• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. MAKNA, TEMPAT, PERAN DAN PERGULATAN LANSIA

E. Kehidupan Kaum Lanjut Usia

Gereja memiliki kepedulian kepada para lanjut usia, kepedulian ini diwujudkan dalam bentuk-bentuk bantuan dan kegaiatan amal kasih. Gereja juga melibatkan para lanjut usia dalam tugas mewartakan Injil, tugas perutusan ini tidak saja perlu tetapi juga sebagai tugas khusus dan murni untuk usia mereka. Dalam Amanat Apostolik Pasca-Sinode, Christifideles Laici, tentang panggilan dan perutusan kaum awam, Yohanes Paulus II berbicara kepada para lanjut usia dan menulis: ”Masa pensiun yang dinantikan memberikan kesempatan baru dalam kerasulan kepada mereka yang tidak pergi lagi ke tempat kerja dan melakukan berbagai profesi. Mereka harus mengetahui dengan jelas bahwa peranan orang dalam Gereja dan masyarakat sama sekali tidak berhenti pada usia tertentu. Tetapi sepanjang hidup dan selama kita sanggup untuk melayani. Untuk itu mencapai usia tua harus dipandang sebagai keistimewaan karena tidak setiap orang beruntung mencapai usia tua, tetapi terutama karena masa tua saat untuk melihat dan menilai masa lalu dengan lebih baik, untuk semakin menghayati misteri kehadiran Allah dalam seluruh peziarahan hidup dan kesempatan untuk menjadi teladan dalam Gereja dan kepada seluruh umat Allah” (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 47-48).

Dengan tugas di atas persekutuan gerejawi, dipanggil untuk menanggapi partisipasi lebih besar yang dimiliki oleh kaum lanjut usia dalam Gereja dengan memperhitungkan ”karunia” mereka sebagai saksi tradisi iman (Mzm 44:2; Kel 12:26-27), sebagai guru kebijaksanaan hidup (Sir 6:34; 8:11-12), dan sebagai pekerja amal kasih. Untuk itu persekutuan gerejawi perlu membuka kesempatan

bagi peran serta dan kerja sama para lanjut usia dalam tugas kerasulan. Maka ada berbagai bidang kegiatan yang terbuka untuk kesaksian kaum lanjut usia dalam Gereja (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 48-49).

1. Kegiatan Amal Kasih

Ada banyak tugas dalam masyarakat dan terutama dalam Gereja, yang membutuhkan petugas-petugas yang bersedia merelakan cukup banyak waktu, entah pekerjaan administrasi atau tugas-tugas kemanusiaan dan juga kegerejaan. Banyak kaum lansia yang dengan sukarela menyediakan diri untuk melaksanakan tugas-tugas itu dan memperoleh kepuasan dari tugas tersebut (Go, 1993: 93).

Sejumlah besar orang lanjut usia yang masih mempunyai kekuatan fisik, mental, dan spiritual yang cukup untuk membaktikan waktu dan bakat-bakat mereka sendiri dengan penuh kemurahan hati kepada berbagai kegiatan dan program pelayanan sukarela. Orang-orang lanjut usia dapat memberikan sumbangan yang besar kepada pewartaan Injil sebagai katekese dan saksi hidup kristiani (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 49).

2. Kegiatan Hidup Beriman

Banyak orang lanjut usia secara aktif dan efektif memberikan sumbangan kepada pelayanan dalam Gereja. Terlebih jika mendapat pelatihan yang sesuai, mereka dapat menunaikan peranan sebagai diakon tetap dan juga melaksanakan tugas sebagai lektor dan akolit. Mereka juga dapat membantu membagi komuni sebagai pro-diakon. Dalam kegiatan keberimanan jumlah lanjut usia yang terlibat

lebih banyak dan sebagian besar mereka yang menjabat pro-diakon adalah mereka yang sudah lanjut usia (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 50).

Go (1993: 94) berkata mungkin pada usia ”aktif” orang kurang sempat berperan serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang bukan keharusan, dan pada usia pensiun mendapat lebih banyak kesempatan untuk mengikutinya, karena orang lanjut usia mendapat lebih banyak kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya merayakan ekaristi harian, membaca Kitab Suci dan berdoa. Sebagaimana telah disampaikan oleh Yohanes Paulus II, dalam suratnya kepada lanjut usia bahwa usia lanjut adalah tahun-tahun yang perlu dilalui dengan penyerahan diri penuh kepercayaan ke dalam tangan Allah. Usia lanjut merupakan masa yang perlu digunakan secara kreatif untuk memperdalam hidup rohani dengan semakin banyak berdoa dan berbakti untuk melayani sesama dalam kasih (LE, art. 16).

3. Berdoa

Sebagai ciptaan Tuhan, manusia sangat memerlukan hubungan yang erat dengan Tuhan, begitu juga setiap orang membutuhkan hubungan dengan sesamanya. Demikian juga manusia memerlukan waktu untuk berhubungan dengan Allah secara khusus melalui doa. Semakin tua seseorang, ia semakin rindu akan hidup yang lebih tenang dan kontemplatif, sehingga dapat menikmati hadirnya Allah Pencipta dalam alam, hadirnya Yesus dalam sesama, dan hadirnya Roh Allah dalam diri sendiri. Hal ini cocok dengan Injil Yoh 3:30, ”Ia harus makin besar, aku harus makin kecil”. Kesatuan dengan Tuhan akan semakin

dirasakan di dalam doa dan juga dalam segala sesuatu. Sehingga makin tua seseorang ia harus makin dekat dengan Tuhan, dan doa menjadi semakin sederhana karena keluar dari hati (Zahnweh, 2007: 8).

Bock, (2007: 123) berkata dalam berdoa, kita juga bisa duduk hening dan berdoa. Tidak perlu membuat doa panjang-panjang, berdoa juga berarti menyadari bahwa Allah sedang memandang kita. Allah tidak memerlukan doa-doa yang jitu yang tersusun rapi. Namun Allah menginginkan diri kita dan waktu kita. Dengan kata lain kesatuan kita dengan Tuhan di dalam doa. Yohanes Paus Paulus II, ketika berbicara kepada peserta Forum Internasional tentang lanjut usia, beliau berkata: ”orang-orang lanjut usia, dengan kebijaksanaan dan pengalaman yang merupakan buah perjalanan hidup, telah memasuki suatu saat rahmat yang istimewa yang membukakan kepada mereka kesempatan-kesempatan baru untuk berdoa dan bersatu dengan Allah. Karena mereka dipanggil untuk melayani orang-orang lain dan untuk mempersembahkan hidup mereka kepada Tuhan pemberi hidup (Dewan Kepausan Untuk Kaum Awam, 2002: 51).

4. Memelihara

Hal yang terpenting dalam hidup adalah kehidupan itu sendiri. Orang bisa sampai pada penerimaan masa lanjut usia bukan sesuatu yang terjadi sesaat dan tanpa perjuangan. Tentu saja sudah diusahakan dan dipelihara sebaik-baiknya untuk senantiasa mengisi hidup dengan kegiatan dan kebiasaan yang baik yang dapat membantu dan menerima dan merasakan tahun-tahun lanjut usia. Ada dua persiapan yang perlu dilakukan oleh para lanjut usia yakni: persiapan batin dan

persiapan jasmani. Persiapan batin diarahkan lebih-lebih pada sisi mental, sedangkan persiapan fisik adalah persiapan praktis yang terkait dengan masalah jasmani hidup di hari tua. Hal yang perlu disadari oleh lanjut usia adalah bahwa ia merupakan pribadi yang indah, berharga, dan mengagumkan. Melalui kesadaran ini, kaum lanjut usia dapat menyadari bahwa ia adalah bagian dari Allah yang terus berubah dengan segala keindahan dan keunikan diri. Dengan demikian menjadi tua hanya masalah waktu, dan tidak lagi mempengaruhi disposisi batin seseorang untuk tetap merasa diri sebagai pribadi yang dicintai. Usia tua sering dibayangkan sebagai masa ketidakberdayaan, di mana seseorang tidak dapat lagi berbuat banyak bagi orang lain. Masa tua juga sering disebut sebagai masa yang tidak produktif. Jika perasaan ini sangat kuat dalam diri lanjut usia, akan mengakibatkan sulit menerima diri sebagai orang yang memang sudah lanjut usia. lanjut usia harus dipahami dengan tepat, bahwa masa tua adalah ”kekayaan” orang yang sudah lanjut usia memiliki banyak pengalaman hidup, prestasi dan kesuksesan tertentu yang telah dicapai. Kekayaan itu, menjadi harta milik yang bisa dibagikan bagi orang muda (Dieng Karnedi, 2007: 4-5).

5. Mengembangkan Hobi

Kaum lanjut usia sangat baik jika mereka dapat mengembangkan hobi yang selama ini sudah ada maupun yang belum sempat terwujud. Melalui hobi mereka dapat menyalurkan kesenangan dan bakat-bakat yang bisa memberi suatu makna dalam kehidupan mereka.

Maurus (2007: 118,120) menuliskan, hidup di usia senja jika tidak memiliki visi bisa membahayakan kondisi psikis. Pada situasi normal, pekerjaan adalah bagian penting dalam kehidupan seseorang, yang mendukung kesehatan mental dan fisiknya. Seseorang pernah berkata, ”engkau tua ketika engkau berhenti berkembang”. Sejarah telah memberi banyak contoh, dalam segala aspek kehidupan, tentang orang-orang yang memulai sesuatu di akhir hidupnya dan sukses. Seperti, Michel Angelo, seorang pelukis dan arsitek terkenal, mulai menulis puisi pada umur 60 tahun dll. Dari setiap perjalanan hidup, kita dapat meniru teladan dari orang-orang yang tidak hanya melewati masa hidup rata-rata namun juga tetap berbaur dengan anak-anak muda dengan kesiapan mental dan energi.