• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Remaja tentang Reproduksi

POTRET KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA MUROI RAYA

3.1. Kondisi Pra Hamil di Desa Muroi Raya

3.1.1. Pengetahuan Remaja tentang Reproduksi

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Remaja sering kali didefinisikan sebagai tahap transisi yaitu masa perubahan atau peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut World

Health Organization (WHO) adalah mereka yang berusia antara

12 sampai dengan 24 tahun, sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja yaitu antara 10 sampai dengan 19 tahun dan belum kawin (Faiq, 2012). Sehingga yang menjadi sasaran informan pada kelompok remaja di Desa

Muroi Raya yaitu remaja yang berusia 10 sampai dengan 24 tahun yang belum kawin.

Berdasarkan tahap perkembangannya, masa remaja dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal yaitu antara 10-14 tahun, remaja pertengahan 15-17 tahun, remaja akhir 18-20 tahun dan dewasa muda usia 21-24 tahun (Damayanti, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan mulai dari usia remaja awal, pertengahan, akhir dan dewasa muda, maka dapat dikatakan bahwa remaja di Desa Muroi Raya telah memiliki beberapa pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Remaja putri telah mengetahui apa yang disebut dengan menstruasi itu, biasanya mereka menyebutnya dengan istilah mens atau datang bulan yaitu peristiwa awal yang menandai bahwa mereka sudah mulai beranjak dewasa dan mereka sudah dapat bereproduksi atau mengalami kehamilan.

Menstruasi menurut mereka ditandai dengan keluarnya darah dari alat reproduksi wanita dan hal tersebut akan terjadi setiap bulan dengan kurun waktu sekitar 7 hari atau 1 minggu. Tetapi untuk remaja putri berusia 12 tahun ke bawah, mereka belum mengetahui apa yang dimaksud dengan menstruasi. Hal tersebut disebabkan karena rata-rata usia remaja putri yang mendapatkan menstruasi pertamanya (menarche) yaitu usia 13 tahun ke atas.

Pada saat remaja putri mengalami menstruasi pertamanya, mereka tidak pernah memberitahukan hal tersebut kepada orang tua mereka untuk yang pertama kalinya. Biasanya mereka menceritakan hal tersebut kepada teman sebaya, sepupu maupun keponakan yang lebih tua dari dirinya yang telah mendapatkan menstruasi. Berdasarkan pengalaman dari temannya maka mereka mengetahui bahwa pada saat menstruasi mereka harus menggunakan pembalut untuk

menampung darah haid yang keluar. Biasanya mereka membeli pembalut di warung-warung di sekitar rumah. Pada saat mereka mandi pagi dan sore, pembalut yang telah dipakai akan mereka bersihkan dengan menggunakan air kemudian dibuang dengan cara membungkusnya dengan plastik terlebih dahulu.

Berdasarkan pengalaman mereka selama ini, mereka mengalami mentruasi rutin setiap bulannya. Rata-rata lamanya menstruasi yang mereka alami setiap bulannya yaitu 7 hari atau 1 minggu. Setiap kali mendapatkan menstruasi mereka mengaku mengalami sakit (dismenore) pada bagian perut terutama di bawah pusar. Ada remaja yang mengalami sakit perut selama 7 hari atau selama menstruasi tersebut berlangsung dan ada juga yang hanya mengalami sakit pada saat hari pertama menstruasi saja. Beberapa remaja putri juga pernah mendapatkan nasihat dari orang tuanya yaitu jika anak perempuan telah mendapatkan menstruasi maka mereka harus menjaga diri serta menjaga pergaulan dengan lawan jenis mereka, karena mereka sudah dapat bereproduksi atau hamil.

Remaja putra yang sudah memasuki masa pubertas, secara normal akan mengalami mimpi basah. Pertama kali, hal ini mungkin terasa aneh, tetapi ini adalah hal yang wajar. Remaja putra di desa ini telah mengetahui apa yang dimaksud dengan mimpi basah. Mereka mendapatkan pengetahuan tentang mimpi basah tersebut dari teman sebaya. Kebanyakan remaja putra merasa malu untuk mengakui dan membicarakan tentang pengalaman mimpi basah mereka, terutama pada orang tua. Semua tergantung pada kedekatan dan keterbukaan remaja dengan orangtua, khususnya untuk bicara yang berhubungan dengan seksualitas.

Proses sunat untuk remaja putra tidak dapat dilakukan di Desa Muroi Raya ini karena tidak ada orang yang dapat melakukannya. Jika anak sudah berusia 10-12 tahun maka orang

tuanya membawanya ke Lungku Layang yaitu sebuah Puskesmasdi Kecamatan Timpah dan melakukan sunat. Waktu yang diperlukan cukup satu hari saja, pagi hari mereka berangkat dengan menggunakan perahu dan dilanjutkan dengan menyewa satu buah mobil untuk mengantarkan mereka menuju Puskesmas dan sore harinya mereka langsung kembali ke desa lagi. Jika orang tua anak tersebut memiliki perekonomian menengah ke atas biasanya mereka melakukan syukuran dengan mengundang beberapa warga untuk melakukan pembacaan doa, tetapi jika perekonomian keluarga menengah ke bawah biasanya tidak ada acara seperti itu, karena acara seperti itu pastinya memerlukan biaya yang cukup banyak untuk menyediakan makanan setelah pembacaan doa. Biaya transportasi yang harus disiapkan untuk sampai ke Puskesmas Timpah juga tidak sedikit yaitu minimal memerlukan biaya sebesar Rp. 500.000,-.

Gambar 3.1

Daun pohon nangka yang telah kering dibakar untuk mempercepat proses penyembuhan luka setelah sunat

Cara yang digunakan masyarakat desa ini untuk mempercepat proses penyembuhan luka setelah sunat yaitu dengan cara membakar daun pohon nangka yang telah kering daunnya, setelah itu abu dari pembakaran daun tersebut dioleskan pada daerah luka setelah sunat tersebut. Beberapa lembar daun nangka kering yang digunakan sebagai obat untuk mempercepat proses penyembuhan luka setelah sunat dapat dilihat pada gambar 3.1.

Pengetahuan remaja putri dan putra mengenai hubungan seks dan alat kontrasepsi secara umum mereka mengetahui dari teman sebayanya. Namun, untuk remaja awal masih banyak yang belum mengetahuinya. Pengetahuan mereka hanya sebatas pengetahuan tentang alat kontrasepsi sebagai alat pencegah kehamilan yang biasa digunakan laki-laki yaitu kondom dan perempuan adalah pil KB. Kemudian untuk pengetahuan mereka tentang hubungan seks merupakan hubungan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang telah menikah. Berdasarkan beberapa keterangan dari informan bahwa usia pernikahan di Desa Muroi Raya ini yaitu berkisar antara 14 tahun ke atas untuk perempuan dan 16 tahun ke atas untuk laki-laki. Namun, ada salah seorang anak perempuan yang pernah menikah pada saat usia 13 tahun, kemudian hamil pada saat ia berusia 14 tahun. Pada saat sebelum menikah ia baru saja mendapatkan menstruasi sebanyak 1 kali, setelah itu ia melangsungkan pernikahan. Berikut salah satu gambar saat prosesi tampung tawar pada pernikahan salah seorang remaja di Desa Muroi Raya, yang dapat dilihat pada gambar 3.2.

Pernikahan usia dini di desa ini terkadang didukung juga oleh orang tuanya. Berikut pernyataan dari beberapa informan mengenai remaja yaitu remaja di desa ini jika sudah putus sekolah dan dirasa badannya sudah besar dan pantas untuk menikah maka orang tua akan segera menikahkan anaknya,

karena jika tidak segera dinikahkan maka remaja tesebut biasanya malah menjadi nakal, suka mabuk dan berjudi. Jadi orang tua berpikir, jika remaja tersebut menikah maka ia mau tidak mau harus bekerja mencari nafkah untuk istri dan anaknya kelak, daripada ia berbuat yang tidak baik, lebih baik segera dinikahkan.

Gambar 3.2.

Prosesi Tampung Tawar Pada PernikahanSalah Seorang Remaja di Desa Muroi Raya

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Pengetahuan remaja mengenai penyakit menular berkaitan dengan reproduksi, hampir semua remaja awal dan pertengahan yang belum mengetahuinya, kecuali pada remaja akhir yang telah menikah. Pengetahuan mereka tetapi hanya sebatas bahwa penyakit menular seksual tersebut biasanya

ditemui pada daerah lokalisasi, seperti pada daerah Dusun Tanjung Jaya atau yang sering disebut dengan Dusun Bereng Garong, karena di dusun ini menurut beberapa sumber informasi terdapat lokalisasi dan tempat karaoke.

Berdasarkan beberapa keterangan dari informan aborsi atau menggugurkan kandungan dengan cara sengaja, tidak pernah dilakukan di desa ini, karena ketika ada remaja putri yang ketahuan hamil di luar nikah biasanya itu menjadi salah satu cara mereka agar segera dinikahkan dengan pacarnya. Hal ini biasa terjadi ketika orang tua mereka tidak menyetujui kalau mereka minta dinikahkan segera. Begitu juga dengan pasangan suami istri yang mungkin istrinya hamil lagi padahal jarak kehamilannya dengan kelahiran anak sebelumnya sangat dekat, juga tidak pernah melakukan aborsi karena mereka menganggapnya sebagai takdir dan rejeki yang diberikan untuk keluarganya jadi mereka tidak boleh menolak. Biasanya untuk kasus wanita hamil yang mengalami keguguran, cara yang dilakukan ibu-ibu tersebut untuk membersihkan kandungannya ia meminta air tawar kepada salah seorang warga di desa ini yang dapat menyembuhkan penyakit melalui media air putih yang telah dibacakan dengan doa dan diminum oleh orang yang mengalami keguguran tersebut, kegiatan ini biasa disebut warga desa dengan sebutan minta danum tawar(air tawar).

Pola makan remaja sama seperti orang dewasa lainnya, mereka biasanya sarapan pagi seadanya yaitu ikan kering atau ikan asin, nasi putih dan mie instan. Hidangan sayuran jarang sekali disediakan pada saat makan pagi karena biasanya tukang sayur yang membawa sayur dari Kota Palangkaraya datang ke desa ini sekitar pukul 11.00 WIB. Remaja yang masih bersekolah biasanya sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, sedangkan remaja yang sudah tidak bersekolah dan mengikuti orang tuanya bekerja di lanting. Lanting merupakan sebuah tempat bekerja

penambang emas dan puya yang terletak di tepi sungai, seperti digambarkan pada gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3

Lanting Tempat Penambang Emas dan Puya

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Setelah melakukan sarapan pagi bersama orang tuanya sekitar pukul 06.30-07.00 WIB biasanya mereka sudah berangkat menuju lanting dengan perahu bermesin cas atau dompeng. Ibu mereka biasanya membawakan bekal makanan siang hari untuk dibawa ke lanting. Pada malam harinya mereka kembali ke rumah dan makan malam di rumah.

Salah satu informan remaja mengatakan terdapat pantangan atau larangan makanan, yaitu bahwa ia dilarang ibunya untuk makan sayur bayam dan kacang. Hal tersebut disebabkan karena dulu sewaktu informan masih kecil, informan pernah menderita sakit paru-paru dan orang tuanya mengatakan bahwa jika makan bayam dan kacang nanti penyakit tersebut bisa kambuh kembali. Perintah orang tuanya tersebut mengakibatkan

remaja tersebut hingga sekarang tidak mau mengkonsumsi sayur bayam dan kacang.

Remaja di Desa Muroi Raya rata-rata hanya berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) bahkan ada juga yang belum tamat SD. Biasanya ketika mereka putus sekolah seperti itu, mereka akan mengikuti orang tuanya untuk bekerja di lanting untuk menambang emas atau puya. Hal tersebut mengakibatkan mereka telah memiliki penghasilan sendiri, tetapi terkadang penghasilan tersebut mereka salah gunakan untuk hal yang negatif seperti membeli minuman keras dan obat terlarang. Akibat dari pengaruh minuman keras dan obat terlarang tersebut, remaja banyak yang terlibat perkelahian dengan remaja dusun lainnya. Permasalahan tersebut biasanya langsung dibawa ke kepala desa atau perangkat desa maupun kepada mantir adat, dan biasanya mereka ditawarkan dua pilihan yaitu perkelahian tersebut dilaporkan kepada petugas kepolisian atau mereka membayar denda yang telah ada ketetapannya di dalam buku hukum adat dayak Ngaju yaitu berupa pembayaran denda (bahasa dayak “jipen”) dan permasalahan diselesaikan dengan cara damai.

Terdapat pula kegiatan remaja di Desa Muroi Raya yang bersifat positif yaitu kegiatan olahraga yang biasanya dilakukan pada sore hari. Tidak hanya remaja putri yang melakukan permainan olahraga volly, biasanya ibu-ibu di desa ini juga ikut bergabung bersama bermain volly. Sedangkan untuk kegiatan remaja putra, setiap hari kecuali hari jumat, biasanya mereka ikut bekerja di lanting bersama-sama dengan orang tua mereka. Namun, pada hari jumat yang merupakan hari istirahat atau hari libur bekerja bagi masyarakat di Desa Muroi Raya, biasanya remaja putra mengisi waktu libur ini dengan melakukan olah raga sepak bola di lapangan yang terletak di tengah desa dan sebagian lagi bermain volly bersama dengan teman yang lainnya.

3.1.2. Pasangan Suami Istri yang Istrinya Belum Pernah Hamil