• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Setelah Persalinan Ibu Hamil 1. Tradisi yang Dilakukan Pasca Persalinan

POTRET KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA MUROI RAYA

3.5. Kondisi Setelah Persalinan Ibu Hamil 1. Tradisi yang Dilakukan Pasca Persalinan

Ada satu tradisi yang digunakan Etnik Dayak Ngaju di Desa Muroi Raya setelah melewati proses persalinan. Tradis berupa ritual tersebut biasanya dilakukan setelah tali pusar bayi sudah terlepas. Ritual ini sering mereka katakan dengan ritual palas

bidanatau ritual untuk membalas jasa bidan yang telah menolong

proses persalinan hingga ibu dan bayinya selamat dan ritual

nahunan atau ritual pemberian nama pada bayi. Sebelum ritual palas bidan dan nahunan dilakukan maka bayi tidak

diperbolehakn untuk dibawa keluar dari rumah. Salah satu persyaratan yang harus disediakan pada saat ritual palas

bidandan nahunan yaitu jika bayi yang dilahirkan berjenis

kelamin laki-laki, maka keluarga yang melakukan ritual palas

bidan tersebut harus menyediakan 1 buahbahalai dan 1 buah tapih karung. Tetapi jika bayi yang dilahirkan berjenis kelamin

perempuan maka keluarga menyediakan 1 buahtapih karung saja. Hal tersebut mereka lakukan sesuai tradisi Etnik dayak Ngaju pada zaman dahulu, dimana bayi laki-laki biasanya digendong dengan bahalai sedangkan bayi perempuan digendong dengan menggunakan tapih karung.

Adapun tata cara yang dilakukan dalam ritual palas bidan yaitu keluarga atau orang tua dari bayi tersebut harus menyediakan sesajen atau yang sering mereka sebut dengan

pendudukyang biasanya berisi beras dalam baskom kecil yang

diatasnya diletakkan buah kelapa, gula, minyak goreng, tapih,

bahalai dan uang yang jumlahnya tidak ditentukan. Setelah

sesajen disiapkan maka bayi dimandikan oleh bidan kampung dan kemudian dipangku oleh bidan kampung, Setelah itu orang tua menyerahkan sesajen atau penduduk dan melakukan

tampung tawarterhadap bidan kampung. Kemudian bidan

kampung menyerahkan bayi kepada orang tuanya, dan bergantian melakukan tampung tawar kepada orangtua dan bayinya. Tampung tawar tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan baik bidan kampung, orang tua dan juga bayinya agar hidup sehat, sejahtera, dijauhkan dari sakit dan bahaya serta berlimpah rejeki, dsb. Tamping tawar wajib dilakukan karena jika tidak akan berakibat buruk baik terhadap bidan kampung ataupun bayi yang dilahirkan, misalnya bidan kampung ataupun bayi akan mengalami sakit yang sulit disembuhkan hingga ritual

palas bidan dan proses tamping tawar dilakukan.

Menurut kepercayaan masyarakat apabila ritual tersebut tidak dilakukan oleh keluarga yang bersangkutan maka pengasuhan dan perawatan bayi akan ditanggung sepenuhnya oleh bidan kampungsampai usia bayi mencapai 100 hari. Oleh karena itu, setelah menolong proses persalinan sampai dengan dilakukannya ritual palas bidan, bidan kampung memiliki kewajiban untuk memandikan bayi apalagi jika bayi yang dilahirkan ialah anak temei atau anak pertama.

Masih berlakunya tradisi palas bidan pada masyarakat Etnik Dayak Ngaju tersebut diperkuat oleh pernyataan seorang dokter di Puskesmas Danau Rawah yang berasal dari Etnik yang berbeda. Ia mengatakan bahwa setelah bertugas kurang lebih 6

bulan di Puskesmas Danau Rawah ia sudah cukup memahami tradisi masyarakat Dayak Ngaju pasca persalinan dimana perawatan dan pengasuhan bayi yang dilahirkanakan menjadi tanggung jawab bidan atau dokter yang menolong persalinan sampai pada saat diadakan ritualpalas bidan. Setelah tali pusar terlepas, barulah kemudian dilakukan ritual palas bidan dan tanggung jawab dokter atau bidan untuk merawat bayipun telah selesai.

Tradisi masyarakat untuk pemberian nama bayi yang baru dilahirkan atau yang disebut nahunan biasanya diberikan oleh bidan yang telah menolong proses persalinan pada saat ritualpalas bidan dilakukan. Namun ada juga beberapa keluarga yang tidak memberikan nama anaknya berdasarkan pemberian nama dari bidan. Seperti pernyataan dari salah seorang informan yang bercerita tentang kelahiran anak pertamanya. Karena tidak menyetujui nama yang diberikan oleh bidan kepada anaknya maka mereka melakukan pemberian nama dengan cara menuliskan di atas kertas beberapa nama dari tokoh agama, bidan dan orang yang dituakan atau dihormati dari pihak keluarga. Kertas tersebut kemudian digulung dan dibuat seperti menyerupai kertas arisan yang dikocok lalu kemudian dilih salah satu untuk menentukan nama dari bayi yang baru saja dilahirkan. 3.5.2. Cara Perawatan Bayi

Bagi warga yang menggunakan jasa bidan kampung dalam membantu proses persalinsan biasanya melakukan perawatan pada bayi dengan cara bayi dimandikan oleh bidan kampung dengan air biasa tanpa dicampur dengan air panas. Kemudian bayi tersebut diberi minum air santan kelapa yang kental sebanyak satu sendok teh, dengan maksud untuk mengeluarkan kotoran yang ada dalam tubuh bayi yang biasanya berwarna kehitaman. Kemudian bidan kampung menganjurkan kepada si

ibu yang telah melwati proses persalinan untuk memerah air susu yang keluar pertama kali keluar hingga bersih dan tidak berwarna kekuningan lagi lalu kemudian dibuang. Cara memerahnya hanya dengan menggunakan tangan biasa saja. Menurut pemahaman mereka, air susu yang pertama kali keluar harus dibuangkarena kotor dan rasanya asam sehingga menyebabkan bayi menolak untuk meminumnya dan bahkan seringkali dimuntahkan. Jika bayi sudah diberi air santan kelapa biasanya bayi segera disusui oleh ibuya, tetapi jika air susu ibu tidak bisa keluar maka bayi tersebut diberikan susu formula dengan menggunakan botol dot bayi.

Terdapat cara perawatan khusus yang dilakukan oleh bidan kampung terhadap bayi perempuan agar kelak ketika ia melahirkan ia tidak mengalami kasus kelainan pintu atau yaitu sempitnya liang vagina. Jika terjadi kasus seperti itu maka ibu yang akan melahirkan tidak dpat ditolong dengan menggunakan jasa bidan kampung melainkan harus menggunakan jasa tenaga medis. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya kelainan pintu pada perempuan ketika hendak melahirkan, harus dilakukan perawatan sejak ia dilahirkan. Cara perawatannya yaitu dengan membersihkan bagian vagina bayi dengaan teliti dan bersih selama 41 hari. Cara perawatannya yaitu setelah bayi lahir, vaginanya dibersihkan dengan air jeruk nipis dan kapas , sampai lendir yang ada dikemaluannya bersih. Jika lendir tersebut tidak dibersihkan maka akan menjadi semakin besar dan membentuk seperti daging sehingga menutupi lubang vagina.

Selain itu, kasusyang juga sering terjadi pada perempuan akibat tertutupnya lubang vagina ialahtidak bisa mengalami menstruasi. Cara untuk membuka lubang vagina yang tertutup dengan cara tradisional masih bisa dilakukan ketika umur anak di bawah 10 tahun. Caranya ialah dengan menggunakan butiran padi yang ditorehkan pada vagina sampai mengeluarkan sedikit

darah dan sampai lubang vagina terbuka seperti ukuran normalnya.

3.5.3. Tradisi Masyarakat Terhadap Ari-Ari Bayi Baru Lahir Pada kasus bayi kembar di masyarakat Desa Muroi Raya biasanya tali pusar bayi akan dipotong menjadi dua. Hal tersebut dilakukan sebagai usaha preventif yaitu menghindari penularan penyakit jika salah satu dari bayi kembar tersebut mengalami sakit. Sedangkan tradisi perawatan untuk ari-ari biasanya ada yang dengan cara digantung di pohon atau dikubur di dalam tanah. Jika ari-ari dikubur dalam tanah, maka orang yang harus melakukannya ialah bapak dari bayi tersebut. Biasanya ari-ari dikubur disertai dengan beberapa benda seperti bambu panjang yang dipotong tepat pada ruasnya lalu dikubur bersama ari-ari dengan posisi ujung bamboo dikeluarkan sedikit dari permukaan tanah. Tujuannya ialah agar anak yang dilahirkannya kelak tidak mengidap penyakit asma.

3.6. Kondisi Masa Nifas Ibu Setelah Melahirkan