• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENGERTIAN KELUARGA KRISTIANI DAN

A. Keluarga Kristiani

kristiani, kunci menghadapi tantangan keluarga kristiani, pengertian komunikasi secara umum, pengertian komunikasi antar pribadi, komunikasi antara suami-istri, bahasa komunikasi, hambatan komunikasi, sikap-sikap dalam berkomunikasi, peranan komunikasi peranan komunikasi antara suami-istri.

Bab III, berbicara tentang situasi komunikasi antar suami istri di Lingkungan Andreas Rasul, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta, persiapan penelitian, meliputi: Pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden, teknik dan pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data, hasil penelitian, serta kesimpulan penelitian.

Bab IV, merupakan sumbangan pendampingan keluarga dalam meningkatkan komunikasi antar suami-istri di Lingkungan Andreas Rasul, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta.

Bab V, merupakan bagian terakhir dari penulisan yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

PENGERTIAN KELUARGA KRISTIANI DAN KOMUNIKASI ANTARA SUAMI-ISTRI

Bab II ini berupa kajian pustaka yang akan penulis uraikan dalam dua bagian. Bagian pertama bicara tentang pengertian keluarga, pengertian keluarga kristiani, keluarga inti, peranan keluarga kristiani, tantangan keluarga kristiani, Kunci menghadapi tantangan keluarga kristiani. Bagian kedua bicara tentang pengertian komunikasi secara umum, pengertian komunikasi antar pribadi, komuniasi antara suami-istri, peranan komunikasi antara suami-istri, bahasa komunikasi, peranan komunikasi antara suami-istri, serta sikap-sikap dalam berkomunikasi.

A. Keluarga Kristiani

Dalam kehidupan bermasyarakat ada berbagai macam pengertian tentang keluarga atau berbagai pengertian keluarga. Menurut Poerwadarminta (1988: 552) “Keluarga diartikan sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi rumah.” Dengan kata lain keluarga adalah siapa saja yang tinggal di dalam lingkungan rumah tangga. Keluarga merupakan suatu unit masyarakat kecil, yang merupakan kelompok orang sebagai suatu kesatuan, yang berkumpul dan hidup bersama untuk waktu yang relatif panjang, yang terikat oleh pernikahan. Keluarga juga merupakan kelompok sosial yang tidak dapat hidup menyendiri dalam suatu kevakuman, melainkan berada di tengah atau setidak-tidaknya berurusan dengan suatu kehidupan sosial ataupun budaya (Soelaeman, 1994 : 6).

1. Keluarga Inti

Ada dua pengertian keluarga menurut Soelaeman, (1994: 6) yaitu: “keluarga inti dan keluarga besar”. Keluarga inti merupakan persekutuan hidup mereka yang tinggal dan hidup bersama dalam rumah, yang memiliki hubungan darah dan terdiri dari, ayah, ibu, dan anak. Hubungan ini tidak terjadi secara kebetulan belaka tetapi terjadi karena adanya ikatan perkawinan, sedangkan keluarga besar meliputi semua pihak yang ada hubungan darah, yang terdiri dari ayah, ibu, anak, paman, bibi, kakek, nenek, cucu, mertua, ipar, keponakan. Jadi keluarga besar terdiri dari sekelompok orang yang memiliki hubungan darah dan atas dasar keturunan.

2. Pengertian Keluarga Kristiani

Keluarga kristiani ada karena panggilan Allah, dibentuk karena kesatuan bebas antara pria dan wanita atas dasar cinta yang melibatkan Allah. Kesatuan antara pria dan wanita bukan terjadi secara kebetulan atau melulu tindakan manusia saja melainkan juga merupakan karya Allah, maka dari itu keluarga kristiani diharapkan mampu mewujudkan cinta kasih dalam hidup berkeluarga sebagaimana cinta kasih yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia lewat Yesus PutraNya. Manusia dalam kehidupan berkeluargapun diharapkan mampu meneladan cinta kasih Allah sendiri (Purwa Hadiwardoyo, 1988: 13).

Keluarga kristiani ada karena persatuan pribadi-pribadi dalam perkawinan sehingga dalam keluarga terjalinlah hubungan antar pribadi yang hidup sebagai suami-istri, yakni hidup sebagai ayah dan sebagai ibu, hidup sebagai anak dan sebagai saudara. Melalui hubungan tersebut keluarga disatukan kedalam keluarga

Allah, yaitu Gereja maka dari itu keluarga kristiani sebenarnya turut membangun Gereja dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari (Familiaris Consortio, 1994: 29. art. 15).

3. Peranan Keluarga Kristiani

Sinode para uskup di Roma pada tanggal 26 september sampai dengan tanggal 25 Oktober 1980 menyampaikan “pesan kepada keluarga-keluarga kristiani sedunia” bahwa penting bagi keluarga untuk memperhatikan 4 tugas umum keluarga yakni:

a. Membentuk persekutuan pribadi

Keluarga yang dibentuk dan didasarkan pada cinta kasih dan menghidupi cinta kasih merupakan persekutuan pribadi suami-istri, orang tua dan anak, serta sanak saudara. Tugas utama keluarga ialah berusaha mengembangkan, menghayati dan mewujudkan terus menerus kehidupan antar pribadi mereka yang rukun secara tulus (Familiaris Consortio, 1994: 41. art. 18). Maka pentinglah di dalam keluarga ada rasa cinta kasih. Tanpa ada perasaan cinta kasih, keluarga tidak akan dapat hidup dan berkembang sebagai persekutuan pribadi.

Persekutuan suami-istri secara alamiah mempunyai sifat saling melengkapi, dan dikukuhkan oleh kerelaan pribadi suami-istri untuk bersama-sama mewujudkan rencana hidup mereka, sehingga mampu berbagi dalam hidup yang mereka alami, maka persekutuan suami-istri sebagai tanda kebutuhan manusiawi yang diteguhkan dalam sakramen perkawinan. Lewat sakramen perkawinan Roh Kudus yang dicurahkan dalam perayaan sakramen itu memberikan kepada

suami-istri karunia persatuan cinta kasih yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup mereka (Familiaris Consortio: 42. art. 19).

b. Mengabdi kepada kehidupan

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar mereka bersatu dan memanggil mereka untuk bekerjasama secara bebas dan dan bertanggung jawab untuk memelihara kehidupan. Dengan beranak-cucu dan memelihara ciptaan maka manusia yang diciptakan memenuhi panggilan Allah dan menunjukkan cinta kasih persekutuan suami-istri dengan memberikan keturunan melalui kelahiran anak.

Kesuburan merupakan buah tanda cinta kasih suami-istri yang sejati maka diharapkan bahwa suami-istri mampu memelihara keutuhan cinta kasih itu dengan kasih yang tiada terbatas, membina kasih yang mesra dan menimba kekuatan rohani dan moral yang ditugaskan kepada suami-istri sehingga mereka mampu mengemban tugas sebagai ayah dan ibu dan kemudian diteruskan kepada anak dan melalui anak diteruskan kepada Gereja (Familiaris Consortio. art. 28).

c. Ikut serta dalam pengembangan masyarakat.

Pada dasarnya keluarga mempunyai ikatan yang sangat erat dengan masyarakat, maka untuk menjalankan peran sosial mereka tidak dapat menutup diri melainkan harus terbuka pada keluarga-keluarga lain yang hidup

berdampingan dengan mereka sambil saling berbagi dan memperhatikan maka ada keterkaitan antara keluarga dan masyarakat karena keluarga tidak dapat hidup sendiri.

“Karena pencipta alam semesta telah menjadikan persekutuan nikah sebagai awal dan dasar masyarakat manusia keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama dan amat penting bagi masyarakat” (Familiaris Consortio. art. 42).

Kutipan ini mau mengatakan, bagaimana keluarga mempunyai ikatan yang kuat lewat persekutuan suami-istri dan sekaligus merupakan unit terkecil dari masyarakat.

d. Berperan serta dalam kehidupan menggereja.

“Keluarga diabdikan untuk membangun Kerajaan Allah dalamsejarah dengan mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja” (Familiaris Consortio. art. 49).

Atas dasar ini hendaknya suami-istri sebagai pasangan orang tua, beserta anak-anak selaku keluarga, menghayati pelayanan mereka sebagai Gereja dengan memberikan diri dan meluangkan waktu untuk terlibat dalam kegiatan yang ada di sekitar mereka dengan semangat merasul dengan memberikan pelayanan kasih kepada sesama dalam hidup sehari-hari, dan dengan demikian mereka bersaksi akan imannya.

Keempat tugas keluarga di atas menyadarkan kembali kepada suami-istri akan panggilan Allah sendiri bahwa kehadiran pasangan suami-istri adalah kehendak Allah yang disatukan dalam ikatan cinta kasih yang tidak terpisahkan, dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan. Dengan menyadari, dan

melaksanakan keempat tugas keluarga tersebut suami dan istri diajak untuk menyadari kembali nilai-nilai perkawinan dalam hidup sehari-hari sehingga dalam menjalani kehidupan berumahtangga mereka mengalami kebahagiaan yang dicita-citakan bersama dan melalui keempat tugas pastoral Gereja mereka bisa diutus untuk menghadirkan cintakasih Allah dalam hidup sehari-hari.

4. Tantangan Keluarga Kristiani

Hidup berkeluarga tidak selamanya berjalan mulus tetapi tentu mengalami berbagai macam tantangan dan tantangan itu tidak hanya dari masyarakat di sekitar tetapi juga berasal dari keluarga inti maupun tantangan dari keluarga besar yang sering mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

a. Tantangan dari keluarga besar

Dalam nota patoral KAS (2007: 14) dikatakan bahwa: “keluarga besar sebenarnya merupakan suatu sumber dukungan dan kesejahteraan bagi keluarga inti.” Maka seluruh keluarga besar dapat memberikan dukungan kepada anggotanya yang sedang berada dalam kondisi lemah secara psikis, maupun finansial dan membutuhkan penguatan dan peneguhan. Namun apa yang menjadi tanggung jawab keluarga besar ini tidaklah selalu dapat terlaksana dengan baik karena kepedulian keluarga besar dalam memberikan perhatian dapat menimbulkan salah pengertian yaitu bahwa keluarga besar dianggap terlalu mencampuri urusan keluarga inti, dan membuat keluarga inti menjadi tidak bebas untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Ini semua menjadi tantangan bagi keluarga besar dalam memperhatikan keluarga inti.

b. Tantangan dari dalam keluarga inti

Berdasarkan angket Keuskupan Agung Semarang pada tahun 2006 nota patoral KAS (2007:15-16) terdapat tantangan dalam keluarga inti yaitu:

a. Tantangan dalam relasi antara suami dan istri *Kurangnya transparansi antara suami dan istri *Kurangnya komunikasi antara suami dan istri

*Kurangnya kesetiaan suami-istri terhadap pasangannya *Adanya kecemburuan dari suami-istri terhadap pasangannya *Adanya dominasi suami-istri atas pasangan

*Adanya tindak kekerasan suami-istri terhadap pasangannya b. Tantangan dalam hal penghayatan iman

*Kurang kuatnya iman semua/sebagian anggota keluarga

*Kurangnya kemampuan orang tua dalam mengembangkan iman anak-anak mereka

*Kurangnya kemampuan keluarga meghadapi kemajuan tekhnologi maju c. Tantangan dalam hal relasi antara orang tua dan anak-anak

*Kurangnya keakraban antara orang tua dan anak-anak mereka

*Ketidakpuasan anak-anak terhadap sikap atau kondisi orang tua mereka *Ketidakpuasan orangtua terhadap sikap atau kondisi anak-anak mereka.

Berdasarkan tantangan keluarga inti ini maka dapat dilihat bahwa komunikasi suami-istri memegang peran penting dalam menjalin relasi dan membina keluarga yang bahagia. Dengan komunikasi yang baik maka akan tercipta keakraban antara suami-istri dan seluruh anggota keluarga, karena keakraban antara pribadi dalam keluarga turut menentukan juga kebahagiaan keluarga dimana masing-masing pribadi berusaha untuk memiliki kehendak yang kuat dan mencintai dengan tulus segenap anggota keluarga.

Setiap tantangan dan pergulatan hidup dalam membangun sebuah keluarga yang harmonis pasti dialami oleh setiap orang dan menjadi pengalaman yang menarik karena melalui pengalaman jatuh bangun menyadarkan setiap pribadi untuk mampu memperbaiki hidupnya dan berusaha untuk lebih baik lagi dan

merefleksikan hidupnya untuk berkembang kearah yang lebih baik demi membangun sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Dalam mengarungi hidup berkeluarga suami-istri sering mengalami pengalaman yang pahit, pengalaman tidak setia, bosan, kekerasan yang dilakukan oleh istri atau suami, perselisihan karena kekurangan ekonomi, pendidikan anak tumpukan pengalaman ini membuat suami istri menjadi sulit untuk berkomunikasi bahkan persoalan dibiarkan menjadi berlarut tanpa ada penyelesaian dan dapat berakhir dengan perceraian. Maka pentinglah bagi suami-istri untuk memupuk sikap saling percaya, saling terbuka, saling melayani, saling setia dan saling meneguhkan dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup.

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah memberi kesempatan kepada Iblis” (Ef 4:26-27).

Teks ini dapat menjadi inspirasi bagi suami-istri jika berselisih paham hendaknya jangan membiarkan persoalan sampai berlarut-larut melainkan segeralah berdamai sebelum malam hari tiba. Dalam perjalanan hidup sehari-hari pasti keluarga akan mengalami perselisihan karena setiap pribadi dapat saling menyakiti perasaan namun juga perlu dapat saling menyembuhkan atau saling memaafkan.

5. Kunci Menghadapi Tantangan Keluarga Kristiani

Untuk menghadapi tantangan dalam hidup berkeluarga diperlukan tiga keutamaan kristiani yakni: iman, harapan dan kasih. Ketiga keutamaan ini merupakan kunci keluarga kristiani dalam menghadapi tantangan. Ketiga

keutamaan kristen ini bersumber pada penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus yang menjadi kekuatan dan penghiburan bagi keluarga dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan berpusat pada Kristus maka keluarga kristiani akan mampu menghidupi ketiga keutamaan kristiani ini dalam hidup sehari-hari, sehingga dapat menjadikan Kristus sebagai landasan dalam menghadapi tantangan.

Suatu keluarga yang kokoh beriman kristiani hidupnya berpusat pada Kristus, maka mereka menyadari tanggung jawabnya sebagai orang kristen. Berkaitan dengan ini keluarga diharapkan bertindak dan hidup seturut nilai kristiani, yang diperoleh dan diperdalamnya lewat bacaan Kitab Suci dan diamalkannya dalam hidup sehari-hari.

Pengharapan juga merupakan tanda dari orang yang beriman. Mereka berani berharap sekalipun mengalami berbagai pengalaman yang pahit. Semua itu dapat dilakukan karena kedekatan hati mereka kepada Kristus. Pengharapan akan mampu membuat seseorang bertahan dalam penderitaan, tekanan dan segala rintangan hidup. Dengan kata lain orang beriman mampu bersikap terbuka terhadap kenyataan dan pengalaman hidup yang dialaminya. Orang beriman tidak terlalu mencemaskan hari ini atau hari esok, sebab mereka merasa yakin, bahwa yang berjalan bersama Yesus senantiasa berada dalam naungan kasihNya.

Pribadi orang beriman akan diubah dengan iman dan harapannya untuk semakin serupa dengan pribadi Kristus Sang Putera Allah. Mereka akan mampu bertindak dengan kasih terhadap sesama dan membagikan kasih itu kepada sesamanya, karena Yesus telah lebih dahulu mengasihi mereka.

Ketiga keutamaan kristiani ini perlu menjadi dasar utama bagi keluarga-keluarga dewasa ini dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan ketiga keutamaan kristiani tersebut saling berhubungan karena mempunyai sumber yang sama, yaitu Kristus sendiri. Ketiga keutamaan ini dapat berkembang apabila hidup keluarga kristiani berpusat pada Kristus, melalui hidup doa, pendalaman iman dan pengamalan warta kitab suci, yang merupakan tanggung jawab orang kristen, dengan peduli kepada orang lain yang berkesusahan, sehingga seluruh hidupnya menampakkan tindakan yang penuh kasih. Hanya dengan demikian keluarga kristiani akan dapat menjadi terang dan garam bagi masyarakat karena telah mewujudkannya dalam hidup sehari-hari (Komkel, 1995 : 15-17).

B. Komunikasi Antara Suami-Istri

Dokumen terkait