• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sekilas Masyarakat Desa Danau Rawah yang Tinggal di Dekat Puskesmas

MUROI RAYA

2.1. Sejarah Kalimantan yang Berdampak di Kehidupan Keseharian Warga Muroi Raya

2.1.3. Gambaran Sekilas Masyarakat Desa Danau Rawah yang Tinggal di Dekat Puskesmas

Dusun Danau Rawah sendiri kondisi lingkungan dan masyarakatnya juga tidak begitu jauh kondisinya dengan dusun di hulu seperti Pantar Kabali sampai Tanjung Jaya. Beberapa penduduk di Danau Rawah juga mengandalkan karet dan penambangan emas sebagai mata pencaharian utama mereka. Setiap pagi para pemantat karet sudah berjalan ke hutan. Masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pemantat karet ini sudah bangun dan masuk kebun karet jam 5 pagi. Di tepi jalan menuju hutan banyak tanaman Tabat Barito dan Pasak Bumi. Tabat barito berguna agar tubuh itu kokoh. Pasak Bumi juga banyak manfaatnya khususnya untuk menguatkan stamina tubuh. Selain itu ada tanaman di sekitar tepi jalan sejenis

“mesisin” yang bisa untuk obat kencing manis menurut

keterangan salah seorang pegawai Puskesmas yang bertugas sebagai analis.

Perjalanan menyusuri jalan desa menuju jembatan yang biasa digunakan untuk lalu lintas sungai dari Puskesmas bisa ditempuh dengan berjalan kaki kira-kira 15 menit dan jika air sungai sedang surut, akan tampak kapal-kapal yang seolah tertambat di bawah rumah. Masing-masing kapal ada plat nomornya, plat hitam untuk milik pribadi sedangkan plat kuning untuk taksi air. Karet hasil sadapan biasanya diletakkan di bawah rumah berupa kotak-kotak yang masih baru biasanya berwarna kuning dan yang sudah lama biasanya berwarna hitam. Jalan yang terbuat dari kayu tampak memanjang menuju tepian sungai yang terbuat dari kayu Ulin atau Kayu Besi. Biaya carter kapal dari Teluk Batu ke Puskesmas Danau Rawah bisa mencapai Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- , namun kalau menggunakan

taksi air hanya Rp. 60.000,- per orang. Akses jalan air ke Kapuas juga bisa melalui jalur sungai ini.

Di Danau Rawah ada 1 Masjid Besar di tengah dusun dekat Puskesmas dan ada 1 Gereja Kristen Evangelis yang dilengkapi 1 Pastory tempat tinggal pendeta. Kedua tempat ibadah ini menandakan bahwa di tempat ini ada dua penganut Agama Kristen dan Islam. Kehidupan keberagamaan mereka damai dan tidak pernah ada perselisihan di antara dua penganut yang berbeda.

Gambar 2.3.

Hasil Karet yang Disimpan di Bawah Kolong Rumah Sumber: Dokumentasi Peneliti

Menangkap ikan dengan jaring dan pancing juga masih dilakukan warga Danau Rawah. Ikan yang didapatkan antara lain

Ikan Sapat dan sebagian kecil ada Ikan Gabus dan Ikan Lele.

Dalam memancing ikan selain membawa alat penangkap ikan warga juga membawa mandau yang melingkar di pinggangnya untuk keperluan menebas kayu dan perlindungan diri jika ada binatang buas.

Jamban dan Kamar Mandi

Beberapa penduduk di Danau Rawah kebanyakan sudah memiliki kamar mandi seadanya namun belum tentu punya jamban. Jamban di tepi sungai kebanyakan dibuat terapung dan jika surut jamban tersebut mengikuti permukaan air. Untuk jamban yang ada di perkampungan yang tidak berada di tepi sungai namun berada di sekitar Puskesmas beberapa jamban sudah tertutup dan diberi septic tank. Meskipun ada juga rumah yang belum memiliki jamban.

Aktivitas Puskesmas Danau Rawah

Sebelum Puskesmas buka sudah ada pasien yang berobat dan langsung masuk di ruang Mes Dokter Puskesmas dan Staf Analisis. Waktu itu peneliti sedang menginap di Mes ini. Kali ini yang sakit adalah anak-anak dan tetap dilayani oleh Dokter. Setelah diperiksa dan dinasehati jangan dulu jajan sembarangan dan minum es juga jangan minum air yang tidak dimasak. Kemudian diberi resep oleh Dokter. Setelah itu Dokter Hasrul menuju Puskesmas dan di sana juga sudah ada pasien ibu yang kakinya sakit. Dokter, Bidan, dan beberapa staf Puskesmas langsung menolong. Aktivitas Puskesmas ini paling banyak dikunjungi pasien pagi hari sebelum aktivitas mereka bekerja. Antara jam 8 pagi sampai jam 11 siang setelah itu pasien sepi dan pasien yang berobat ke Puskesmas ini juga tidak banyak.

Karena kebiasaan masyarakat yang tidak pernah meminum air yang direbus maka banyak yang terkena diare, selain itu menurut keterangan petugas Puskesmas memang kendala utama di sini adalah akses jalan darat desa. Dokter dan Bidan pernah mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Ketika mau pergi ke Teluk Batu selama perjalanan mengalami terperosok kubangan lumpur sebanyak 5 kali dan pecah ban satu

kali. Selain itu Bu Bidan dan Dokter menceritakan bahwa di sini anak perempuan yang menikah antara usia 12-14 tahun juga banyak. Banyak juga yang baru menstruasi pertama kali terus menikah. Rata-rata pernikahan dengan suaminya tidak terpaut jauh. Para laki-laki di sini banyak yang kerja menambang emas. Dampak dari pernikahan muda ini banyak kasus di kehamilan pertama mengalami keguguran. Karena kandungan yang belum kuat. Di Danau Rawah dan Muroi Raya masih banyak Bidan Kampung yang beroperasi namun mereka sekarang menjadi binaan dan patner dari Bidan Mantri sehingga dalam praktek melayani selalu didampingi Bidan Mantri dan diberi pengarahan hal-hal mana yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam hal kesehatan. Banyaknya kasus pernikahan dini di Danau Rawah maupun Muroi Raya banyak sekali kasus keguguran pada kehamilan pertama dan harus dikiret (dibersihkan janin yang meninggal di dalam). Di Danau Rawah juga ada kasus anak muda bunuh diri. Tapi kurang ada yang tahu apa penyebabnya. Pemicu pernikahan dini juga disebabkan karena kebiasaan generasi yang terdahulu juga menikah dini, jika ada wanita yang menikah di atas 20 tahun sudah dikatakan “perawan lapuk” (gadis yang tidak laku). Contohnya Bu Bidan dulu waktu pertama kali bertugas di sini usianya lebih dari 20 tahun dan belum menikah, sempat juga dikatakan perawan lapuk oleh ibu-ibu di sini. Namun Bu Bidan sempat jadi rebutan antar pemuda yang sudah matang bahkan termasuk para petugas di Danau Rawah. Jika mereka tidak disetujui orang tua mereka akan kawin lari.

Bidan Mantri dan Bidan Kampung

Ada beberapa daerah di hulu sana yang masih menolak menjadi patner Bidan Mantri. Bidan Kampung ini masih beroperasi dan juga dukun pengobat masih banyak. Kebanyakan

setelah diobati oleh Si Dukun ini banyak pasien disuruh puasa dulu sehari semalam atau 3 hari 3 malam. Untuk beberapa kasus seperti disentri atau diare jika kekurangan cairan sementara pasien disuruh berpuasa akan bisa berakibat fatal dan bisa terjadi kematian. Pernah ada kasus bayi yang sungsang mendekati kelahiran, pada awalnya ditangani oleh Bu Bidan namun Si Ibu juga memeriksakan diri ke Bidan Kampung dan menurut Bidan Kampung hal tersebut bisa diatasi dengan dipijit maka dipijitlah ibu itu. Ketika terjadi pendarahan hebat barulah Bidan Mantri dipanggil. Tadinya Bidan Mantri sudah curiga dengan perubahan letak bayi di kandungan ditambah pendarahan ini pasti sudah ditangani Bidan Kampung dan akhirnya ibu tersebut meninggal.

Hal lain yang kurang menguntungkan bagi Bidan Mantri adalah hal-hal ketika dikaitkan dengan roh yang menemani pasien. Ada roh baik dan jahat. Ketika selesai periksa di Bidan Mantri dan diberi obat saat itu juga efek obatnya belum bekerja dan pasien merasa tidak ada dampaknya lalu pindah ke Bidan Kampung atau Dukun dan disana diberi mantra dan dikirim roh baik maka ketika pulang dan efek obat dari Bidan Mantri bekerja dan pasien merasa lebih enak atau sembuh yang menyembuhkan menurut pasien adalah Bidan Kampung tersebut namun kalau terjadi kesakitan atau hal yang semakin buruk yang disalahkan kebanyakan Bidan Mantri.

Akses yang Sulit dan Jarak yang Jauh ke Lokasi Rujukan

Pasien di Danau Rawah jarang ada yang mau dirujuk. Permasalahan utama karena jarak dan biaya. Lebih utamanya adalah biaya transportasi. Jika menggunakan transport darat jalannya juga sangat susah jika menggunakan kapal menuju ke pelabuhan juga jauh dan susah jika air sedang surut. Maka upaya apapun sebisa mungkin dilakukan di sini termasuk operasi ringan.

Jika Dokter Hasrul memberikan rekomendasi untuk merujuk kemudian reaksi wajah pasien tampak langsung sedih sehingga upaya apapun sebisa mungkin dilakukan di Puskesmas ini dan memang sudah tidak bisa lagi dilakukan di sini baru dirujuk. Sehingga kadang Puskesmas ini menangani seperti rumah sakit. Meskipun gratis namun untuk transportasi biayanya lebih mahal dari obat dan periksanya.