• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA, TEMPAT, PERAN DAN PERGULATAN LANSIA

D. Tempat Kaum Lanjut Usia

Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam (2002: 39), mengatakan kaum lanjut usia dapat membantu memerangi tataran nilai-nilai manusiawi dan menyingkapkan kesinambungan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya, melalui cara hidup yang mengagungkan dan sikap ketergantungan umat Allah satu dengan yang lain. Ketergantungan ini nampak dalam Gereja, yang dipanggil untuk mengambil bagian dalam rencana Allah yang penuh kasih dengan saling bertukar anugerah yang dikaruniakan oleh rahmat Roh Kudus untuk memperkaya setiap orang. Untuk pertukaran anugerah ini, kaum lanjut usia membawa nilai-nilai religius dan moral yang merupakan kekayaan rohani yang telah mereka imani dan pelihara.

Menyadari keadaan Gereja pada zaman sekarang ini, kaum lanjut usia mendapat tempat yang istimewa dalam Gereja. Gereja mengakui bahwa pada masa lanjut usia orang-orang semakin mengarahkan diri kepada nilai-nilai transendental. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran dan partisipasi kaum lanjut usia dalam perayaan-perayaan liturgis, di mana banyak dari antara mereka yang dulunya kurang aktif namun setelah lanjut usia menjadi rajin dan sangat aktif dalam kegiatan liturgis Gereja. Doa-doa mereka menjadi sumber daya rohani serta kurban, yang dapat ditimba oleh Gereja yang harus dipupuk dan dikembangkan baik dalam jemaat maupun dalam keluarga.

Iman dan kepercayaan kaum lanjut usia kerap kali dihayati secara sederhana, tetapi tidak berarti tidak mendalam. Untuk itu agar kaum lanjut usia

semakin merasakan kasih Allah dan kemurahan-Nya, mereka perlu dibantu untuk mengembangkan iman kepercayaan dan memulihkan kembali cakrawala pengharapan mereka dengan semakin mengenal Allah dalam Kitab Suci melalui katekese. Pengenalan akan Allah yang Mahabaik dan Mahapemurah ini, semakin mengarahkan mereka untuk dapat menyerahkan segala pengalaman, secara khusus pengalaman penderitaan, kelemahan dan pergulatan. Dengan demikian mereka sampai pada suatu pemahaman bahwa Allah bukan penghukum, melainkan Bapa yang penuh kasih. Bagi kaum lanjut usia, Kitab Suci perlu semakin diperdalam khususnya pengetahuan tentang isi iman, tentang renungan kematian dan kebangkitan Kristus. Dengan demikian mereka semakin terbantu untuk menyingkirkan konsep tentang Allah penghukum, dan menghantar mereka untuk menantikan kehidupan setelah kematian badan (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 40-41).

Gereja berkewajiban mewartakan kepada kaum lanjut usia, yang pertama, tentang kabar gembiara, yakni Yesus Kristus, yang dinyatakan kepada mereka seperti dulu dinyatakan kepada Simeon dan Hana. Yesus menghibur serta menguatkan mereka, Yesus membuat hati mereka gembira, karena terpenuhinya harapan serta janji-janji yang mereka pelihara baik-baik di dalam hati mereka (Luk 2:25-38). Kedua, Gereja berkewajiban memberikan kesempatan kepada kaum lanjut usia untuk berjumpa dengan Kristus. Gereja membantu kaum lanjut usia untuk menemukan kembali arti baptis mereka, sebab melalui baptis mereka dikurbankan bersama dengan Kristus dan dipersatukan dengan-Nya dalam kematian, dengan demikian mereka percaya akan mengalami kebangkitan seperti

Kristus. Ketiga, Gereja berkewajiban menyadarkan kaum lanjut usia, akan tugas untuk menyebarkan Injil Kristus ke seluruh dunia dan menyatakan kepada setiap orang misteri kehadiran-Nya dalam sejarah untuk selama-lamanya. Gereja juga berkewajiban untuk menyadarkan kaum lanjut usia tentang tanggungjawab mereka sebagai saksi istimewa, baik dihadapan masyarakat maupun dihadapan jemaat untuk memberi kesaksian bahwa Allah itu setia dan Allah selalu menepati janji-Nya kepada umat manusia (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 41-42).

Tugas pastoral untuk mewartakan Injil kepada lanjut usia harus bertujuan untuk memupukkembangkan kerohanian yang khas bagi kaum lanjut usia, yakni kerohanian yang berdasarkan kelahiran kembali terus-menerus yang dianjurkan oleh Yesus sendiri kepada Nikodemus yang sudah tua. Dari beberapa tugas dan kewajiban Gereja ini, dapat dilihat bahwa kaum lanjut usia mendapat tempat yang istimewa dalam Gereja, baik dalam tugas pelayanan maupun sebagai orang yang menerima pelayanan melalui kegiatan dalam bentuk katekese untuk menghantar kaum lanjut usia semakin mengenal Allah dan dekat dengan Allah (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 43).

2. Kitab Suci

Kitab Suci mempunyai visi yang sangat positif tentang nilai hidup. Manusia dijadikan untuk selama-lamanya ”menurut citra Allah” (Kej 1:26), dan setiap tahap hidup mempunyai keindahannya sendiri dan tugas-tugasnya sendiri. Dalam Kitab Suci, usia lanjut sangat dihargai, dijunjung tinggi, sehingga panjang

umur dipandang sebagai tanda perkenanan Allah (Kej 11:10-32). Abraham pada masa tuanya mendapat anugerah istimewa dari Allah dalam bentuk suatu janji:

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namanu masyhur, dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkata (Kej 12:2-3).

Sama seperti Sara isterinya yang pada masa tuanya memperoleh anugerah istimewa dan mengalami kuasa Allah melalui buah rahimnya. Begitu pula dengan Musa, pada masa tuanya mendapat kepercayaan tugas dari Allah untuk membebaskan bangsa pilihan ke luar dari Mesir. Tobit pada masa tuanya dengan rendah hati dan berani berketepatan untuk menaati hukum Allah, untuk membantu orang-orang yang berkekurangan, dan dengan sabar mengalami penderitaan dalam kebutaannya sampai malaikat Allah bertindak untuk membuat keadaannya baik kembali (LE, art. 6).

Kitab Suci Perjanjian Baru, banyak memuat contoh-contoh orang yang mengalami dan menerima banyak rahmat pada masa tua mereka, seperti Elisabeth dan Zakharia (Luk 1:5-25;39-79). Dalam usia tuanya Zakharia diberitahu bahwa ia akan mempunyai seorang anak laki-laki. Zakharia tidak percaya dengan berkata, ”bagaimanakah aku tahu bahwa hal itu akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya” (Luk 1:18). Pada saat Maria mengunjungi Elisabet, sanak saudaranya, Elisabet dikuasai oleh Roh Kudus dan berseru, ”Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk 1:42), ketika Yohanes Pembaptis lahir, Zakharia pun dikuasai oleh Roh Allah dan memuji Allah dengan kidung pujian. Hal ini menunjukkan bahwa

sepasang suami-istri yang sudah tua dipenuhi dengan semangat doa yang mendalam (LE, art. 7).

Simeon juga pada masa tuanya telah lama menanti-nantikan saatnya Allah menyelamatkan Israel. Kerinduannya itupun terpenuhi saat Maria dan Yusuf membawa Yesus di Bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Simeon menerima Anak itu lalu memuji Allah dengan berkata, ”Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu” (Luk 2:29). Hana seorang wanita yang sudah tua, juga sungguh setia dalam doanya dan tidak pernah meninggalkan rumah Tuhan. Siang dan malam ia berbakti disitu kepada Allah dengan berdoa dan berpuasa. Karena kesetiaannya ia memperoleh kebahagiaan melihat Yesus. Kemudian ia menjadi pewarta keselamatan yang dibawa oleh Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (LE, art. 7-8).

Dari beberapa contoh keteladanan yang ditampilkan oleh orang-orang lanjut usia, dalam Kitab Suci, maka ajaran dan bahasa Kitab Suci menampilkan usia tua sebagai ”waktu yang baik” untuk membawa hidup kepada kepenuhannya, menurut rencana Allah untuk setiap orang, sebagai waktu ketika segala sesuatu berhimpun dan memampukan kita untuk memahami makna hidup dengan lebih baik dan mencapai ”kebijaksanaan hati”. Sebab usia lanjut adalah terhormat. Usia lanjut adalah tahap terakhir kematangan manusia dan tanda berkat Allah (LE, art. 8-9).