• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia ada untuk dicintai, bukan untuk digunakan -Budi Nugraha-

GERGET DAN SUKASARI Rista Aslin Nuha

Setelah mendengar tentang Kuliah Kerja Nyata (KKN), saya terbayang bahwa kegiatan mahasiswa yang langsung terjun ke masyarakat tersebut bertujuan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama di perkuliahan. Selain itu, saya mengartikan KKN sebagai kuliah. Kuliah yang dimaksud yaitu belajar kepada masyarakat dimana mereka berperan sebagai dosen. Bagi saya, belajar di masyarakat meliputi belajar bersosialisasi, empati, kemandirian, kepemimpinan, keorganisasian, dan lain sebagainya.Terakhir, bagi saya KKN merupakan kegiatan yang melatih kita untuk bersikap profesional dalam bidang tertentu sesuai dengan jurusan yang kita pilih di perkuliahan.

Persepsi tentang KKN sebelum ke Lokasi

Sebelum ke lokasi KKN, saya tidak mempersepsikan hal-hal yang buruk terlebih dahulu. Saya mencoba untuk selalu berpersepsi yang baik-baik. Karena sebagai koordinator kelompok KKN GERGET (Gerakan Edukasi Rakyat Go Excellent Transformation) sebisa mungkin saya harus menghilangkan berbagai persepsi-persepsi buruk dari anggota saya supaya tidak khawatir dan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga akan muncul rasa pesimis sebelum melangkah. Lain halnya dengan teman-teman lainnya, banyak yang mempersepsikan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Ada yang mempersepsikan terkait akses jalanan, cuaca, hingga situasi warga yang ada di lokasi KKN. Namun, persepsi dari saya dan teman-teman dibarengi dengan adanya persiapan yang matang untuk menghindari persepsi-persepsi buruk tersebut. Dari mulai persiapan sarana transportasi, bekal atau konsumsi, hingga kesehatan juga dipersiapkan namun yang terpenting adalah persiapan mental serta niat yang ikhlas untuk mengabdi.

Meskipun saya tidak membayangkan kendala terbesar menuju lokasi KKN, akan tetapi setiap orang mengatakan bahwa kendala yang terbesar yaitu akses jalanan. Karena bagi saya dan juga teman-teman,

akses jalanan itu lebih penting daripada yang lainnya. Bagaimana tidak, akses jalanan merupakan hal yang paling menunjang kelancaran KKN. Seperti halnya untuk sosialisasi ke warga sekitar, koordinasi ke kelompok lain maupun kantor desa, belanja, hingga apabila ada yang memerlukan penanganan medis. Untuk kendala-kendala yang lain, seperti transportasi, sinyal, cuaca, dan lain sebagainya, masih bisa ditangani karena terdapat alternatif lain yang mendukung.

Persepsi bersama Kelompok KKN selama Sebulan

Selama sebulan hidup bersama kelompok KKN GERGET (127) banyak sekali pembelajaran-pembelajaran yang saya dapatkan. Terlebih lagi posisi saya di sini sebagai koordinator kelompok KKN GERGET. Saya tinggal bersama mereka di rumah kontrakan yang sederhana yang memiliki ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Saya merasa senang dengan mereka ketika gotong-royong untuk membereskan barang-barang bawaan yang kami gunakan untuk kegiatan KKN selama sebulan. Meskipun saya adalah koordinator, saya hampir tidak pernah memberi perintah atau pun meminta mereka untuk melakukan suatu hal dengan berkata kasar atau tidak beretika. Setiap saya memerlukan mereka, saya selalu mengucapkan “tolong” atau dengan kata-kata yang halus. Melaluihal tersebut, secara tidak langsung saya mengajak mereka untuk melakukan hal yang serupa.

Kegiatan saya dan teman-teman di minggu pertama yaitu memfokuskan untuk bersosialisasi ke warga sekitar, di RW 03 Kampung Pasir Jeruk dan RW 04 Kampung Lame, dari mulai perkenalan anggota kelompok KKN GERGET hingga program kerja atau kegiatan apa saja yang akan kami lakukan selama sebulan. Disini saya menghimbau kepada teman-teman untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar, salah satu caranya yaitu dengan sering menyapa warga dan ramah kepada warga sekitar tanpa memandang status sosial. Saya dapat memaklumi ketika ada diantara teman-teman yang kurang begitu bisa bersosialisi, tetapi saya mencoba untuk membantunya belajar lebih ramah kepada masyarakat.

Minggu kedua KKN, saya dan teman-teman sudah mulai menjalankan kegiatan-kegiatan kami, mulai dari mengajar di SDN Sukasari 03, mengajar di Madrasah Diniyah, mengajar di Rumah Pintar, pembuatan marka jalan dan pengecatan tugu. Mengajar di SDN Sukasari

| 69 03 merupakan pengalaman pertama saya mengajar di lembaga pendidikan formal. Sungguh menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk beradaptasi dengan guru-guru dan siswa-siswi SDN Sukasari 03. Kepala SDN Sukasari 03, Pak Yendi, S. Pd., beserta para guru yang mengajar sangat baik dan ramah kepada kami, mereka justru senang dengan kehadiran kami yangmembantu mengajar di SDN Sukasari 03. Para murid yang ada di SDN Sukasari 03 juga sangat antusias dan senang dengan adanya teman-teman KKN GERGET. Saat itu saya masuk ke ruang kelas 6 yang sedangbelajarmata pelajaran Agama Islam.Saya merasa sedikit khawatir ketika saya harus mengajarkan mata pelajaran tersebut meskipun memang tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar mahasiswa UIN memiliki nilai tambah dalam pelajaranAgama Islam. Karena bagi saya, sedikit kesalahan bisa berdampak besar terhadap masa depan murid atau adik-adik SDN Sukasari 03. Tetapi alhamdulillah selama saya dan teman-teman membantu KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di SDN Sukasari 03, semuanya berjalan lancar karena tujuan saya dan teman-teman yang paling besar adalah memotivasi adik-adik supaya semangat dalam belajar dan pantang menyerah.

Kami menerapkan sistem 3 hari mengajar dengan mata pelajaran tertentu,mengingat kegiatan kami tidak hanya fokus pada mengajar saja. Sedari awal, saya menginginkan dan meminta teman-teman untukmulai mengajar di SDN Sukasari 03 pada pukul 07.00. Namun, terkadang kami baru datang pukul 09.00 di SD. Memang ada beberapa kendala yang menyebabkan kami datang kesiangan, diantaranya telat bangun tidur, mandi yang mengantri karena kamar mandi hanya satu,sarapan, dan akses jalan yang rusak menuju SD.

Selain mengajar di SDN Sukasari 03,kami juga mengajar di Madrasah Diniyah. Hanya dua orang yang membantu mengajar di Madrasah tersebut, yaitu saya dan Memei. Hal ini karena para anggota KKN GERGET yang lain harus menjalankan kegiatan atau program KKN yang lain. Saya dan Memei hanya mengajar di Madrasah Diniyah setelah mengajar di SDN Sukasari 03, yaitu pukul 13.00 sampai pukul 16.00 WIB. Namun, kami tidak memiliki banyak waktu untuk mengajar di Madrasah Diniyah, seperti halnya di SD karena terhalang kegiatan lainnya. Tapi saya dan Memei sangat senang bisa membantu mengajar di Madrasah Diniyah dimana ternyata kedua guru yang selama ini mengajar di Madrasah tersebut sedang hamil. Murid yang ada di Madrasah Diniyah sebagian

besar adalah murid dari SDN Sukasari 03 sehingga kami sudah saling mengenal dan dapat beradaptasi dengan murid-murid.

Rumah Pintar merupakan tempat kegiatan kami mengajar non formal untuk membantu adik-adik dalam belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah yang bertempat di kontrakan kami. Tidak hanya pelajaran umum saja tetapi kami juga membantu mereka untuk mengerjakan tugas pelajaran agama. Saya membantu adik-adik dalam mata pelajaran agama maupun umum untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun di awal minggu hanya sedikit yang datang ke Rumah Pintar, namun setiap minggunya semakin bertambah banyak yang datang dan ikut belajar bersama kakak-kakak KKN. Disini saya kurang senang apabila ada teman-teman GERGET yang pasif dan tidak responsif dengan adik-adik yang berantusias untuk belajar karena dapat mengganggu psikologisnya. Saya selalu memberitahu teman-teman GERGET untuk bersikap layaknya orang tua sendiri bagi adik-adik yang ingin belajar agar lebih dekat.

Selain itu, kami mengadakan workshop kewirausahaan mengenai cara mengolah limbah sampah plastik menjadi lebih bernilai untuk tambahan uang belanja di rumah karena kegiatan ini memang ditujukan untuk ibu-ibu rumah tangga agar lebih produktif. Saya sangat mengapresiasi adanya workshop ini terlebih dapat memberdayakan ibu-ibu rumah tangga agar lebih produktif. Tapi disisi lain, saya melihat kurangnya kekompakan dari teman-teman GERGET karena mungkin adanya kegagalan komunikasi yang mengakibatkan kesalahpahaman sehingga ada diantara teman GERGET yang tidak berpartisipasi saat acara berlangsung.Hal ini merupakan penyikapan yang kurang dewasa dan seharusnya tidak dilakukan sebagai mahasiswa yang secara tidak langsung menjadi contoh di masyarakat. Lain halnya dengan kebersamaan kami saat kegiatan Happy Camp yang diadakan di SDN Sukasari 03 dan dibarengi dengan penyuluhan NARKOBA yang pesertanya merupakan adik-adik kelas 6. Saya mengakui bahwa saya salah karena datang terlambat,saya meminta maaf kepada teman-teman GERGET juga adik-adik peserta Happy Camp. Kebetulan saat itu saya ada sedikit kegiatan di luar yang harus diselesaikan. Saya sangat senang dengan semangat dan antusias adik-adik dalam mengikuti kegiatan tersebut meskipun harus menginap semalam untuk mengikuti rangkaian kegiatannya.Saya merasa senang dengan adanya kegiatan motivasi ini untuk adik-adik, karena

| 71 dapat membuka pikiran baru bagi adik-adik juga orang tua dalam mempersepsikan pendidikan yang sangat penting sebagai generasi penerus bangsa agar mampu berkompetisi bukan hanya nasional tapi juga internasional. Saya merasa bahwa kegiatan ini memilikikekurangan dalam hal persiapan dan juga konsep yang matang karena masih sedikit kacau serta kurang tertangani secara maksimal. Hal ini menjadi pembelajaran bagi saya dan juga teman-teman GERGET untuk ke depannya agar lebih baik lagi. Namun, secara keseluruhan kegiatan Happy Camp ini cukup baik dengan dukungan para guru dan wali murid sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Selain penyuluhan mengenai NARKOBA, kami mengadakan penyuluhan pencatatan pernikahan karena saya sendiri mempelajari hal tersebut di perkuliahan. Dengan diadakannya penyuluhan tersebut, sayabelajar dan juga mencari hal-hal baru yang dapat menambah catatan tersendiri bagi saya. Saya sangat senang dapat bekerjasama langsung dengan KUA (Kantor Urusan Agama) di Kecamatan Rumpin, terlebih mereka sangat setuju dengan diadakanya penyuluhan tersebut di desa kami. Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman GERGET yang selalu membantu hingga terlaksananya kegiatan ini, tanpa kalian saya tidak mungkin bisa sendiri mengadakan kegiatan ini dengan baik. Kegiatan penyuluhan pencatatan pernikahan ini sangat bermanfaat bagi warga sekitar karena sebelum kami mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, saya dan teman-teman melakukan survei ke warga sekitar dan ternyata tidak sedikit yang bermasalah dalam pernikahan, salah satunya yaitu buku nikah yang rusak, hilang bahkan belum memilikinya. Dengan adanya seminar ini, kami berharap dapat meminimalisir dan bahkan mengatasi masalah-masalah mengenai pencatatan pernikahan.

Di setiap tempat dimana kita hidup bersama dan berorganisasi, pasti menjumpai adanya konflik. Penyebab konflik pun lebih sering berasal dari hal-hal yang sepele atau kecil. Saya selalu dan selalu mengingatkan untuk tidak membesar-besarkan masalah-masalah kecil. Tapi setiap orang itu spesial, tidak ada yang sama, baik itu dalam pikiran maupun tindakan dan itulah kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya selalu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa, dan memperbaiki sebisa mungkin agar tidak terulang kembali. Belum tentu kalian kurang, saya bisa lebih kurang dari kalian. Lebih mensyukuri dari apa adanya kita itu lebih baik dan mengikhlaskan dari apa yang tidak dimiliki oleh kita itu

lebih bijak. Sahabat KKN GERGET, siapapun dan bagaimanapun kalian, dengan setulus hati saya sangat berterima kasih atas sinergi, kontribusi, kritik serta saran seluas langit dan meminta maaf atas segala kekurangan serta kesalahan saya selama KKN sedalam-dalamnya relung hati saya, saya sangat bangga dan menyayangi kalian semua, Estri, Rosita, Budi, Piqri, Sofi, Hassan, Jannah, Yudis, Rosita, Memei dan Erik. Jangan lupakan saya, ya!

Persepsi Desa, Kondisi Lingkungan dan Masyarakat

Desa Sukasari, merupakan rumah baru bagi saya dalam menimba ilmu serta pengalaman yang sangat berharga bersama teman-teman KKN GERGET yang selalu membuat saya gergetan. Lingkungan yang saya kira masih butuh sentuhan intensif dari pemerintah, mahasiswa dan orang-orang baik. Bagaimana tidak? Wong jalan saja tidak layak untuk manusia. Ketika diguyur hujan, jalan bermuka becek dan penuh akan lumpur. Saat terik matahari, jalan bermuka debu dan jarak pandang yang pendek.Tidak hanya itu saja, setiap hari selalu dipenuhi pemandangan truk-truk besar yang mengangkut hasil bumi pertiwi tanpa mereka menikmati kayanya sumber daya alam sebesar dan sebanyak yang diangkutnya. Tidak cukup itu, birokrasi dan hukum yang penuh dengan kebobrokan juga kecacatan menambah daftar ketertinggalan desa dari kesejahteraan dan kemajuan. Sungguh memprihatinkan dan sudah saatnya untuk berbenah diri agar tidak ingin semakin terpuruk. Hal ini menjadi pembelajaran bagaimana tata kelola pemerintahan yang baik dan benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan gotongroyong masyarakat yang harus ditingkatkan. Dibalik semua itu, tanpa kesadaran dan niatan mustahil dapat dilakukan.

Ramah, santun, murah senyum, dan empati, itu merupakan sederetan kondisi masyarakat di Desa Sukasari setelah saya menjumpai dan bersaudara dengan mereka, khususnya warga RW 03 Kampung Pasir Jeruk dan RW 04 Kampung Lame. Kami pun sebagai pendatang sebisa mungkin membalasnya dengan baik atas sambutan masyarakat kepada kami yang begitu luar biasa. Mahasiswa di lingkungan kampus kebanyakan jarang untuk menyapa masyarakat, ini sinyal bagi kami sebagai para penerus generasi bangsa untuk mulai belajar memperdulikan dan memprioritaskan kepentingan rakyat banyak. Anak-anak di desa sangat masih polos dan baik-baik yang merupakan bibit pemimpin

| 73 bangsa. Kurangnya tenaga pendidik, kepedulian pemerintah, serta kesadaran anak dan orang tua akan pentingnya pendidikan menjadikan mereka lemah akan cita-cita yang besar. Ini salah satu tugas terbesar kami juga sebagai kaum intelektual untuk membantu pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa.

Pemuda di desa sangat sedikit sekali yang melanjutkan kuliah. Mayoritas pemuda di desa adalah pengangguran, bekerja serabutan dan menikah dini karena sekali lagi kurangnya pencerahan akan pendidikan. Hampir seluruh ibu-ibu rumah tangga maupun yang bekerja mengisi waktu luang mereka untuk membuat tusuk sate yang cukup bernilai dan tambahan penghasilan mereka. Sedangkan bapak-bapak di Desa Sukasari ada yang pengangguran, membuat tusuk sate, buruh, hingga berkebun menjadi rutinitas sehari-hari mereka. Namun, secara ekonomi mereka rata-rata menengah ke atas karena tercukupi dengan penghasilan yang ada. Patut diteladani kerja keras masyarakat di desa untuk menafkahi anak-anak dan juga istrinya.

Menjadi Bagian Penduduk

Bagaimana kalau kamu menjadi bagian dari mereka, Rista? Tentunya sebelum saya menjadi bagian dari mereka, saya harus membekali diri dengan pendidikan, agama, kreativitas, dan pengalaman. Karena semua itu perlu untuk membentuk masyarakat yang ungguldalam berbagai aspek. Menjadi bagian dari penduduk itu tidaklah semudah kita membalikkan telapak tangan. Butuh adanya proses dan juga belajar yang terus-menerus serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan dibarengi semangat yang menggebu-gebu dan nilai-nilai perjuangan yang tinggi akan kemasyarakatan semua itu tidak ada yang mustahil untuk diperjuangkan lebih baik. Saya merasa setelah tinggal sebulan bersama masyarakat di Desa Sukasari, saya sudah seperti penduduk sendiri di sana. Pengalaman hidup masyarakat di desa sungguhlah luar biasa. Jika dibandingkan dengan pengalaman hidup saya, hanya 1 berbanding 1000. Jujur saya sangat berempati sekali dengan pengalaman hidup masyarakat di desa. Meskipun saya sendiri belum memberikan apa-apa untuk mereka. Karena saya pun masih belajar, belajar dan belajar arti sebuah kehidupan yang sebenarnya. Saya hanya memberikan ilmu dan pengalaman selama saya belajar dan itu tidaklah seberapa hanya kecil. Seperti berbagi pengetahuan mengenai pentingnya pencatatan pernikahan yang salah

satunya penting untuk melindungi hak-hak istri dan juga anak-anak mereka. Justru saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru banyak dari mereka. Sungguh masih kurang kegiatan kami dalam memberdayakan masyarakat di desa, karena masih terkendalanya komunikasi, bimbingan, akses jalan, anggaran, waktu hingga kekompakan kelompok. Saya berbagi kepada mereka tentang kebaikan hidup yang diberikan. Kenapa kita tidak mensyukurinya dan bertindak untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dan bagaimana belajar ikhlas dalam memperjuangkan hidup, baik bagi diri sendiri, kedua orang tua, saudara, istri, anak-anak, agama bahkan bagi bangsa dan negara tercinta.

Pesan untuk Sahabat KKN GERGET

Saya sebagai ketua atau pun koordinator pastinya banyak kekurangan dan kesalahan dalam diri saya dalam memimpin dan menjalankan roda kegiatan atau program kerja selama sebulan di keluarga KKN GERGET. Saya sebutkan semua kekurangan maupun kesalahan saya dan apabila ada yang tidak saya sebutkan tolong diingatkan atas kelupaan saya. Dari mulai kurangnya komunikasi, kurangnya koordinasi, kurangnya ketegasan, kurangnya perhatian, kurangnya kepedulian, kurangnya akselerasi, kurangnya kekompakan, kurangnya kehati-hatian, kurangnya evaluasi dan rapat, kurangnya persiapan dan konsep, dan penyelesaian konflik yang kurang efesien.Dari kekurangan maupun kesalahan saya tersebut, sekiranya mohon dimaafkan dari teman-teman KKN GERGET.

Saya mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran dari teman-teman KKN GERGET, saya akan menerimanya dengan lapang dada serta sebisa mungkin mengintrospeksi diri untuk memperbaiki ke depannya. Sekali lagi saya masih belajar, dan belajar hidup bersama kalian merupakan keberuntungan bagi saya. Tidaklah mungkin dapat seseorang melihat dirinya tanpa bercermin kepada orang lain terlebih dulu. Karena yang dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan kita bukan dari diri kita sendiri, melainkan dari orang lain.

Estri, kamu adalah orang yang baik dan anggun tapi terkadang sedikit lemah karena gejolak hati. Rosita, kamu juga orang yang baik dan anggun tapi terkadang pesan yang disampaikan tidak konstruktif. Sofi, kamu adalah orang baik dan anggun tapi sifat kerasmu terkadang

| 75 menjauhkan yang lain. Jannah, orangnya juga baik dan anggun pula tapi diammu terkadang membuat hati gelisah. Memei, baik orangnya dan juga anggun tapi sifat egoismu terkadang buat runtuh perhatian. Budi, kamu orang yang baik dan laki-laki “banget” tapi bicaramu dibelakang terkadang melukai harapan. Yudis, kamu juga orang baik dan juga laki-laki “banget”, tapi terkadang keberontakanmu membuat suasana mencekam. Piqri, juga baik orangnya dan perhatian sekali, tapi keenjoy-anmu terkadang buat suasana tambah kurang. Hasan, orangnya juga baik dan kece abis tapi terkadang keanehanmu buat sesuatunya menjadi bingung. Erik, kamu orangnya juga baik dan penuh semangat tapi kepentinganmu terkadang merenggangkan persahabatan.Terima kasih.

2

SEPENGGAL KISAH DI SUKASARI