• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Ibu Menyusui di Desa Muroi Raya

POTRET KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA MUROI RAYA

3.7. Kondisi Ibu Menyusui di Desa Muroi Raya

Sebagian masyarakat di Desa Muroi Raya memiliki pengetahuan bahwa memberikan ASI pertama (kolostrum) adalah baik bagi kesehatan bayi. Pengetahuan tentang pemberian ASI pertama pada bayi hanya terdapat pada mereka yang selama masa hamil dan persalinan menggunakan jasa tenaga kesehatan medis. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang melakukan proses persalinan dengan jasa bidan kampung berpendapat bahwa ASI pertama tidak baik jika diberikan kepada bayi.

Kendala yang seringkali terjadi pada saat memberikan ASI pertama pada bayi ialah bayi menolak untuk diberi ASI sehingga bayi tidak lagi diberikan ASI oleh orangtua dan digantikan dengan susu formula. Permasalahan kedua yang sering dialami oleh bayi ketika diberikan susu formula yaitu tidak semua pencernaan pada bayi dapat menerima dengan baik susu formula tersebut sehingga ada beberapa diantaranya yang mengalami sakit diare. Oleh karena itu biasanya ibu harus berupaya mencari susu formula yang cocok untuk bayinya.

Permasalahan ketiga yang juga sering terjadi ialah kesulitan untuk mengeluarkan ASI pada ibu dan hal tersebut berdampak pada bayi karena kesulitan untuk menyusui ibunya disebabkan ASI yang tidak bisa keluar dengan lancar.Untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya ibu akan menggantikan ASI dengan susu formula yang ditaruh dalam botol dot. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendapat masyarakat terhadap ASI dan ASI pertama atau kolostrum sangat dipengaruhi oleh pengetahuan mereka tentang kesehatan baik secara medis ataupun tradisional.

Ada satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat terkait masa menyusui pada ibu. Untuk memperlancar ASI biasanya, ada satu tata cara khusus yang dilakukan oleh ibu yang

sedang ada dalam masa menyusui. Setelah mereka makan dengan mengggunakan tangan, mereka akan mencuci tangannya lalu kemudian mengusap payudara mereka dengan menggunakan kedua telapak tangan. Mereka meyakini bahwa tata cara tersebut dapat memperlancar ASI.

Tidak ada larangan khusus pada saat masa menyusui. Hanya ada beberapa ibu yang tidak memakan makanan tertentu pada saat menyusui seperti tidak boleh makan daun singkong karena akan mengakibatkan gatal pada kulit bayi. Pada masa menyusui ada beberapa anjuran makanan yang diberikan kepada ibu hamil berdasarkan pengetahuan masyarakat untuk memperlancar ASI. Beberapa anjuran makananan tersebut ialah sulur kacang, sayurkelakai, sayur katuk, sayur bayam yang biasaya dimasak bening dan diberi bumbu lada.Selain memberikan ASI, para ibu juga akan memberikan susu tambahan dan makanan tambahan SUN bagi bayi yang berusia 6 bulan ke atas.

Kegiatan menyusui pada bayi yang mengkonsumsi ASI biasnya dilakukan dimana saja. Ibu tidak akan merasa sungkan jika harus memberikan ASI kepada bayinya meskipun sedang berada di tempat umum atau di tengah keramaian. Disaat para ibu sedang membawa bayi berjalan di sekitar desa maka mereka bisa saja melakukan kegiatan menyusui pada saat sedang berbincang di warung atau di salah satu rumah tetangga. Melakukan kegiatan menyusui di tempat umum nampaknya sudah menjadi hal biasa bagi ibu yang ada di Desa Muroi Raya ini. 3.8. Kondisi Neonatus dan Bayi di Desa Muroi Raya

3.8.1. Cara Perawatan Neonatus

Ada satu perawatan neonatus khusus pada bayi yang mengalami kasus tidak menangis pada saat dilahirkan. Upaya

bidan kampung untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya dengan cara bayi dimandikan dan bidan kampung akan menepuk bagian pantat bayi dan menggoyangsampai bayi tersebut menangis.

3.8.2. Cara Memandikan Bayi

Tidak ada tradisi atau tata cara khusus untuk memandikan bayi pada masyarakat Desa Muroi Raya. Hanya saja peralatan dan perlengkapan untuk memandikan nampak sederhana seperti misalnya penggunaan air sungai seribu akar yang diambil dari sungai Pantaruntuk memandikan bayi. Menurut pemahaman masyarakat, hal itu dilakukan agar bayi menjadi terbiasa dengan air sungai dan menjadi kebal terhadap sakit penyakit. Gamabar seorang ibu yang sedang memandikan bayinya dapat dilihat pada gambar 3.21.

Gambar 3.21. Cara Memandikan Bayi di Desa Muroi Raya Sumber: Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan pengamatan penulis, tata cara yang dilakukan ibu pada saat memandikan bayinya ialah pertama bayi tersebut dibaringkan di pangkuan ibunya yang telah dilapisi dengan sehelai kain bahalai, lalu kemudian si ibu melepaskan baju bayi tersebut di atas pangkuannya. Setelah itu, tubuh bayi dicelupkan ke dalam sebuah ember bulat dari plastik kira-kira berdiameter 50 cm, yang berisi air sungai seribu akar. Dengan perlahan ibu membasuh bagian badan dan kepala bayikemudian mengusapkan sabun dan shampo dan kemudian membasuhnya kembali hingga bersih.Setelah selesai memandikan bayinya, ibu tersebut kembali meletakkan bayinya di dalam pangkuannya yang dilapisi kain bahalai lalu memberikan bedak pada tubuh bayi dan mengenakan pakaian. Aktivitas ibu tersebut dapat dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22.

Ibu Meletakkan Bayi di dalam Pangkuannya yang Telah Dilapisi Sebuah Kain Bahalai

3.8.3. Pola Asuh Bayi

Pola asuh pada bayi di Desa Muroi Raya hampir sepenuhnya menjadi tanggung jawab ibu atau istri. Mulai dari perawatan seperti memandikan, mengenakan pakaian, menggendong bila bayi menangis dan memberikan susu baik ASI maupun susu formula. Kebiasaan yang juga sering dilakukan orangtua pada bayinya ketika cuaca panas disiang hari ialah dengan mengoleskan bedak basah ke suluruh tubuh bayi. Bedak basah tersebut terbuat dari bedak tabur khusus bayi yang dicampur dengan air lalu dioleskan keseluruh tubuh bayi. Hal tersebut mereka lakukan agar bayi tidak merasa kepanasan dan mencegah atau menyembuhkan biang keringat pada tubuh bayi.

Begitu juga halnya terkait pengajaran makan dan minum serta pengajaran dan pembiasaan BAB biasanya juga menjadi tanggung jawab seorang ibu. Namun tidak menutup kemungkinan bagi seorang ibu yang memiliki anak perempuan atau keponakan yang menginjak usia remaja sampai dewasa biasanya akan diberikan tanggung jawab untuk mengasuh adik mereka yang masih bayi.

3.8.4. Jimat yang Digunakan oleh Bayi

Melakukan perawatan pada bayi secara tradisional merupakan hal yang paling diutamakan oleh masyarakat Desa Muroi Raya. Perawatan pada bayi terkait tradisiEtnik Dayak Ngaju ialah pemberian jimat atau palis pada bayi yang baru lahir yang bertujuan sebagai pahelat yaitu menjaga bayi agar dijauhkan dari

peres atau sakit penyakit dan gangguan roh jahat yang biasa

mereka sebut hantuenatau kuyang. Gangguan roh jahat tersebut sangat ditakuti oleh masyarakat karena mereka percaya gangguan tersebut dapat menyebabkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, tradisi penggunaan palis sebagai pahelat

menjadi sangat penting untuk tetap dilakukan.Gambar palis yang digunakan oleh salah seorang bayi di Desa Muroi Raya dapat dilihat pada gambar 3.23.

Gambar 3.23.

Palis yang Digunakan oleh Seorang Bayi pada Lengan Kirinya

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Palis yang berfungsi sebagai pahelat biasanya berbentuk

gelang yang terbuat dari kain berwarna hitam dan didalamnya ditaruh kulit kayu hanyer bajai. Kulit kayu hanyer bajai tersebut dapat dilihat pada gambar 3.24.

Sebagai tambahan biasanya gelang palis akan diberi gantungan yang menyerupailonceng kecil berbentuk bulat dan berwarna hitam. Terdapat juga palis berbentuk gelang yang terbuat dari buah jelei. Gelang tersebut diberi nama gelang

karipak. Selain terbuat dari kain, palis yang paling sederhana

biasanya terbuat dari benang hitam. Cara penggunaan palis yaitu dengan cara diikatkan pada pergelangan tangan dan kaki bayi

yang baru lahir. Palis biasanya diikatkan langsung oleh ibu kepada bayinya.

Gambar 3.24.

Kulit Kayu Hanyer Bajai yang Digunakan Sebagai Palis (Jimat) untuk Bayi

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Selain palis juga terdapat jimat dalam bentuk yang berbeda. Jimat tersebut diberikan berdasarkan keturunan atau warisan turun-temurun dari satu keluarga tertentu. Salah seorang informan yang adalah seorang bapak menyatakan bahwa ia dari keturunan keluarga dimana anak laki-laki harus mengenakan anting emas pada salah satu telinganya. Penggunaan jimat dalam bentuk anting emas biasanya diberikan kepada anak sejak ia dilahirkan. Pantangan bagi jimat tersebut ialah tidak boleh dilepaskan sampai anting tersebut terlepas dengan sendirinya atau si anak tidak berkeinginan lagi untuk mengenakannya. Menurut kepercayaan bapak tersebut, apabila jimat terssebut tidak dikenakan atau dipaksa untuk dilepaskan maka akan berakibat buruk pada kesehatan anak, misalnya anak akan mengalami sakit penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan tenaga medis.