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Daya tarik relatif dari setiap strategi di dalam serangkaian alternatif dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari setiap faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Umar (2008) menyatakan bahwa QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konseptual, tujuan QSPM adalah menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi- strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

24

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan kerangka yang digunakan sebagai landasan pada kegiatan yang akan dilakukan di dalam penelitian. Kerangka pemikiran dibuat dari kegiatan yang telah dilakukan oleh KWT Melati dalam merencanakan strategi pemasaran. Untuk membuat rencana strategi pemasaran maka perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi KWT Melati untuk menganalisis perumusan strategi bisnis yang tepat.

KWT Melati merupakan kelompok wanita tani yang melakukan usaha pengolahan tepung umbi talas. KWT Melati memproduksi tepung umbi talas rata- rata sebanyak 400 kilogram per bulan. Namun jumlah yang diproduksi KWT Melati tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan sehingga tidak jarang produksi dalam satu bulan tersebut menumpuk. Kondisi tersebut sangat merugikan pihak KWT Melati mengingat tepung umbi talas memiliki jangka waktu simpan hanya enam bulan sehingga diperlukan upaya agar tepung umbi talas tidak menumpuk dan dapat segera terserap pasar. Selain adanya selisih tepung umbi talas yang diproduksi dengan permintaan, KWT Melati juga menghadapi permintaan tepung umbi talas yang mengalami fluktuasi setiap bulan. Fluktuasi yang dihadapi oleh KWT Melati cenderung menurun, hal ini disebabkan beralihnya pelanggan KWT Melati ke produsen pendatang baru.

Pada kemasan yang digunakan untuk tepung umbi talas perlu dilakukan adanya perbaikan, karena kemasan saat ini menggunakan plastik dan pelabelan yang kurang lengkap sesuai peraturan pemerintah. Adanya perbaikan pada kemasan dan label, diharapkan mampu meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi pada tepung umbi talas. Pada kegiatan promosi, KWT Melati telah melakukan promosi melalui pameran dan internet. Saat ini promosi di internet belum dilakukan melalui website sendiri tetapi dengan memasang iklan di website forum jual beli. Hal ini disebabkan oleh KWT Melati baru berencana akan membuat

website sendiri.

Untuk menghadapi kendala-kendala tersebut, maka KWT Melati perlu melakukan peninjauan kembali pada strategi pemasaran yang telah dijalankan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh KWT Melati. Selain melakukan peninjauan pada strategi pemasaran, KWT Melati juga perlu merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar dapat meningkatkan pemasaran tepung umbi talas. Perumusan strategi pemasaran yang tepat sebaiknya mempertimbangkan kondisi lingkungan eksternal dan internal dari KWT Melati agar alternatif strategi yang dihasilkan juga tepat.

Analisis lingkungan eksternal pemasaran digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal. Dari analisis lingkungan tersebut akan diperoleh faktor- faktor sukses kritis eksternal yang selanjutnya dirangkum dalam matriks EFE. Analisis lingkungan internal pemasaran digunakan untuk mengidentifikasi faktor- faktor internal. Dari analisis lingkungan tersebut akan diperoleh faktor sukses kritis internal yang selanjutnya akan dirangkum ke dalam matriks IFE. Hasil penggabungan dari matriks EFE dan IFE dapat dianalisis menggunakan matriks SWOT. Melalui analisis SWOT, peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan akan dicocokan satu sama lain sehingga akan diperoleh empat strategi, yaitu strategi SO (strength-opportunity), strategi WO (weakness-opportunity), strategi

25 ST (strength-threat), dan strategi WT (weakness-threat). Keputusan perumusan strategi merupakan tahap akhir dalam proses merumuskan strategi. Pada perumusan strategi, alat analisis yang digunakan adalah QSPM. Kerangka pemikiran operasional tersebut disajikan pada Gambar 2:

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Alternatif strategi pemasaran (Matriks SWOT) Analisis Strategi Pemasaran

Prioritas strategi ( QSPM)

Rekomendasi prioritas strategi pemasaran KWT Melati

Matriks EFE Matriks IFE

Lingkungan eksternal: - Lingkungan Mikro 1. Pemasok 2. Perantara pemasaran 3. Pelanggan 4. Pesaing - Lingkungan Makro 1. Lingkungan demografis 2. Lingkungan ekonomi 3. Lingkungan teknologi 4. Lingkungan politik Lingkungan internal 1. Analisis konsumen 2. Penjualan produk/jasa 3. Perencanaan produk dan jasa 4. Penetapan harga

5. Distribusi atau tempat 6. Riset pemasaran

Lingkungan Eksternal Pemasaran Lingkungan Internal Pemasaran KWT Melati

Masalah KWT Melati:

1. Produksi tepung umbi talas lebih tinggi dibandingkan permintaan. 2. Fluktuasi permintaan yang cenderung menurun

3. Perlu adanya perbaikan kemasan dan label yang kurang lengkap sesuai peraturan pemerintah.

4. Promosi melalui internet belum menggunakan website sendiri karena masih menggunakan website forum jual beli.

26