• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN SITUASI KOMUNIKASI ANTARA

A. Metodologi Penelitian

2. Temuan Khusus Hasil Wawancara

Dari wawancara dengan sepuluh pasang responden diperoleh informasi sebagai berikut:

a. Pemahaman keluarga tentang komunikasi antar pribadi suami-istri

Ketika ditanya pemahaman mereka tentang komunikasi antar pribadi suami-istri, mereka mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi suami-istri merupakan ungkapan batin masing-masing yang harus diungkapkan dalam hidup sehari-hari baik itu pengalaman hidup maupun beban hidup, namun dalam mengungkapkan dibutuhkan kesediaan pasangan untuk mau mendengarkan, pernyataan dari R1 ini didukung oleh R2 , R3, R9, R10, [Lampiran : (1), (3), (5), (17), (19)]

Lima pasang responden lain berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi suami-istri adalah suatu proses timbal balik dimana mereka dapat saling terbuka dalam masalah rumah-tangga, masalah anak-anak, baik kekurangan maupun kelebihan. Supaya hal tersebut dapat dilakukan perlulah kerelaan hati yang mau terbuka dan berani mengungkapkan isi hati masing-masing. Pernyataan ini didukung oleh R4, R5, R6, R7, R8. Apa yang dikatakan oleh kelima responden tersebut menegaskan apa yang diungkapkan oleh R1, R2, R3, R9, R10, Lampiran : [(7), (9), (11), (13), (15)]

b. Pentingnya komunikasi dan peranannya dalam membangun hidup berkeluarga Berikut jawaban dari sepuluh pasangan responden, atas pertanyaan tentang, pentingya komunikasi dan perananya dalam membangun hidup berkeluarga. Lima responden pertama, R1, R2, R4, R6,R8,” mengungkapkan bahwa komunikasi itu penting karena segala sesuatu harus dibicarakan bersama dan ditanggung bersama, dicari bersama dan tidak dipikirkan sendiri, tanpa komunikasi segala sesuatu tidak lancar, dan menjadi suatu hal yang pokok dalam keluarga mereka, dan dengan komunikasi banyak hal yang dapat dibicarakan.

Ketika ditanya apa peranan komunikasi dalam membangun hidup berkeluarga? Jawaban mereka adalah sebagai berikut: Peranan komunikasi bagi mereka adalah, membantu mengurangi beban pikiran, memampukan mereka mengungkapkan apa yang ada di dalam hati mereka, membuat hubungan semakin erat dan membuat kokoh keluarga, semakin setia, sebagai jembatan untuk menjalin relasi yang akrab dalam hidup berkeluarga, [Lampiran : (1), (3), (7), (11), 15)] Apa yang diungkapkan oleh kelima responden pertama di atas dipertegas oleh lima responden berikut:

R3, R5, R7, R9, R10, berpendapat bahwa bagi mereka komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi segala permasalahan lebih mudah diselesaikan, dan membantu untuk lebih mengerti apa yang menjadi keinginan pasangan. Selain itu komunikasi memampukan mereka untuk menjaga keutuhan keluarga, bisa saling terbuka berbagi pengalaman masing-masing, dan dapat mempererat hubungan antara suami-istri. Sedangkan peranan komunikasi bagi mereka ialah, membantu memperbaiki kesalahan baik kesalahan besar maupun yang kecil di antara pasangan maupun anak, mengakrapkan pasangan suami-istri dan menjaga

keharmonisan keluarga. Komunikasi yang terbuka dan efektif dapat menghilangkan kecurigaan dan membantu meningkatkan keakraban suami-istri, [Lampiran : (5), (9), (13), (17), (19)]

c. Komunikasi yang diperlukan untuk menciptakan keharmonisan keluarga. Untuk menciptakan keharmonisan keluarga sepuluh responden berpendapat bahwa komunikasi yang mereka perlukan ialah: komunikasi untuk bisa saling mengerti, untuk bisa saling membantu dalam berbagai hal, karena adanya kerinduan untuk selalu bertemu dan berbicara, dapat menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Selain dari hal tersebut diatas mereka juga mengharapkan adanya komunikasi yang jujur dan terbuka yang dilandasi oleh kasih sayang, saling menghargai, setia untuk menciptakan keharmonisan dalam keluarga, [Lampiran : (1), (3), (5), (7), (9), (11), (13), (15), (17), (19)]

d. Pengalaman Tentang komunikasi suami-istri yang terjadi selama ini dalam kehidupan berkeluarga.

Ketika ditanya tentang bagaimana pengalaman komunikasi suami-istri yang terjadi selama ini dalam kehidupan berkeluarga diperoleh keterangan sebagai berikut: R1 megatakan bahwa komunikasi suami-istri yang terjadi selama ini mulai dari bangun pagi, berangkat kerja hingga pulang kerja, dan terkadang tidak bisa berkomunikasi dengan baik bergantung situasi yang sedang mereka alami dalam hidup sehari-hari. Jawaban dari R1 ini didukung oleh R3 yang mengatakan bahwa:

”Komunikasi yang kami lakukan selama ini mulai dari bangun pagi, berangkat kerja hingga pulang kerja banyak hal yang bisa kami bicarakan dan topik pembicaraan tergantung situasi yang kami hadapi” [ Lampiran : (1), ( 5)]

R2, R4, R5, R6, R8, R9, mengatakan bahwa komunikasi mereka selama ini tidak ada masalah, komunikasi dapat terjalin dengan baik, saling mengingatkan diantara mereka, berusaha menjaga dan mendidik anak dengan penuh perhatian, dan tanggungjawab, mereka juga berusaha untuk saling mengasihi, saling mendengarkan keluh kesah masing-masing pasangan. Bagi mereka meskipun mengalami berbagai kesulitan dalam hidup namun kalau bisa disharingkan dengan hati yang terbuka maka semua akan menjadi ringan, [Lampiran : (3), (7 ), (9), (11), (15), (17)]

Berikut pernyataan dari R7 yang menegaskan kembali apa yang diungkapkan beberapa responden tersebut di atas tentang bagaimana pengalaman komunikasi selama ini.

“Komunikasi antar kami suami-istri dapat berjalan dengan baik karena waktu kami masih pacaran betul-betul kami gunakan untuk saling mengenal dan memahami keunikan pribadi kami masing-masing dan itu kami gunakan sebagai modal dalam membina hidup berkeluarga saat ini, masing-masing dari kami memiliki sikap jujur, saling pengertian, sikap-sikap inilah yang kemudian kami kawinkan dan kami jadikan sebagai modal untuk membina hubungan kami. Setiap permasalahan yang kami jumpai baik itu masalah anak, sosial, ekonomi, iman, relasi dengan teman, pekerjaan selalu kami bicarakan sampai menemukan titik yang terbaik. Pengalamn-pengalaman kecil yang kami jumpai sehari-hari selalu menjadi obrolan hangat di waktu senggang kami sehingga kami yang tadinya kurang terampil dalam bercerita akhirnya menjadi suka bercerita. Itulah yang kami lakukan selama ini” [Lampiran : (13)]

R10 menjawab sedikit berbeda dari beberapa responden diatas, responden ini mengatakan bahwa, memang dalam rumah-tangga mereka tidak pernah

bertengkar, semua berjalan dengan baik namun mereka belum bisa berkomunikasi sesuai dengan apa yang mereka harapkan yaitu, bisa duduk bersama dan berdiskusi, sedangkan yang mereka lakukan selama ini hanya sebatas seperlunya saja [Lampiran : (19)]

e. Faktor pendukung dan penghambat dalam menjalin komunikasi antara suami-istri

Menanggapi pertanyaan tentang faktor pendukung dan penghambat dalam menjalin komunikasi suami-istri sepuluh pasang responden memberi keterangan sebagai berikut:

1) Faktor pendukung dalam menjalin komunikasi

Menurut pengalaman mereka faktor yang mendukung mereka dalam menjalin komunikasi ialah sikap saling terbuka diantara mereka, adanya kesabaran dari masing-masing pribadi, saling percaya, adanya cinta di antara suami-istri, saling membutuhkan, saling menerima dan mau mendengarkan saat pasangan mengungkapkan keluh kesahnya, ingat akan janji pernikahan yang pernah diucapkan, tidak egois, adanya alat komunikasi handphone yang mendukung untuk menjalin komunikasi, saling pengertian terhadap pasangan, dan saling menerima pasangan apa adanya, [Lampiran : (2), (3), (5), (8), (10), (11), (14), (16), (17), (20)]

2) Faktor Penghambat dalam menjalin komunikasi

Ungkapan beberapa Responden tentang faktor yang dapat menjadi penghambat dalam menjalin komunikasi sehingga komunikasi mereka menjadi

kurang efektif adalah: sikap kurang terbuka terhadap pasangan jika ada persoalan, kelelahan karena bekerja, sikap cemburu yang berlebihan, meningkatnya kebutuhan ekonomi sementara penghasilan kurang, adanya turut campur saudara dalam rumah-tangga mereka, mudah tersinggung, semua hal tersebut dapat menjadi penghambat bagi mereka untuk menjalin komunikasi yang efektif, [Lampiran : ( 2), (3), (5), (8), (10), (11), (14),(16), (17), (20)]

Berikut ungkapan responden R3 dan R5 yang mendukung apa yang dikatakan beberapa responden di atas tentang faktor pendukung dan penghambat dalam menjalin komunikasi antara suami-istri

R3 ”Pengalaman kami dalam berkomunikasi Yang mendukung kami adalah sikap sabar, mau menyapa, perhatian, ekonomi keluarga yang cukup, cinta kasih diantara kami adanya keterbukaan di antara kami dan doa menguatkan kami berdua, ingat akan janji perkawinan kami setia dalam untung dan malang. Sedangkan yang dapat menjadi penghambat yaitu sikap egois, kurang terbuka dengan pasangan jika ada persoalan, ekonomi rumah tangga yang kurang mencukupi, dan cemburu yang berlebihan” [ Lampiran : (5)]

R5” Pengalaman kami selama ini yang dapat menjadi pendukung kami dalam berkomunikasi adanya saling terbuka di antara kami, saling menerima, tidak saling egois, saling mendengarkan keluh kesah, sedangkan hal yang dapat menjadi penghambat bagi kami dalam berkomunikasi ialah masalah ekonomi yang membuat kami diam tidak bicara sebelum menemukan solusi ”[Lampiran : (9)]

f. Pengalaman dalam mengatasi persoalan komunikasi yang terjadi antara suami-istri selamai ini.

Tanggapan 10 pasang responden atas pertanyaan tentang bagaimana pengalaman mereka dalam mengatasi persoalan komunikasi selama ini.

R1, R8, R9, mengatakan bahwa, jika ada persoalan yang terjadi mereka tidak langsung menyelesaikan namun setelah keadaan tenang baru salah satu di antara mereka lebih dahulu menyapa dan bertanya tentang persoalan yang terjadi, setelah mendapat jawaban atau penjelasan dari salah satu di antara mereka barulah satunya merasa lega, karena mereka telah mengetahui penyebabnya, [Lampiran : (2), (16), (18)]

R2 berpendapat bahwa yang mereka lakukan selama ini, salah satu dari antara mereka biasanya ada yang selalu mengalah, dan menyadari kembali apa yang baru saja terjadi, [ Lampiran : (4) ] Pendapat R2 ini didukung oleh R6, Yang mengatakan bahwa:

R6 “Yang telah kami lakukan selama ini, berusaha saling mengerti, kekurangan masing-masing, diam sebentar untuk mengoreksi diri, kemudian kami mulai bicara dan memahami keinginan masing-masing kami berusaha saling memaafkan, dan selalu ada yang mengalah di antara kami berdua” [Lampiran :(12)]

R3 dan R7 mengungkapkan pengalaman mereka dalam mengatasi persoalan sebagai berikut:

R3 ” Hal yang kami lakukan dalam mengatasi persoalan komunikasi selama ini ialah dengan berusaha untuk tebuka mengungkapkan perasaan kami masing-masing, berusaha untuk saling memahami, dan salah satu berusaha untuk menyapa pasangan.”[ Lampiran : (6)]

R7 “ Yang kami lakukan selama ini dalam mengatasi persoalan komunikasi dengan cara mengkomunikasikan apa yang kami alami masing-masing meskipun bagi kami hal ini tidak mudah, karena kami memiliki pribadi yang berbeda, yang satu mudah berbicara yang satu pendiam, berusaha untuk peka melihat wajah pasangan, berusaha untuk saling terbuka dan pasrah dengan keadaan kami dan menyerahkanya segala sesuatu kepada campur tangan Tuhan lewat doa-doa kami berdua” [Lampiran: (14)]

R4, R5, R10 berpendapat bahwa untuk mengatasi komunikasi biasanya mereka lebih banyak diam daripada ribut atau bertengkar, tidak membiarkanya berlarut-larut, melainkan berusaha menyelesaikanya dengan segera, salah satu dari mereka berusaha untuk mendahului berbicara, dan menyadari kembali akan cinta kasih yang telah mereka bangun selama ini, [Lampiran : (8), (10), (20)]

g. Usaha yang dilakukan sebagai suami-istri kristiani dalam membangun dan melestarikan hidup berkeluarga.

Berikut Ungkapan 10 pasang responden ketika ditanya pengalaman mereka tentang membangun dan melestarikan hidup berkeluarga, R1, R2, R3, mereka berusaha untuk menciptakan suasana damai, masih bisa bersyukur meskipun hidup sederhana, bisa saling membantu dalam mencari nafkah, ke gereja bersama pada hari Minggu, ziarah bersama anggota keluarga, bersikap bijaksana, turut terlibat dalam kegiatan Gereja baik di lingkungan maupun di paroki, [ Lampiran : (2), (4), (6)]

R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10, berpendapat bahwa untuk membangun dan melestarikan hidup berkeluarga mereka berusaha untuk selalu sabar dalam hidup sehari-hari, berusaha untuk saling mengasihi, berusaha untuk saling mengingatkan, berserah satu kepada Tuhan dan setia pada janji pernikahan yang pernah mereka ucapkan dan meluangkan waktu bagi anak dan pasangan meskipun sedang dalam keadaan lelah, [Lampiran: (8), (10), (12), (14), (16), (18), (20)]

h. Bentuk pendampingan suami-istri yang pernah diikuti selama ini

Dari sepuluh pasang responden yang diwawancarai tujuh responden mengatakan bahwa mereka selama ini belum pernah mengikuti pendampingan keluarga. Mereka hanya pernah mengikuti misa pasutri yang diadakan pada hari Minggu ke III, bagi mereka misa tersebut sangat berarti karena mampu meneguhkan mereka untuk tetap setia pada janji pernikahan yang pernah mereka ucapkan, [Lampiran: (2), (4), (6), (8), (10), (12), (18)] Sedangkan R7, R8, R10 mengatakan bahwa pendampingan yang pernah mereka ikuti yaitu, sharing pengalaman antara pasangan suami-istri tentang suka dan duka dalam hidup berkeluarga, sarasehan tentang kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT) dan tentang hukum perkawinan, [Lampiran : (14), (16, (20)]

i. Pendampingan suami-istri yang diperlukan dalam rangka meningkatkan keharmonisan dan kebahagiaan hidup berkeluarga.

Menanggapi pertanyaan tentang pendampingan yang mereka perlukan dalam membangun hidup berkeluarga berikut jawaban 10 pasang responden. Pendampingan yang mereka butuhkan ialah pendampingan yang dapat mendengarkan keluh-kesah mereka, pendampingan yang jujur dan bijaksana. Selain itu mereka mengharapkan pendampingan yang dapat mengembangkan iman keluarga, pendampingan yang dapat menolong mereka untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Mereka juga berharap ada suatu kegiatan yang ringan-ringan saja namun sungguh berkesan dan bermakna untuk menata hidup berkeluarga menjadi lebih baik lagi, [Lampiran : (2), (4), (6), (8), (10), (12), (14), (16), (18), (20)]

Dokumen terkait