• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN SITUASI KOMUNIKASI ANTARA

A. Metodologi Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

a. Sejarah Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

Berdasarkan Buku Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Gereja Kristus Raja Baciro, Yogyakarta (2004: 4-6), dapat digambarkan sejarah Paroki Kristus Raja Baciro sebagai berikut:

Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta merupakan salah satu paroki yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang. Pada tahun 1953 Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta merupakan salah satu kring bagian dari Paroki Santo Antonius Kota Baru, Yogyakarta. Sehubungan dengan bertambahnya jumlah umat, dan gedung gereja sudah tidak memadai lagi untuk menampung umat yang datang merayakan Ekaristi, maka kring Baciro berusaha mencari dan memiliki tempat ibadat sendiri. Kring Baciro akhirnya mendapatkan tempat di Pabrik Cerutu Taru Martani, dan diijinkan untuk merayakan Ekaristi setiap hari Minggu dan hari Raya, umat yang hadir pada saat itu sebanyak 3000 orang. Mulai saat itu kring Baciro berkembang menjadi stasi, dan yang menjadi Romo Stasi adalah Rm. De Quay, SJ.

Pada tahun 1956 jumlah umat stasi Baciro semakin bertambah maka Rm. De Quay, SJ berinisiatif mendirikan bangunan gereja untuk menampung umat dan menjadikan Stasi Baciro sebagai paroki, dibentuklah panitia pembangunan gedung gereja dan umat mulai mengumpulkan dana. Panitia inipun disyahkan oleh uskup Agung Mgr. Albertus Soegiyopranoto,SJ. Usaha penggalangan dana dilakukan dengan berbagai cara antara lain: sumbangan sukarela dari umat katolik setempat, sumbangan dari tokoh-tokkoh warga katolik asal Baciro,

penyelenggaraan sumbangan berhadiah, pertunjukan wayang orang “Tjiptokawedar”. Dari penggalangan dana tersebut panitia memperoleh dana untuk membeli sebidang tanah di daerah Gendeng Cantel, namun karena lokasi dinilai kurang strategis, akhirnya tanah di Gendeng Cantel dijual. Pada tahun 1961 diputuskan untuk membeli tanah persawahan di Jl. Melati Wetan No.9, dan membangun gedung gereja dengan ukuran 16 x 28 m². Pada 1962 bangunan gereja tersebut selesai dibangun, dan tahun tersebut oleh beberapa tokoh pendiri disepakati sebagai tahun berdirinya paroki Baciro. Sejak saat itulah perayaan Ekaristi yang semula dilaksanakan di aula Taru Martani, pindah ke gereja Baciro dengan jumlah umat 2500 jiwa, berdasarkan data kartu paroki Desember 1962. Pastor Paroki Kristus Raja Baciro yang pertama ialah: Rm. JG. Stormmesand.SJ.

Pada tanggal 27 Oktober 1963, Paroki Kristus Raja Baciro diresmikan bersamaan dengan selesainya pembangunan panti paroki. Paroki Kristus Raja Baciro berupaya memperhatikan masyarakat sekitarnya sebagai bentuk pengabdian bagi masyarakat, maka pada tahun 1964 didirikanlah sekolah Dasar Katolik Sorowajan dan di Kolombo. Setelah menjadi paroki, Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta mengalami banyak perubahan dan perkembangan, seperti: bertambahnya jumlah kring,komunitas biara, kelompok minat bakat, dan adanya pertemuan kelompok “purnaman” di kring-kring. Tidak lama kemudian nama kring diganti menjadi “lingkungan” berdasarkan pedoman keuskupan Agung Semarang (KAS) 1987. Pada tahun 2004 jumlah lingkungan paroki induk 37 lingkungan, gereja induk berjumlah 24 lingkungan, di gereja pangkalan udara 5 lingkungan, Gereja stasi Barbasari 8 lingkungan.

Berdasarkan pengamatan penulis dan penuturan salah satu tokoh umat di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta diperoleh keterangan tentang peristiwa mengenai renovasi gereja dan situasi umat, pasca bencana gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 sebagai berikut:

Pada tanggal 27 Mei 2006 bangunan gereja mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan lagi. Perayaan Ekaristi maupun kegiatan peribadatan diselenggarakan di tenda selama setahun. Kegiatan-kegiatan baik di paroki maupun di lingkungan tidak berjalan dengan lancar karena umat berkonsentrasi pada perbaikan rumah masing-masing. Pada Tahun 2007 dewan paroki mulai menata kembali administrasi, laporan-laporan keuangan, pembangunan gedung gereja (relokasi), pengembangan tanah dan perintisan Stasi Florentinus Babarsari, pemekaran lingkungan dan wilayah, memperhatikan kaum muda, karyawan serta pelayanan dewan paroki dan pengurus stasi. Setelah renovasi gereja selesai, dilanjutkan dengan pembangunan pastoran dan pengembangan karya pastoral, sedangkan gedung gereja yang direnovasi akan menjadi panti paroki. Saat ini Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta sedang membangun gedung gereja yang baru, dan diharapkan gedung yang baru ini akan cukup untuk menampung umat. Perkembangan pembangunan gereja yang baru ini sudah mencapai 60%. Jumlah umat sampai dengan akhir 2009 adalah: 4289 jiwa berdasarkan data yang diperoleh dari sekretariat paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Pada tahun 2009 karena perkembangan umat dan luasnya wilayah paroki maka Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta dimekarkan menjadi tiga paroki yaitu:

Paroki Kristus Raja Baciro dengan pastor paroki Rm. Gregorius Suprayitno, Pr. Paroki Maria Assumpta Babarsari dengan pastor paroki Rm.

Gregorius Kriswanto, Pr. Paroki St. Mikael Pangkalan, dengan pastor paroki Rm.Yosep Maria Bintoro, Pr.

b. Visi dan Misi Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta

Dalam Buku Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Kristus Raja Baciro, (2004: 9), terdapat Visi Misi dan cita-cita paroki sebagai berikut: Visi-Misi Paroki Kristus Raja Baciro

”Visi Paroki Terwujudnya Paroki Kristus Raja Baciro yang inovatif dan memiliki semangat berliturgi, bersaudara dan melayani dengan menjadi saksi Kristus.”

”Misi Paroki Kristus Raja Baciro yaitu umat Paroki Kristus Raja Baciro semakin inovatif dalam melaksanakan panggilan dan perutusan untuk berliturgi, membangun paguyuban yang hidup dan berkembang dalam pelayanan sejati, baik dalam gereja maupun masyarakat.”

Cita-cita Paroki Kristus Raja Baciro

1. Umat semakin banyak yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan menggereja.

2. Umat semakin sadar perlunya membangun hidup bersama sehingga tidak merasa sendiri dan berkembang dalam semangat persekutuan (paguyuban) serta saling meneguhkan.

3. Umat semakin meningkat mutu dan kwalitas hidup berimannya, hingga lebih berarti bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

4. Umat semakin peka dan peduli serta memberi perhatian serius bagi mereka yang lemah, papa, miskin, terlantar, menderita dan tersingkirkan. 5. Umat semakin banyak yang terdorong untuk bertindak nyata seperti

Tuhan Yesus sendiri dengan berbagai cara, antara lain: berdoa, mengajar, memberi makan, menyembuhkan serta menghidupkan.

c. Gambaran Lingkungan Andreas Rasul, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta Berdasarkan penuturan tokoh umat yang ada di Lingkungan Andreas Rasul, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta diperoleh keterangan tentang perkembangan lingkungan dan kegiatan yang ada di lingkungan sebagai berikut:

Pada awalnya Miliran merupakan satu lingkungan, namun mulai tahun 1996 pada saat Pastor FX. Wiyono, Pr menjabat sebagai pastor paroki Baciro, lingkungan ini dimekarkan menjadi tiga lingkungan dengan nama Miliran Timur, Miliran Barat dan Miliran Selatan. Pemekaran ini dilakukan karena jumlah umat semakin besar. Kemudian umat lingkungan memberi nama dengan nama pelindung Santo Andreas Rasul untuk Miliran Timur dengan jumlah umat 42 KK, 176 jiwa, Santo Simon Zelot untuk Miliran Barat jumlah umat 43 KK, 178 jiwa dan Santo Don Bosco untuk Miliran Selatan 43 KK, 182 jiwa. Ketiga lingkungan ini meskipun telah dimekarkan namun jika ada kegiatan yang diselenggarakan disalah satu lingkungan tetap saling mendukung dan umat selalu diundang untuk hadir dalam kegiatan atau misa lingkungan. Umat cukup berkembang dari tahun ketahun dengan jumlah umat akhir tahun 2009, 59 KK dengan anggota sebanyak 209 jiwa.

Berbagai kegiatan yang bersifat rutin sudah terjadwal seperti: Pertemuan Adven, Pertemuan Prapaskah, Pertemuan Bulan Kitab Suci dan Doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober, Sembahyangan bulanan dilakukan setiap tanggal 13, PIA setiap hari Minggu jam 16.00 sore, Ulang Tahun Lingkungan setiap tanggal 30 November, misa arwah di makam Miliran setiap bulan November yang dihadiri oleh tiga lingkungan yaitu Miliran Timur, Miliran Barat dan Miliran Selatan. Adapun kegiatan yang bersifat insidental di antaranya adalah: latihan koor untuk tugas gereja, sembahyangan atas permintaan keluarga, ziarah ke gua Maria.

Kehidupan umat di Lingkungan Andreas Rasul Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta tidak terlepas dari kegiatan rohani, yang mendukung hidup beriman umat baik secara pribadi maupun bersama. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah

terjadwal dengan baik, namun masih banyak yang belum terlibat aktif untuk hadir dalam kegiatan karena mereka belum menyadari betapa pentingnya kegiatan tersebut untuk membina kehidupan beriman mereka. Oleh karena itu perlu kesadaran dari umat untuk terlibat dan berpartisipasi mendukung dan mewujudkan kegiatan tersebut ditingkatkan.

Dokumen terkait