• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA, TEMPAT, PERAN DAN PERGULATAN LANSIA

A. Pokok-pokok Lanjut Usia pada Umumnya

3. Gejala-gejala Lanjut Usia

Beberapa gejala fisik sering dialami dalam proses penuaan. Proses penuaan bukanlah akhir hidup akan tetapi merupakan penyusutan kemampuan dan kecakapan. Dengan bertambahnya umur, organ-organ tubuh manusia menjadi semakin mengecil, misalnya hati dan ginjal, jantung serta paru-paru juga berkurang kekuatannya. Jaringan-jaringan pada tubuh manusia berubah dan semakin merosot serta berat otak semakin berkurang pula. Kecepatan transmisi urat saraf, persediaan energi dalam keadaan istirahat, volume denyut jantung, daya

kerja ginjal dan daya pernafasan juga berkurang. Kita mudah masuk angin, dan jika keseleo bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk sembuh. Jantung bisa tiba-tiba berdebar-debar bila bekerja atau berjalan cepat. Untuk itu perlu diperhatikan agar kecepatan gaya kerja maupun gerak perlu dikurangi (Bock, 2007: 5).

Selain itu terjadi pula pengapuran urat-urat saraf, pembuluh nadi mengeras dan dindingnya menebal. Sering timbul rasa nyeri pada pinggang, lutut, dan tulang punggung semakin menyusut. Banyak orang lanjut usia merasakan seperti itu terlebih pada ruas-ruas tulang punggung bagian bawah. Terjadi juga menyusutnya daya lentur pada otot dan pada gerak gesit. Selain itu, gejala-gejala yang juga dialami lanjut usia adalah rambut semakin beruban, akhirnya putih. Kelopak mata yang menjadi berat, perut semakin gendut, juga kulit pada tubuh mulai mengerisik. Wajah menjadi berkerut-kerut, dan di sana sini tampak tumbuhan liar. Umur tua mengurangi gaya jalan yang mantap dan memperlambat gerak-gerik, serta berat badan menjadi penghalang dalam melangkah. Mereka yang sudah lanjut usia terpaksa menggunakan alat bantu untuk medengar dan melihat, dan gigi palsu agar tetap tampil menawan. Merasa kurang berharga, namun keadaan itu suka ditutup-tutupi, misalnya dengan berusaha lebih keras, bahkan memaksa diri, namun hal itu justru berakibat negatif dan dapat bermuara ke dalam sikap marah, mencela dan mempersalahkan sesama.

Maka dengan bertambahnya umur, tubuh manusia semakin labil dan mudah terkena penyakit, entah penyakit kronis, entah penyakit yang sebelumnya sudah ada kambuh kembali dan juga penyakit yang sama sekali baru, seperti

penyakit ginjal, asma, rematik, urat saraf, jantung atau pembuluh-pembuluh darah (koroner). Bisa jadi muncul beberapa penyakit secara bersamaan (Bock, 2007: 6-7).

Perubahan yang terjadi pada bagian fisik mempengaruhi kemampuan motorik seseorang karena menurunnya kekuatan dan tenaga, yang disertai dengan perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia, mengakibatkan menurunnya kekerasan otot, terjadi kekakuan pada persendian, dan gemetar pada tangan, kepala dan rahang bawah. Dari penelitian terbukti bahwa latihan fisik dan kesibukan kerja dapat mencegah dan menghambat kecepatan penurunan kemampuan motorik. Bagi mereka yang tetap melakukan latihan fisik, secara keseluruhan mempunyai koordinasi dan keterampilan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya (Hurlock, 1980: 390).

Maramis (1993: 25) menegaskan bila para lanjut usia tidak melakukan latihan, maka otot-otot lekas mengecil dan sendi-sendi menjadi kaku sehingga kekuatan dan gerakan terganggu. Dalam keadaan istirahat, jantung bekerja baik seperti biasa, tetapi bila ada kegiatan badan ataupun stres emosional, maka jantung tidak bereaksi secepat dulu dan lama baru bisa bekerja secara normal lagi. Kekurangan ini menyebabkan mereka mengeluh merasa panas dan dingin dalam ruangan di mana orang yang lebih muda merasa nyaman. Secara perlahan-lahan peredaran darah mulai terganggu karena penebalan dinding pembuluh darah. Mengakibatkan tekanan darah meningkat. Daya tampung paruh untuk zat asam menjadi lebih kecil, zat asam yang diserap berkurang, sehingga energi untuk

aktivitas dan daya tahan stres berkurang. Pencernaan tidak begitu baik lagi, demikian juga dengan buang air besar dan kecil.

Terjadi juga penurunan pada panca indera, fungsinya berkurang dan tidak begitu tajam lagi karena saraf menjadi lebih lambat dalam mengantar impuls, tetapi juga karena perubahan-perubahan pada organ indera itu sendiri. Penglihatan dalam keadaan sedikit gelap menjadi sukar, sehingga diperlukan lebih banyak cahaya untuk dapat melihat dengan jelas. Pendengaran juga berkurang, mengakibatkan percakapan yang biasa dianggap sebagai bisikan-bisikan rahasia, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan yang mengganggu hubungan antar sesama. Karena kepekaan panca indera pada umumnya menurun mengakibatkan orang lanjut usia kurang menerima informasi dari lingkungan, ia menjadi lebih terisolasi dari dunia luar sehingga ia menjadi cepat tegang, murung, dan emosional (lekas cemas, marah, sedih, ataupun gembira). Hal ini membuat mereka merasa semakin terkucil sehingga menutup dirinya dalam berbagai kegiatan. Pola tidur pun berubah, mereka yang sudah lanjut usia sering mengeluh tentang tidur. Lebih lama baru bisa tertidur, sering terbangun, tidur kurang nyenyak dan terbangun terlalu pagi (Maramis, 1993: 26-27).

Perubahan yang terjadi pada kondisi fisik yang dialami orang lanjut usia adalah perubahan yang wajar. Akibatnya akan mempengaruhi seluruh kondisi tubuh. Hal yang perlu diketahui oleh mereka adalah membangun pemahaman tentang masa lansia itu sendiri. Pemahaman yang benar tentang masa lansia akan dapat membantu menyikapinya dengan benar. Pemahaman yang benar tentang kondisi masa tua perlu dimiliki bukan hanya bagi para lanjut usia namun juga bagi

mereka yang hendak menemaninya. Dengan pemahaman yang benar terhadap masa tua, kita berharap dapat memperluas kesabaran dalam mendampingi para lansia. Bagi yang sudah lanjut usia persiapan masa lansia menjadi syarat jika ingin menjalani masa lansia dengan bahagia. Dalam banyak kasus kondisi masa lansia menjadi cermin kehidupan di masa aktifnya. Kecerobohan pola makan semasa muda sering menghasilkan litani kondisi tidak normal di masa lansia seperti peningkatan kolesterol, gula darah, atau juga sebaliknya kekurangan nutrisi. Hidup para lanjut usia sangat tergantung pada orang lain. Kelangsungan hidupnya ada dalam kelimpahan cinta orang-orang di sekitarnya, juga pada masa-masa akhir hidupnya ketika kematian datang menjemput (Sidharta Susila, 2007: 14-15).

b. Gejala-gejala Mental

Dari hasil studi para psikolog telah memperkuat kepercayaan yang populer di masyarakat, bahwa dengan kecenderungan tentang menurunnya berbagai hal yang dialami oleh para lanjut usia, secara otomatis pula akan timbul kemunduran kemampuan mental. Tak jarang dewasa ini, menjadi bahan pemikiran oleh banyak orang apa yang mengakibatkan terjadinya perubahan mental, menurut dugaan terjadi sejak awal lanjut usia. Pada masa lalu diduga bahwa kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik menunjang terjadinya kerusakan mental (Hurlock, 1980: 391).

Salah satu gejala penurunan mental pada kaum lanjut usia adalah berkurangnya perhatian pada penampilan diri, misalnya rambut disisir kurang rapi, celana atau rok ada percikan cairan, atau janggut tidak dicukur. Ada pula

lanjut usia yang mulai menggunakan kata-kata jorok dan bertindak kurang sopan. Gejala-gejala itu mula-mula tampak jarang. Bila diingatkan, bisa berjalan baik selama beberapa hari, tetapi kemudian terjadi lagi dan lambat laun menjadi kebiasaan (Bock, 2007: 10).

Gejala lain lagi adalah berkurangnya ketajaman indera netra dan indera rungu. Gejala umum lainnya pada kaum lanjut usia adalah kecerdasan dan daya tangkap berkurang, sedangkan daya berpikir kreatif bertambah. Daya ingat juga berkurang terlebih mengenai kejadian dan pengalaman baru, sedangkan kejadian yang sudah lama tersimpan dapat diingat kembali dengan baik. Kecepatan dalam hal mengingat berkurang pula. Itulah sebabnya kaum lanjut usia sering bicara mengenai masa lalu yang dilihatnya sebagai masa emas. Mereka dapat bercerita berjam-jam lamanya tentang pengalaman mereka di masa muda ataupun pada masa ia berkarya. Pengalaman-pengalaman itu mengandung makna yang mendalam (Bock, 2007: 11-12).