Manusia ada untuk dicintai, bukan untuk digunakan -Budi Nugraha-
SETIAP ADA PERTEMUAN PASTI ADA PERPISAHAN Raudhotul Jannah
Pengantar
Pertama kali mendengar kata Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 itu cepat. kenapa cepat? Karena saya merasa baru kemarin melepas seragam putih abu-abu dan menggantinya menjadi warna-warni, menjadi mahasiswa baru (maba) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengikuti OPAK, menjadi junior yang patuh terhadap senior, tetapi sekarang semua itu telah berubah dan sudah menjadi cerita indah yang tersimpan rapat-rapat di memori saya. Tidak terasa kuliah di UIN sudah menginjak angka tiga tahun, mungkin karena terlalu menikmati masa peralihan dari SMA ke bangku kuliah menjadi tidak berasa kuliah sudah di akhir masa jabatan. Sekarang sudah saatnya berpikir realistis untuk masa depan, diri sendiri, dan masyarakat, karena sudah diberikan label mahasiswa senior yang sebentar lagi akan menyusun skripsi dan diakhiri oleh wisuda, sudah merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa memikirkan keberlangsungan diri dan bangsa ini kedepannya.
Hal pertama yang saya rasakan sebelum Kuliah Kerja Nyata adalah cemas karena masih belum tau Kuliah Kerja Nyata itu apa, kegiatannya apasaja, bagaimana keadaan masyarakat yang nantinya akan saya singgahi, bagaimana caranya bisa bertahan selama satu bulan hidup disana dengan ligkungan yang sangat baru dan berbeda dengan lingkungan sebelumnya, bisa atau tidak bekerja sama dengan kelompok sendiri sedangkan kami satu kelompok baru mengenalnya semua dengan berbeda-beda fakultas. Awalnya saya malas dengan adanya Kuliah Kerja Nyata karena tahu kalau kelompok dan lokasi akan diplihkan oleh PPM, saya merasa tidak adil karena kenapa baru tahun 2016 ini kelompok dan lokasi ditentukan, kenapa tidak dari dulu saja kelompok dan lokasi ditentukan?. Untuk satu bulan dengan orang-orang yang sebelumnya kita tidak kenal itu susah karena dalam satu bulan itu kita harus jadi satu membuang semua egois demi menyatukan sebuah kelompok.
Waktu pembekalan Kuliah Kerja Nyata pun tiba, waktu itu kalau tidak salah saya gelombang ke 4, saya dan teman-teman saya yang perempuan dari FISIP ingin menghadiri pembekalan di Auditrium Harun
| 157 Nasution tetapi berkendala dengan adanya kuliah umum yang berkaitan dengan mata kuliah yaitu sosiologi kriminalitas, kami sekelas bingung harus ikut pembekalan atau kuliah umum karena dua-duanya penting. Dan kami pun memutuskan untuk datang ke pembekalan kuliah kerja nyata, dan kami sudah meminta izin kepada dosen yang bersangkutan tetapi setelah kami sampai ditengah perjalanan kami mendapat kabar dari group whatsappkelas, bahwa kami diminta untuk kembali ke FISIP kami pun berhenti ditengah jalan berunding mau balik lagi atau tidak ke FISIP. Sekitar 20 menit kami duduk dipinggir jalan untuk memutuskan, akhirnya saya dan teman-teman kembali ke fakultas, karena kami terus di
whatsappoleh ketua mahasiswa kelas kami dengan ada ancaman “kalau
yang tidak ikut kuliah umum akan di DO dengan membawa-bawa sekertaris pembimbing akademik sosiologi”, kami semua kaget akhirnya memutuskan kembali ke fisip, jreeng jreeeng setelah di fisip ternyata semua itu hanya akal-akalan ketua mahasiswa saja. Disitu perasaan campur aduk, kesel, sebel, marah. Setelah kuliah umum selesai kita ke auditorim harun nasutionuntuk ikut pembekalan walaupun telat dan dimarahi sama pembicara didepan, tapi yang penting kita ikut pembekalan.
Persepsi Kelompok Kuliah Kerja Nyata
Kelompok Kuliah Kerja Nyata saya berjumlah 11 orang dari berbeda-beda fakultas,yang terdiri dari 5 orang perempuan dan 6 orang laki-laki, ada Rista Aslin Nuha dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Hukum Keluarga, Rosita dari Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), jurusan Muamalat (ekonomi islam), Budi Nugraha Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Estri PintariFakultas Adab dan Humaniora (FAH), jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Abdul Piqri Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Sistem Informasi, Nadia Sofihara Fakultas Sains dan Teknologi (FST), jurusan Matematika, Meilia Putri Zaida Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Manajemen, Erik Rif’ad Hendra PutraFakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), jurusan Manajemen, Hassan Abdurrahman Fakultas Ushuludin (FU) jurusan Tafsir Hadist, saya sendiri Raudhotul Jannah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), jurusan Sosiologi, Yudistira Perdana Imandiar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM), jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (jurnalistik).
Sebelum memulai Kuliah Kerja Nyata kita semua berkumpul untuk rapat memikirkan apa saja yang perlu dipikirkan, yaitu tentang mengenai nama kelompok, tempat tinggal, dana dan kegiatan. Untuk menentukan masalah nama kelompok kita diminta untuk menyumbangkan ide dari masing-masing orang ( tidak bisa disebutkan apa saja list nama-namanya, karena lupa, hehe). Akhirnya Nama kelompok yang kami pilih adalah GERGET (Gerakan Edukasi Rakyat Go Excellent Transformation). Selama persiapan kuliah kerja nyata kita tidak pernah kumpul dengan formasi yang lengkap 11 orang, pasti salah satu dari kita ada saja yang tidak ikut kumpul karena kesibukannya masing-masing, tempat biasanya kita kumpul yaitu dibawah Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena tempat itulah yang nyaman dan strategis, tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Lokasi yang dipilihkan oleh PPM yaitu di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Didalam Desa Sukasari ada 3 kelompok yaitu kelompok 125, 126 dan 127 dan tiga kelompok ini sepakat satu kelompok memegang dua RW. Kelompok saya 127 mendapatkan dua RW yaitu RW 03 (Desa Pasir Jeruk) dan RW 04 (Desa Lame). Karena kita mendapatkan 2 RW kita membaginya di Desa Pasir Jeruk kita lebih fokus kepada masyarakatnya sedangkan di Desa Lame kita lebih fokus ke Sekolahnya yaitu SDN Sukasari 03. Setelah kami mendapatkan desa, maka kami melakukan survei untuk melihat apa saja fenomena yang ada, lalu, mengkomunikasikan dengan pejabat daerah setempat mengenai Kuliah Kerja Nyata. Tempat tinggal yang telah kami pilih adalah di Kampung Pasir Jeruk RW 03. Pertama kali ke Desa SukasariSubhanallahbanget jalanan yang begitu rusak, banyak truk-truk serta tidak ketinggalan debu yang amat sangat banyak, apalagi kalau habis hujan jalanan yang licin dan berlubang besar-besar.
Saya baru satu kali ikut survei dan itu hanya yang terakhir. Kenapa tidak ikut survei? Karena waktu itu kondisinya sedang berbarengan dengan UAS (ujian akhir semester) dan biasanya hampir setiap semester bahkan hampir disetiap mata kuliah di sosiologi ada penelitian sebagai tugas akhir. Ada 2 kali waktu yang saya ingin ikut survei tapi tidak jadi yang pertama kendalanya motor kurang, waktu itu yang mau survei saya, Budi, Rista dan Piqri. Saya sudah siap untuk berangkat, Budi dan Rista sudah sampai di Halte Universitas Islam Negeri
| 159 Uin Syarif Hidayatullah Jakarta tiba-tiba Piqri tidak bisa dihubungin, kami pun kebingunangan, panik mau jalan ke lokasi juga tidak mungkin karena motor hanya ada satu sedangkan orangnya ada tiga, sampai akhirnya saya yang mengalah untuk tidak ikut survei. Dan kejadian yang kedua gagal lagi, awalnya saya, Estri, Rista dan Hassan ingin survei pada hari kamis waktu itu, karena Hassansudah ada di lokasi tempat kami berempat janjian, akhirnya saya menyusul Hassan kelokasi tempat kami berempat janijan yaitu di Halte UIN juga. Dihalte yang baru datang hanya saya dan Hassan, Estri belum datang karena masih ada kuliah dan Rista belum datang juga karena lagi nunggu motor temannya. Di halte saya dan Hassan menunggu lama tetapi Rista dan Estri tidak kunjung datang juga, saya dan Hassan sudah berganti posisi jongkok berdiri jongkok berdiri sampe kita menunggu 3 jam di halte tetapi mereka tidak kunjung datang juga. Hassan pun sudah marah-marah karena kelamaan nunggu, tetapi saya bilang tunggu beberapa menit lagi deh, sudah menunggu beberapa menit tapi tetep tak kunjung datang, akhirnya saya dan Hassan memutuskan untuk pulang dan tidak ikut survei.
Tapi di survei terakhir akhirnya saya bisa ikut, survei terakhir yang ikut adalah saya, Estri, Yudis, Hassan, Erik, dan Budi survei terakhir tanpa ada ketua (hehe). Survei terakhir ini untuk memastikan rumah yang akan kita tempati dan melihat apa saja yang ada di dalam rumah tersebut. Sesampainya kami ketempat lokasi pertama kita ingin bersilaturahmi pada ketua RW 03 Desa Pasir Jeruk yaitu Bapak Ruhiyatna, tetapi sangat disayangkan waktu itu beliau sedang dirawat dirumah sakit jadi kita tidak bisa menemuinya, akhirnya kita lanjut ke rumah pak RT 01, bapak RT pun tidak ada diurmah karena sedang pergi memancing dan kita hanya menitip salam kepada istrinya. Selanjutnya kita kerumah yang nanti akan kita tempati tetapi rumah tertutup rapat tidak ada orang, ternyata yang punya rumah sedang berbelanja kepasar sambil menunggu yang punya rumah datang kita pun pergi keseolah SDN Sukasari 03 untuk meminta izin agar kita bisa melakukan program kerja KBM ( Kegiatan Belaja Megajar ) pada kepala sekolah. Awalnya sekolah ingin kita mengajar seluruh kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan seluruh mata pelajaran tetapi karena kita hanya 11 orang jadi kita tidak sanggup, akhirnya kita mengajar di kelas 4, 5, dan 6 saja dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa inggris, matematika, agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn) dan IPA, urusan disekolah sudah selesai dan
akhirnya kita kembali ke rumah yang mau kita tempatin, sudah ketemu sama yang punya rumah dan membayar DP rumah.
Persepsi Mengenai Desa Sukasari
Akhirnya tiba juga waktu pelepasan Kuliah Kerja Nyata di lapangan Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tiba juga keberangkatan kami ke Desa Sukasari. Setelah sampai diDesa Sukasari sugesti yang saya pikir terpatahkan setelah saya melihat sendiri tinggal di Desayang katanya terpencil, serem dan segala macamnya, ternyata itu tidak benar! Masyarakat Desa Sukasari khususya kampung pasir jeruk dan kampung lame ramah-ramah, mereka sangat terbuka dengan kedatangan kita dan akan menjadi bagian dari masayrakat kampung pasir jeruk dan kampung lame walaupun hanya satu bulan saja.
Minggu awal pertama tinggal disana masih agak sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat disekitar, masih belum bisa berjalan program kerja yang melibatkan masyarakat banyak ditambah kendala bahasa yang menjadi kenadala saya pribadi untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Tetapi lama kelamaan semua menjadi lebih baik dan lebih akrab ketika setelah kegiatan-kegiatan dilakukan seperti mengajar di sekolah, membuka taman baca di rumah Kuliah Kerja Nyata GERGET, belajar menari, semianar kewirausahan, seminar penyuluhan pencatatan pernikahan, Happy Camp, acara 17 Agustus, pengajian rutin dan lain-lainnya. Selain sosialisasi dengan masyarakat sekitar, hidup bersama satu rumah selama 1 bulan dengan orang yang baru saya kenal adalah hal yang sulit, tapi dengan seiring berjalannya waktu saya semakin mengenal semua kebiasaan mereka dari kebiasaan baik sampai kebiasaan buruknya, sifat-sifat mereka yang awalnya saya tidak tau menjadi tau. Banyak cerita, banyak konflik yang dialami selama 1 bulan kita bersama.
Pertama kali kami membuka taman baca, sepi belum ada anak-anak yang datang karena belum tau tapi ada beberapa anak-anak yang sering bermain didekat rumah kuliah kerja nyata GERGET bernama Ainun, Zahra, Ulqi, Adel, Ingi dan Puji. Mereka pengujung pertama taman membaca, mereka belajar mengahafal perkalian dari perkalian 1 samapai perkalian 10 dan lama kelamaan banyak anak-anak yang datang kerumah kuliah kerja nyata GERGET untuk belajar, bermain dan membaca buku. Karena semakin hari anak-anak semakin banyak rumah kuliah kerja nyata GERGET pun penuh sampai bingung mereka harus duduk di mana,
| 161 pengajar pun hanya 11 orang masing-masing orang memengang 5 smpai 8 orang anak. Dari anak-anak SD kelas 1 sampai anak-anak SMP datang ke rumah KKN GERGET. Senang sekali rasanya anak-anak mau belajar dirumah GERGET. Ainun dan teman-temannya punya nama sendiri yaitu CCC (Cewe-Cewe Cabela) dengan cara berbicara seperti syahrini, hehehe. Oiya, mereka juga diajarkan menari oleh teman sayaEstri untuk tampil pada acara penutupan kuliah kerja nyata di kantor Desa Sukasari. Mata pencarian masyarakat Kampung Pasir Jeruk khususnya ibu rumah tangga adalah membuat tusuk sate, terlihat dari banyaknya pohon bambu didepan rumah maupun dipinggir-pinggir jalan. Tusuk sate ini diikat dengan jumlah 100 tusuk dengan harga 2000 rupiah yang kemudian akan diambil oleh pengepul untuk dijual ke Jakarta dengan harga yang jauh lebih mahal dengan harga aslinya. Saya kaget ketika saya menanyakan harga tusuk sate kepada ibu Budi, Ibu Budi ini tetangga saya di Kampung Pasir Jeruk. Harga 2000 rupiah per 100 tusuk sate sangat jauh jika dibandingakan harga jual di Jakarta, di Jakarta harga jual tusuk sate 30.000 per 50 tusuk sate. Setiap hari ibu-ibu membuat tusuk sate dari pagi hingga malam hanya dihargai, tak kenal lelah ibu-ibu ini, saya sangat bangga pernah kenal dan menjadi bagian dari masyarkat Desa Pasir Jeruk. Kegiatan demi kegiatan yang sudah berlangsung membuat rasa di dalam diri ini semakin tak karuan karena semakin tak ingin berpisah dengan keluarga baru di Kampung Pasir Jeruk, Kampung Lame dan keluarga Kuliah Kerja Nyata GERGET. Apalagi warganya yang sangat terbuka kepada kamimerasa sedih atas kepergian kami, sehingga saya dan teman Kuliah Kerja Nyata GERGET pun merasa sedih akan meninggalkan mereka Rasanya satu bulan ini tak cukup memperdalam rasa kekeluargaan kami dengan warga. Ingin rasanya mengulang kebersamaan seperti ini lagi, namun apalah daya kehidupan harus terus menerus berlangsung, perkuliahan, skripsi, pekerjaan bahkan pernikahan sudah menanti di depan mata.
Sebagai acara perpisahan dengan SD Sukasari 03 kami pun mengadakan Happy Campyang diikuti oleh siswa dan siswai kelas 4, 5, dan 6 acaranya berlangsung hari sabtu sampai minggu, didalam acara initim KKN GERGETjuga mengadakan seminar tentang bahaya rokok dan narkoba dan pada malam harinyadiadakan acara membuat api unggun bersama, di mana anak-anak SDN Sukasari 03 meberikan sebuah tarian pramuka, tarian mereka cukup membuat saya terkesan, walaupun acara
Happy Camp tersebut tidak sesuai dengan rencana awal kami. Cukup sedih
juga di acara perpisahan bersama SDN Sukasari 03 ini karna saya tidak menyangka banyak anak-anak yang senang dengan saya, peduli terhadap saya, mereka banyak memberikan saya kado dan surat, tetapi hal yang mengharukan adalah saat saya bermalam bersama mereka diperpustakaan SDN Sukasari 03, tiba-tiba ada anak yang namanya Desi, Lulu dan Anita memeluk saya dan berkata “kak jangan pergi, disini aja sama kita. Seandainya kita punya kakak yang seperti kakak pasti kita seneng banget deh” mendengar kata-kata itu saya tidak bisa berbicara banyak karna saya hampir menangis dan akhirnya suasana disana jadi haru biru karna mereka semua menangis akan kepergian kami, mereka menyayangi kami, intinya kami benar-benar beruntung dapat mengajar dan hidup di Kampung Pasir Jeruk dan Kampung Lame ini. Keesokan harinya mereka berolahraga keliling kampung yang didampingi oleh teman saya Hassan, setelah olahraga sarapan dan sikat gigi bersama kami mengadakan acara membagikan masker dilapangan.
Mungkin selama satu bulan kemarin hanya sebatas cerita singkat yang akan terlupakan dengan seiring berjalannya waktu, tetapi setiap kegiatan selama Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukasari khususnya di Kampung Pasir Jeruk dan Kampung Lame akan selalu menjadi cerita indah, pengalaman serta ilmu yang sanagat berharga untuk saya. Banyak npengalaman yang berharga selama Kuliah Kerja Nyata seperti pengalaman mandiri di mana urusan rumah tangga dikerjakan tanpa bantuan orangtua, bersosialisasi dengan orang-orang disekitar yang memiliki adat dan kebiasan yang berbeda-beda. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya adalah pengalaman mengajar di SDN Sukasari 03 yang anak-anaknya sangat luar biasa aktifnya sampai-sampai susah diatur Sampai dipenghujung bulan, selesai sudah Kuliah Kerja Nyata satu bulan kami di Desa Sukasari, rasa sedih pun menghampiri saya. Malam terakhir kami di Desa Pasir Jeruk yaitu ngeliweut bareng warga dari situ rasa kekelurgaannya begitu erat dari mulai masak bareng warga samapai makan dijalan depan rumah dengan rintik-rintikan hujan. Rasanya seperti ada didalam keluarga yang sudah lama kenal. Ketika kami pamit untuk kembali ke Jakarta, wargapun menangis rasanya tidak mau berpisah, dengan mata yang berkaca-kaca kami pun pamit untuk kembali ke Jakata. Sebuah pertemuan mungkin awal yang mudah dari perjuangan yang
| 163 sangat sulit sekalipun tetapi sebuah perpisahan bukan sebuah akhir dari perjuangan saat kita bertemu lagi.