• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasangan Suami Istri yang Istrinya Belum Pernah Hamil Di Desa Muroi Raya ini terdapat beberapa pasangan yang

POTRET KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA MUROI RAYA

3.1. Kondisi Pra Hamil di Desa Muroi Raya

3.1.2. Pasangan Suami Istri yang Istrinya Belum Pernah Hamil Di Desa Muroi Raya ini terdapat beberapa pasangan yang

telah menikah tetapi hingga kini belum juga dikaruniai anak. Salah satu informan yang peneliti wawancara adalah Ibu M. Ibu M telah menikah selama 19 tahun dan sampai sekarang belum juga dikaruniai anak. Mulai dari pengobatan medis hingga tradisional juga telah ia lakukan. Untuk pengobatan medis Ibu M berkunjung ke rumah sakit di Kabupaten Kapuas dan dokter di sana mengatakan bahwa di rahimnya terdapat gumpalan seperti gumpalan lemak. Ibu M hanya diberikan obat tanpa ada anjuran dari dokter untuk dilakukan operasi atau pembedahan. Pemeriksaan hanya dilakukan pada Ibu M, sedangkan dokter menyarankan suami Ibu M juga diperiksa mengenai kesuburannya, tetapi suami Ibu M tidak mau melakukan pemeriksaan. Suaminya menganggap bahwa kandungan Ibu M lah yang bermasalah sedangkan ia merasa percaya diri bahwa dirinya tidak bermasalah dengan kesuburannya.

Selain secara medis, Ibu M juga telah menjalani pengobatan secara tradisional. Melalui pengobatan tradisional Ibu M telah melakukan beberapa saran dan anjuran dari orang tua maupun mertuanya. Mulai dari minum air rebusan akaryang diperoleh dari hutan hingga meminta air yang telah didoakan oleh salah seorang guru agama di desa ini, tetapi hasilnya tetap saja sama yaitu dia tidak kunjung hamil juga.

Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melihat di dinding rumah Ibu Mterdapat foto seorang anak laki-laki sedang menggunakan seragam Taman Kanak-Kanak (TK). Ternyata foto tersebut anak tersebut adalah anak angkat Ibu M. Ibu M mencoba mengadopsi salah seorang anak sejak ia bayi dan menjadi orang tua angkat bayi tersebut. Banyak orang yang mengatakan biasanya dengan mengadopsi atau mengasuh anak maka dapat menjadi salah satu upaya untuk memancingagar

cepat hamil. Hal tersebut telah ia lakukan hingga anak tersebut sekarang berusia 6 tahun atau kelas 1 SD, tetapi hingga sekarang ia pun belum juga hamil.Sudah banyak usaha yang Ibu M lakukan untuk mendapatkan anak, tetapi sampai sekarang usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Baik suami, mertua dan orangtuanya sudah berusaha untuk membantu Ibu M supaya bisa mendapatkan anak, tetapi hingga kini ia belum juga mendapatkan kehamilan.

Informasi dari informan lainnya merupakanseorang ibu yang dulunya pernah melahirkan prematur pada usia kandungan 7 bulan tetapi bayi yang dilahirkannya tersebut hanya bertahan satu hari saja, setelah itu bayi tersebut meninggal dunia. Ibu itu bercerita tentang bayinya ketika lahir badannya biru-biru, setelah dilahirkan anak tersebut dimandikan dengan air biasa saja seperti bayi normal lainnya. Ketika ibu tersebut melahirkan ia ditolong oleh seorang bidan kampung yang berada di desa ini, tetapi kini bidan tersebut telah meninggal dunia. Ibu itu tidak mengetahui apa penyebab kematian bayinya, ia hanya menduga karena bayi yang dilahirkannya belum cukup umur untuk dilahirkan jadi ia berpikir bahwa belum rejeki untuk diberikan seorang anak, dan hingga kini ia belum juga dikaruniai seorang anak pun. Mulai dari pengobatan tradisional dan medis pun sudah dijalaninya, tetapi tetap saja hasilnya hingga kini ia belum juga hamil kembali. Ibu tersebut menunjukan salah satu obat ramuan akar yang diminum kini sebagai salah satu pengobatan tradisional yang dijalaninya. Foto ramuan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 seperti di bawah ini.

Akar-akaran tersebut ditaruh di dalam bekas botol plastik air mineral dan diberi air. Air tersebut diminum setiap hari sebanyak 1 gelas. Ketika peneliti bertanya akar apa saja yang diminumnya itu, ibu tersebut menjawabnya tidak tahu karena hanya orang tua atau orang-orang tertentu saja yang tau dan bisa

menemukan akar tersebut di dalam hutan. Biasanya orang tersebut tidak mau memberitahukan apa nama akar itu dan di mana memperoleh, karena merupakan rahasia bagi mereka.

Gambar 3.4

Ramuan akar-akaran untuk mendapatkan kehamilan Sumber: Dokumentasi Peneliti

Informan juga bercerita jika sebagian besar masih banyak warga di desa ini yang beranggapan banyak anak banyak rejeki, karena bagi mereka, anakyang akan membantu mereka bekerja untuk mencari nafkah meskipun tanpa harus menempuh pendidikan formal. Karena pekerjaan menambang emas menurut informan lebih banyak mengandalkan tenaga daripada pengetahuan dan pendidikan formal di sekolah. Untuk jumlah sebaran pasangan usia subur di desa ini cukup banyak, walaupun peneliti tidak memperoleh data sekunder sebagai pendukung, beberapa informan mengatakan bahwa adanya pernikahan usia dini di desa ini maka akan berdampak pada peningkatan jumlah pasangan usia subur.

Informasi lain yang diperoleh dari beberapa informan yaitu masyarakat di sini biasanya mengharapkan anak pertama

mereka berjenis kelamin perempuan, karena jika anak pertama berjenis kelamin laki-laki maka mereka menyebutnya akan mengakibatkan suasana panas di dalam keluarga tersebut. Maksudnya yaitu suami dan istri di dalam keluarga itu seringkali akan mengalami pertengkaran. Sehingga kecenderungan anak yang dilahirkan di desa ini berjenis kelamin perempuan. Untuk jenis kelamin anak berikutnya mereka mengatakan terserah saja jenis kelaminnya perempuan atau laki-laki, pasrah kepada apa yang diberikan oleh Tuhan. Namun mereka mengatakan seperti kebanyakan orang, dalam benak mereka jika sudah dikaruniai anak perempuan, maka mereka berharap adanya anak laki-laki dalam keluarga mereka.

Peran orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan di desa ini sama saja. Kecuali jika mereka sudah beranjak remaja biasanya anak perempuan mulai disuruh oleh ibunya untuk membantu memasak di dapur dan membersihkan rumah. Kemudian untuk anak laki-laki jika sudah tidak bersekolah, biasanya diajak oleh bapaknya bekerja di lanting untuk menambang emas atau “puya”. Setiap pagi dan sore hari tanpa memandang anak tersebut laki-laki atau perempuan, orang tua mereka menyuruh anaknya untuk mengambil air minum di sungai dengan menggunakan botol plastik bekas air mineral dan di taruh di dalam lontong atau lumbik. Lontong adalah keranjang yang terbuat dari bambu atau bahan plastik yang dianyam dan diletakkan di punggung. Bentuknya seperti tabung dengan diameter sekitar 70 cm dan tinggi sekitar 80-90 cm. Pinggiran keranjang kemudian diberi rotan dengan tujuan sebagai pengeras atau sebagai pengkokoh keranjang tersebut. Gambar lontong dapat dilihat pada gambar 3.5 dan gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.5

Seorang Nenek yang Sedang Menganyam sebuah Lontong Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 3.6. Seorang Anak Menggunakan Lontong untuk Mengambil Air Minum di Sungai Sumber: Dokumentasi Peneliti

Kebiasaan dalam keseharian pasangan usia subur sama seperti pasangan suami istri lainnya. Suami bekerja di lanting untuk menambang emas atau puya, sedangkan istri di rumah untuk melakukan aktivitas mencuci, memasak dan membersihkan rumah. Pasangan suami istri yang masih terbilang baru biasanya tinggal di rumah orang tua atau mertuanya. Beberapa tahun kemudian jika sudah memiliki tabungan yang cukup, maka secara perlahanmereka mulai mencicil pembangunan rumah dengan cara membeli tanah terlebih dahulu, lalu mengumpulkan uang kembali, jika dirasa sudah mencukupi maka mereka mulai membangun rumah. Semua rumah yang ada di desa ini adalah rumah panggung yang terbuat dari bahan kayu.