• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUROI RAYA

2.3. Sitem Religi 1. Kosmologi

2.3.3. Pengobatan Sangiang

Pengobatan Sangiang adalah pengobatan dengan metode memanggil roh leluhur yang mempunyai kemampuan untuk mengobati. Roh leluhur ini diminta memasuki tubuh seorang perantara yang dipanggil lasang untuk membantu pengobatan. Cara memanggil roh ini dengan ritual dan sesaji tertentu.

Di Dusun Tapian Karahau hanya ada satu orang yang bisa mempraktekkan cara pengobatan ini. Meskipun dia beragama Kristen namun ia memiliki kemampuan ini sejak usia muda belia. Dia sudah menjalani tugas sebagai perantara antara manusia dengan roh yang dianggap baik karena dapat memberikan pertolongan kepada manusia baik yang hidup di dunia. Sebagai orang yang memiliki kemampuan menjadi perantara antara

manusia dan roh baik maka biasanya orang tersebut akan dijuluki dengan istilah lasang.

Masyarakat yang memanfaatkan jasa Sangiang ini tidak hanya dari Dusun Tapian Karahau saja tapi juga sampai Palangkaraya, Kapuas, Barito, dan lain lain. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat Dayak terhadap kemampuan magis dan keberadaan roh baik masih sangat kuat. Terlebih ketika roh baik tersebut sudah banyak memberikan pertolongan kepada manusia, misalnya kesuksesan, keberuntungan dan kesembuhan bagi yang sakit baik sakit secara medis atau sakit karena hal magis.

Salah satu pengalaman yang peneliti ikuti dalam acara pengobatan Sangiang di salah satu rumah warga.Acara ini dilaksanakan di rumah Pak Lisa. Kali ini yang menyelenggarakan adalah menantu Pak Lisa. Mereka ingin agar keluarganya yang sakit di Palangkaraya diobati dari jarak jauh. Untuk roh-roh yang masuk ke tubuh “lasang” (perantara) ini ada bermacam-macam. Ada “Sangiang Dusun” roh yang bisa masuk dalam tanah, ada yang berbahasa Melayu, Kapuas, Kadorih, dll. Roh yang mendampingi “Bue”21 (Roh utama yang masuk pertama kali ke

tubuh lasang)ada banyak. Ada yang bisu, ada yang tuli, dan ada yang pincang. Pernah ada orang sakit yang disebabkan karena fotonya ditanam di kuburan oleh orang yang membencinya sehingga orang ini jatuh sakit. Oleh “bue” ini foto ini bisa diambilkan dan orang itu kemudian sehat.

Dalam Sangiang ini ada perlengkapan yang tidak bisa dilupakan yaitu: gitar kecapi,sesaji berupa anggur malaga, dupa, kopi, tembakau jember, dan beras kuning. Selain menyembuhkan dan menghisap penyakit yang ada di tubuh pasien dan memakan

21

sumber penyakitnya yang berbentuk ulat,kotoran, dan lain lain. Selain itu “bue” ini juga bisa mengetahui kejadian yang terjadi dari jarak jauh misalnya apakah seseorang teman bisnisnya itu suka menipu atau tidak. Jika semua permintaan atau harapan dari peserta ini sudah tidak ada maka “bue” ini akan meninggalkan tubuh “lasang” dan acara selesai.

Dalam acara Sangiang yang diselenggarakan oleh menantu Pak Lisa ini ada beberapa permintaan yang dimintakan pertolongannya pada “bue” ini antara lain:

1. Untuk melunakkan hati orang yang korupsi/menipu sehingga mereka mengembalikan uangnya kembali.

2. Memohon kesembuhan orang yang ada di rumah sakit Palangkaraya.

3. Memohon disembuhkan salah satu pemuda yang matanya sakit.

4. Memohon disembuhkan telinganya yang pendengarannya mulai berkurang.

5. Memohon disembuhkan penyakit gangguan perut. 6. Meminta nomor togel.

Malam hari lainnya kami melihat ritual Nyangiang di rumah warga yang lain. Sangiang di rumah Mama Yongky ini sesajinya lebih lengkap karena mereka sudah berjanji akan melengkapi permintaan “bue” 2 hari yang lalu. Bermacam sesaji antara lain: daun Sawang,Anggur Malaga 3 botol,Lamang 2 buah, dan lain lain.

Masuknya Roh “Bue”

Sebelum melakukan ritual Pak Dehel (“Lasang Bue”) ini memeriksa kelengkapan untuk upacara Sangiang. Dan jika ada sesuatu barang yang masih terlupakan yang punya hajat diminta untuk melengkapi sebelum acara dimulai. Sebelum acara dimulai

Pak Dehel juga membagikan aggur malaga kepada beberapa pemuda yang ada di sekitar sesaji. Khususnya Tommy yang bertugas menuangkan Anggur Malaga nanti jika Roh “bue” minta minum. Renout bertugas memetik gitar yang bernadakan irama kecapi. Setelah melalui beberapa tahap ritual, antara lain menyalakan dupa, mengisi gelas dengan koin, dan memasang gelang tangan dengan perban yang ada koinnya Pak Dehel menaburkan beras kuning dan mengucapkan mantra dengan Bahasa Sangiang maka masuklah roh “bue”.

Mengobati “Esu” (Cucu) Yang Sakit

Setelah Roh “bue” masuk akan dimulai dialog dengan yang punya hajat. Pertama Mama Yongky mengatakan bahwa mereka sudah menepati janji yang kemarin melengkapi sesaji. Kemudian anaknya yang sakit diambil sakitnya dengan menghisap menggunakan daun sawang kemudian tangan “bue” oleh salah seorang penonton ditepuk menggunakan bacaan tertentu agar apa yang ada di genggaman “bue” ini bisa dibuka dan terlihat benda yang dihisap tadi. Ada yang berupa kapas berwarna coklat. Ketika anaknya Mama Yongky minta agar segera diberi jodoh maka “bue” memberikan batu kecil berwarna coklat dan dimasukkan ke dalam kepalanya melalui rambut secara gaib kemudian hilang. Ada nenek-nenek tetangganya Mama Yongky yang minta disembuhkan dari sakitnya kemudian oleh “bue” bagian lehernya dihisap menggunakan daun sawang dan dipiring hasil hisapan tersebut berupa cairan kecoklatan menyerupai lendir coklat. Setelah ditawarkan tidak ada yang mau maka oleh buek cairan tersebut dijilati sampai habis. Semakin banyak sumber penyakit yang dimakan “bue” akan semakin sakti kata salah satu pengunjung.

Dalam acara Sangiang ini Renout minta agar benda seperti mata pancing atau jarum dimasukkan dalam tangannya agar kalau memijat juga bisa menyembuhkan yang sakit pada pasien. Oleh “bue” jarum itu hanya ditempelkan di ujung jari kemudian ditekan dan masuklah benda itu dalam tangan kemudian oleh “bue” agak didorong agar sampai ke lengan. Renout tidak merasakan sakit apapun saat pemasangan benda itu hanya ada hawa dingin yang menjalar rasanya.

2.3.4. Besumuk

Di lain tempat ada cerita tentang seorang gadis yang masuk angin. Untuk mengobati sakit tersebut biasanya warga akan mengobatinya dengan “disumuk” yaitu dengan cara kulit di punggung diolesi minyak tanah kemudian diberi sumbu dan dinyalakan lalu ditutup dengan gelas sampai apinya mati. Bekas “disumuk” ini akan menimbulkan warna kemerahan di kulit biasanya setelah disumuk masuk anginnya jadi hilang.