Manusia ada untuk dicintai, bukan untuk digunakan -Budi Nugraha-
PENGABDIAN DI DESA SUKASARI Meilia Putri Zaida
Kuliah Kerja Nyata, Wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi
Mendengar kata KKN (Kuliah Kerja Nyata) awalnya adalah sebuah ilusi. Mengapa ilusi? Karena saya membayangkan belajar, mengabdi, jauh dari orangtua, jauh dari teman-teman seperjuangan di kelas yang saya tempati, jauh dari yang namanya kemewahan karena pasti saya akan ditempatkan di desa yang jauh dari peradaban kota, jauh dari minimarket, dan lain sebagainya. Namun, ilusi itu akan menjadi sebuah kenyataan yang tidak dapat saya hindari, saya harus mengaplikasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. KKN yang dilakukan secara berkelompok, bekerja sama dan bergotong royong ini pun sudah ditentukan oleh pihak Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM) UIN Jakarta. Selama 1 bulan akan bersama dan bekerja sama dengan orang-orang yang sebelumnya tidak saling kenal, tidak tahu satu sama lain, tidak mengerti karakter orang tersebut seperti apa dan lainnya.
Sebelum KKN berlangsung, saya merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang luar biasa karena saya sebagai salah satu mahasiswi jurusan Manajemen, akan datang kesuatu desa dengan membawa amanat yang besar, dituntut untuk menerapkan ilmu yang saya miliki dan yang telah saya peroleh di kampus khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat desa disana, memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. Hati saya bergejolak, rasanya KKN ini harus cepat-cepat berakhir, harus segera dilewati, terlebih saya tidak tahu menahu bagaimana adat istiadat di desa yang akan saya tinggali, kebiasaan, budaya dan sosial masyarakat di desa tersebut. Selain itu, saya harus membangun citra positif karena saya mengemban nama besar kampus saya yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kebersamaan, Bersama dengan Mereka
KKN (Kuliah Kerja Nyata) akan diadakan mulai tanggal 25 Juli hingga 25 Agustus 2016. Waktu yang lama sekali untuk saya jauh dari orangtua. Namun, harus saya harus hadapi dengan semangat. Kabar
baiknya, saya dan kelompok di tempatkan di daerah Bogor, tepatnya di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin. Awalnya saya tidak tahu menahu tempat tersebut, tapi saya optimis tempat ini menjadi tempat suka duka melaksanakan tugas selama 1 bulan disana.
Persiapan KKN ini kurang lebih 4 bulan lamanya, namun karena kesibukan masing-masing individu, persiapan KKN ini terasa kurang bagi saya. Namun saya harus hadapi semuanya, karena permasalahan yang akan muncul harus dihadapi bagaimanapun kondisi dan keadaannya.
Pertama kali saya ikut survei lokasi ke desa pada tanggal 19 Mei 2016, saya dan teman-teman yang ikut survei merasa bingung, arah jalan mana yang harus di lewati agar cepat sampai kesana. Perjalanan menuju lokasi, awalnya indah, jalanannya bagus, tapi setelah mendekati wilayah Bogor, jalanan yang saya dan teman-teman lewati sangatlah rusak, berdebu, berlubang, banyak truk besar pengangkut pasir dan truk-truk besar pengangkut batu. Subhanallah.. saya akan mengabdi di desa yang jalanannya sangat jauh dari kota, jauh dari aspal yang bagus dan mulus. Saya harus melewati dan menghadapi ini selama 1 bulan lamanya, saya harus merasakan kerasnya menghadapi truk-truk besar yang 24 jam tanpa henti bekerja, saya harus menghadapi debu-debu ini selama 1 bulan. Rasanya saya tidak ingin KKN saja…saya mau pulang, saya mau ini semua cepat berakhir.
Setelah 2 jam saya dan teman-teman melakukan perjalanan menuju Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, akhirnya kami sampai juga di kantor Desa Sukasari pukul 13.00 WIB. Seperti ini ya kantor desa di desa, saya baru pertama kali datang, berkunjung dengan maksud tujuan untuk mengabdi di desa ini. Survei pertama kali ini kami hadir untuk memperkenalkan diri untuk kedua kalinya, bahwa kami mahasiswa dan mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud ingin mengadakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Perwakilan dari kelompok kami berbincang-bincang tentang hal itu kepada beberapa aparatur desa yang sedang bertempat di kantor desa. Saya dan teman-teman berencana akan kembali lagi beberapa hari kemudian untuk berkunjung kerumah pak RT di tiap RW di mana tempat kami akan mengabdi. Survei pertama kali yang saya ikuti ini benar-benar melelahkan, karena kami begitu banyak menggali info tentang Desa Sukasari ini. Beruntung bagi kami, salah satu aparatur desa mengusulkan kepada kami untuk memfotokopi saja buku tentang Desa
| 121 Sukasari ini agar lebih mudah dipahami, dan dapat dibaca-baca ketika dibutuhkan. Akhirnya dua teman saya memfotokopi buku tersebut ke tempat fotokopian terdekat, salah satu aparatur desa mengatakan bahwa tempat fotokopi tidak jauh dari sini, hanya tinggal lurus saja. Namun setelah 1 jam berlalu, teman saya yang mendapati tugas untuk memfotokopi tidak kunjung kembali ke kantor desa, dan ternyata jarak yang ditempuh sangat jauh, tempat fotokopi hanya ada di daerah Cicangkal. Menurut saya tempat itu jauh, buktinya teman saya ini harus melakukan perjalanan selama 1 jam untuk fotokopi 1 buku saja.
Subhanallah.. waktu Ashar telah tiba, saya dan teman-teman meminta izin
untuk shalat Ashar terlebih dahulu. Alhamdulillah, di samping kantor desa ada mushalla yang bisa saya dan teman-teman gunakan untuk shalat, dan berlepas penat sejenak. Setelah shalat Ashar, kami meminta salah satu dari aparatur desa untuk mengantarkan kami ke lokasi RW 03 dan RW 04. Namun karena waktu tidak memadai kami untuk survei lokasi, kami hanya survei ke RW 03 saja yang jaraknya lumayan untuk ditempuh dari kantor desa ke RW 03. Sesampainya disana, saya dan teman-teman berkunjung dan bersilaturrahmi memperkenalkan diri kepada ketua RW 03 yang bernama pak Ruhiyat. Kampung yang pak Ruhiyat tempati ini bernama Kampung Pasir Jeruk. Kami berbincang-bincang bermaksud menjelaskan kedatangan kami kesini untuk mengabdi di RW 03. Alhamdulillah pak Ruhiyat sangat terbuka kepada kami, Beliau senang akan kedatangan kami. Selain berbincang-bincang tentang keadaan warga di RW 03 saya dan teman-teman pun meminta untuk dicarikan tempat tinggal yang akan di tempati selama 1 bulan nanti dari tanggal 25 Juli hingga 25 Agustus. Syukur Alhamdulillah tidak sulit bagi kelompok saya untuk mendapatkan tempat tinggal, dan juga tidak jauh dari rumah pak RW. Hari sudah semakin sore, saya dan teman-teman mohon izin untuk pamitan pulang ke Jakarta pada aparatur desa dan pak Ruhiyat untuk melanjutkan survei selanjutnya di kemudian hari. Seperjalanan pulang dari desa, kami mendokumentasikan kegiatan warga desa khususnya di wilayah RW 03 ybanyak dari warganya membuat tusuk sate dari bambu setiap sore, foto-foto jalanan yang rusak dan berdebu sampai keluar dari wilayah Kecamatan Rumpin.
Pada 4 Juni 2016, KKN GERGET, yang merupakan kepanjangan dari Gerakan Edukasi Rakyat Go Excellent Transformation, melakukan survei kembali dan kali ini bersama dosen pembimbing kami Pak Nawawi. Saya,
dan 2 teman saya melakukan perjalanan bersama dengan mobil pak Nawawi. Dan 3 teman saya melakukan perjalanan dengan motornya masing-masing. Perjalanan seperti waktu survei pertama, berdebu, jalanan yang rusak, banyak truk-truk besar yang lewat. Sesampainya di kantor Desa Sukasari Kecamatan Rumpin, pak Nawawi berbincang-bincang kepada beberapa aparatur desa yang sedang berada disana, menitipkan saya dan teman-teman untuk dibimbing dalam melakukan tugasnya nanti selama KKN berlangsung di Desa Sukasari. Selanjutnya saya dan teman-teman kembali survei ke lokasi tempat kami akan mengabdi, karena survei sebelumnya sudah ke RW 03, selanjutnya saya dan teman-teman survei ke RW 04. Sebelumnya pak Nawawi mohon pamit tidak bisa ikut dengan kami untuk ke RW 04 karena ada urusan yang harus di hadiri. Kami ber enam perwakilan dari 11 orang menuju ke lokasi RW 04, jarak yang ditempuh lumayan dari RW 03. Di RW 04 ada sebuah Sekolah Dasar bernama SD Sukasari 03. Sekolah tersebut menjadi salah satu program kerja kami yaitu mengajar. Kami berkunjung ke sekolah tersebut dengan menemui pak Ma’mun salah satu guru di sana yang sudah puluhan tahun mengajar di SD Sukasari 03. Saya dan teman-teman menyampaikan maksud dan tujuan kami datang. Beliau terbuka dengan kedatangan saya dan teman-teman. Beliau menuturkan bahwa di SD Sukasari 03 guru-guru yang sudah PNS (Pegawai Negeri Sipil) hanya 3 orang, sudah termasuk kepala sekolah, dan guru lainnya masih berstatus honorer. Beliau mengajak saya dan teman-teman untuk melihat keadaan kelas, dan saya sangat prihatin melihat keadaan di sekolah tersebut. Atap-atap kelas yang terbuka, meja dan bangku yang menurut saya tidak layak untuk digunakan, lantai yang rusak, papan tulis yang masih menggunakan kapur, dan ternyata 1 kelas bisa ditempati oleh siswanya sampai 50 orang lebih, karena sistem ajar di SD Sukasari 03 ini hanya pagi saja tidak ada kelas siang. Setelah saya dan teman-teman melihat keadaan sekolah, saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan untuk bersilaturrahmi menemui pak RT di RW 04. Seperti yang sudah-sudah, saya dan teman-teman datang kerumah pak Rudi selaku ketua RT 04 RW 04 untuk bersilaturrahmi dan menjelaskan maksud dan tujuan kami datang ke RW 04 yang kampung desa ini bernama kampung Lame. Setelah berbincang-bincang dan waktuyang sudah sore, maka saya dan teman-teman pamit pulang kembali ke Jakarta.
| 123 Hari demi hari, waktu demi waktu, akhirnya tanggal 25 Juli 2016 pun tiba. Tanggal di mana saya akan memulai menempuh kehidupan baru bersama 10 orang teman baru yang akan tinggal bersama dalam 1 atap. Sebelum keberangkatan menuju desa, saya bersama ribuan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan pelepasan di lapangan Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan melakukan upacara pelepasan balon gas ke udara sebagai tanda awal kami dilepas untuk mengabdi kepada masyarakat di desa, tempat lokasi pengabdian. KKN GERGET, berangkat dari kampus menuju desa selepas solat Ashar, dan sampai di tujuan Desa Sukasari, Rumpin selepas adzan Isya. Alhamdulillah akhirnya kami sampai di rumah sewaan yang akan di tempati selama 1 bulan nanti. Tidak ada rasa canggung sama sekali antara kami semua. Ini mungkin karena telah terbentuk sejak kumpul rapat membahas program kerja disetiap pekannya, selalu melakukan survei walaupun tidak semua yang ikut. Saya dan 10 orang teman saya bertempat tinggal di Kampung Pasir Jeruk. Alhamdulillah, tetangga-tetangga sekitar rumah kami sangat senang dan antusias dengan kedatangan kami, karena kami disambut hangat oleh mereka. Mereka begitu terbuka dan sangat ramah menerima kami menjadi tetangga baru.
Sebelumnya saya akan perkenalkan terlebih dahulu mereka yang tinggal bersama dalam 1 rumah. Kelompok kami terdiri dari 5 perempuan dan 6 laki-laki, jumlahnya menjadi 11 orang. 5 perempuan ini ada saya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Rosita dari Fakultas Syariah dan Hukum, Sofi dari Fakultas Sains dan Teknologi, Estri dari Fakultas Adab dan Humaniora, dan Jannah dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selanjutnya 6 laki-laki ada Rista dari Fakultas Syariah dan Hukum, Erik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Hassan dari Fakultas Ushuluddin, Budi dari Fakultas Adab dan Humaniora dan Yudis dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Saya akan menjalani kehidupan baru ini dengan mereka. Mereka yang berbeda latar belakang, sosial, budaya dan karakter masing-masing individu. Kami akan berbaur dalam perbedaan, namun kami akan menciptakan kebersamaan, bersama dengan mereka. Kehidupan baru dimulai sejak malam ini!
Saya ditugaskan untuk menjadi divisi konsumsi dalam setiap kegiatan program kerja yang akan berlangsung di Desa Sukasari tepatnya di RW 03 dan RW 04 dan dalam perihal masak-memasak di rumah. Namun, dalam perihal masak-memasak ini saya dibantu oleh Rosita,
namun keadaan menjadi terbalik, saya yang membantu Rosita karena ia lebih pintar dan handal dalam menyiapkan makanan untuk kami bersepuluh. Terima kasih Rosita, you are my angel. Jika tidak ada Rosita saya tidak tahu untuk masak apa disana. Hehe
26 Juli 2016. Seharusnya pada tanggal ini adalah pembukaan KKN yang dilakukan oleh 3 kelompok yang mengabdi di Desa Sukasari. Namun karena kondisi persiapan yang kurang dan ketidakjelasan dalam pembagian tugas, akhirnya kelompok kami mengusulkan agar di undur menjadi tanggal 27 Juli 2016 dan mengadakan rapat 3 kelompok untuk membicarakan perihal pembukaan KKN. Saya ikut andil dalam pembukaan KKN ini dengan mengajukan diri tampil menjadi saritilawah ayat suci al-Qur’an di acara pembukaan KKN di kantor Desa Sukasari.
27 Juli 2016. Pembukaan KKN dilaksanakan. Walaupun acara ini telat, tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan namun semua berjalan dengan lancar. Acara dilaksanakan mulai pukul 10.00-11.30 WIB. Setelah acara pembukaan selesai, saya dan teman-teman melanjutkan tugas kami yaitu memulai beradaptasi dengan semua tetangga tempat di mana kami tinggal. Memperkenalkan diri kembali kepada masyarakat bahwa saya dan teman-teman tinggal di Kampung Pasir Jeruk, tepatnya di RT 01 untuk belajar serta mengabdi pada masyarakat di Desa Sukasari khusunya di Kampung Pasir Jeruk dan Kampung Lame.
Hari demi hari saya lewati bersama mereka yang sebelumnya tidak kenal satu sama lain, yang belum tahu karakter mereka seperti apa, bagaimana kehidupan mereka sebelumnya dan lainnya. Namun semakin hari, seiring berjalannya waktu, saya mulai harus mengerti satu sama lain, banyak kerikil-kerikil kecil, konflik kecil diantara kami bersebelas, tetapi itu semua harus selalu diselesaikan dengan kepala dingin dan diselesaikan secara baik-baik. Jika tidak, hanya akan menjadi masalah besar yang semakin besar dan penuh dendam. Saya harus mulai terbiasa hidup bersama mereka, tinggal dalam satu atap yang sama.
Setiap hari, banyak aktivitas yang saya lakukan dengan keempat perempuan lainnya dibanding dengan laki-lakinya. Karena ya, mungkin karena persamaan gender menjadikan lebih mudah beradaptasi dengan perempuan dibanding dengan laki-laki. Tidak ada rasa canggung satu sama lain. Semuanya sama, semuanya baik kepada saya. Kami berlima tidur di kamar dan kasur yang sama, sebelum tidur, saya bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing, mulai dari kehidupan keluarga,
| 125 perkuliahan, hingga kehidupan asmara satu sama lain. Ini yang membuat saya merasa begitu dekat dengan mereka. Saya merasakan tidak ada yang ditutupi dari mereka. Mereka terbuka pada saya, dan saya pun percaya dan terbuka pada mereka. Kami berlima berjanji satu sama lain, bahwa jika satu dengan yang lain punya masalah, harus cerita. Tidak boleh di pendam karena hanya akan menyita waktu banyak dan masalah yang ada hanya akan menjadi masalah jika tidak ada solusinya. Dan janji itu di pegang hingga sekarang. Ya sampai masa KKN berakhir.
Ada hal yang harus saya syukuri dari kebersamaan yang saya jalani selama 1 bulan bersama orang-orang yang sebelumnya saya tidak saling kenal. Pertemuan ini akan menjadi cerita yang dapat saya bagikan kepada anak cucu saya nanti. Saya banyak belajar mengenai arti kehidupan selama melakukan perjalanan mengabdi ini. Saya belajar untuk bangun pagi, belajar mengatur waktu, belajar bertukar informasi dengan bahasa yang mudah dipahami, belajar menerima perbedaan pendapat, belajar untuk toleransi, belajar untuk menghargai satu sama lain dan belajar untuk saling mengerti.
Desa Sukasari, Kampung Pasir Jeruk, Kampung Lame
Minggu pertama, kelompok KKN GERGET membuka Taman Baca sekaligus Rumah Pintar. Taman Baca yang dibuka di rumah KKN GERGET awalnya sepi peminat, karena ternyata anak-anak yang berada disana isin (malu, dalam bahasa Indonesia). Banyak dari mereka malu untuk datang, padahal pintu rumah kami selalu terbuka untuk masuk dan membaca dirumah. Namun kami tetap tidak patah semangat. Di minggu pertama ini kami mendekatkan diri untuk mengajakan beberapa anak yang sering main di dekat rumah KKN GERGET, mereka adalah Ainun, Zahra, Ulqi, Inggi, Puji dan Adel. Awalnya pun mereka masih malu-malu dan berbicara hanya sepatah dua kata namun malamnya, mereka kembali datang untuk membaca di Rumah Pintar. Saya dan teman-teman merasa sangat senang karena akhirnya pengunjung taman baca untuk pertama kalinya datang. Hari demi hari, setiap siang hingga malam, rumah Pintar sekaligus Taman Baca KKN GERGET tidak pernah sepi dari anak-anak yang ingin belajar, dan membaca. Saya turut senang dan merasakan kebahagiaan mereka. Mulai belajar matematika, bahasa inggris, belajar menari, mengaji, membaca buku-buku sekolah dan majalah dan kegiatan positif yang dapat dilakukan dirumah Pintar. Sampai setiap harinya saya
dan yang lain kewalahan, karena semakin hari semakin ramai dan sampai bingung harus ditempatkan di mana lagi mereka yang datang kerumah Pintar.
Minggu kedua, kami mengadakanpemberdayaan masyarakat dengan menggelarseminar kewirausahaan pengolahan limbah sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaaat. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, saya adalah divisi konsumsi, artinya saya ikut andil dalam acara ini dalam hal mencari konsumsi untuk dibagikan di acara nanti. Awalnya saya bingung harus pesan apa yang enak dan mengenyangkan. Teman saya, Jannah mengusulkan bahwa pesan donat saja di ibunya Ainun dan Zahra, karena kedua anak ini setiap pulang sekolah berjualan donat keliling. Saya melakukan negosiasi dengan ibu Ainun dan Zahra, sampai akhirnya mencapai kesepakatan dan langsung membayar sejumlah uang untuk memesan donat tersebut. Selain saya andil dalam hal konsumsi, saya juga mengajukan diri sebagai pembaca kalam Illahi ayat suci Al-Quran yang berhubungan dengan tema acara ini. Saya senang karena saya dapat berkontribusi selain membantu menyiapkan konsumsi. Seminar ini diadakan di Majlis RW 03 Kampung Pasir Jeruk, Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Bogor. Antusias warga yang hadir mencapai lebih dari 50 orang. Alhamdulillah acara pertama yang diadakan dengan peserta ibu-ibu sekitar sukses terlaksana dan terealisasikan. Di minggu kedua ini juga sudah dimulai kegiatan mengajar di SD Sukasari 03, Kampung Lame RW 04. Saya dan Rosita mendapat tugas mengajar di kelas 4. Sungguh luar biasa, karena untuk pertama kalinya saya merasakan menjadi seorang guru SD, yang mengajari anak-anak berjumlah 56 anak dalam 1 kelas. Awalnya sangat lelah karena suara kami berdua pun tertandingi dengan suara 56 orang anak dalam 1 kelas. Namun lama kelamaan, saya mulai terbiasa dengan keadaan ini dan pelan-pelan membuat kelas disiplin rapi, tidak berisik dan menghargai guru yang sedang berbicara menjelaskan di depan.
Minggu ketiga program kerja selanjutnya adalah pembuatan marka jalan dan mengajar di Madrasah Diniyyah yang berada di Kampung Lame RW 04. Awalnya saya pesimis untuk berkontribusi mengajar di Madrasah karena lokasi yang lumayan jauh dari tempat tinggal kami di Kampung Pasir Jeruk. Namun saya berkata pada Rista (ketua KKN GERGET) bahwa saya ingin dan siap untuk mengajar di Madrasah, karena saya cukup mampu untuk mengajar mengaji dan ilmu agama. Saat
| 127 saya dan Rista berkunjung kesana dan mengajukan diri untuk ikut membantu dalam mengajar disana diterima terbuka dan sangat senang sekali ketika kami berdua datang. Ibu bercerita bahwa di madrasah hanya 2 orang pengajar, kami tidak di gaji, kami hanya mencari ridho Allah dalam mengajar ini. Hati saya bergetar, masih ada orang seperti kedua Ibu ini mengajar tanpa di gaji dengan uang. Mengajar di madrasah ini dilakukan pada siang hari pukul 14.00 hingga pukul 16.00 WIB. Setiap harinya saya mengajar mengaji dan ilmu agama yang bergantian, seperti mengajar Akidah Akhlak, Fiqih, dan baca tulis Al-Quran serta mengaji bersama-sama setiap awal kelas. Saya merasa bahagia karena saya mengingat kembali keadaan seperti ini ketika saya TPA dulu dan sekarang saya menjadi seorang pengajar disini.
Minggu keempat, program kerja selanjutnya adalah perayaan HUT RI yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2016, turnamen sepak bola, dan Happy Camp yang dilaksanakan di SD Sukasari 03. Pada acara perayaan HUT RI, kami KKN GERGET berkontribusi penuh dalam perayaan ulang tahun Indonesia ini. Kami menjadi panitia pelaksana di RT 01 tepatnya di wilayah kami tinggal, Kampung Pasir Jeruk. Sebelum hari H, saya, Sofi, Piqri, Budi dan Rista sebagai perwakilan dari kelompok KKN GERGET ikut meminta donasi sumbangan dalam memeriahkan acara 17 an ini kepada warga sekitar RT 01 bersama pak Dedi, salah satu warga yang aktif dan mudah bersosialiasi dengan masyarakat. Kami meminta sumbangan dari rumah kerumah, berjalan kaki dengan menikmati panas teriknya matahari pada siang itu. Keesokan harinya pak Dedi datang ke rumah membawakan beberapa baran yang akan menjadi hadiah perlombaan nanti dan daftar usulan perlombaan apa saja yang akan