• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.05/2005 tanggal 3 Maret 2005, terhitung sejak tanggal 18 April 2005 jenis kewajiban bank umum yang dijamin berdasarkan Program Penjaminan Pemerintah meliputi giro, tabungan, deposito berjangka dan pinjaman yang diterima dari bank lain dalam bentuk transaksi Pasar Uang Antar Bank.

Based on the Ministry of Finance Decree No. 17/PMK.05/2005 dated March 3, 2005, effective as of April 18, 2005, the Government guarantee program covers demand deposits, savings, time deposits and deposits from other banks from money market interbank transactions.

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-undang No. 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Berdasarkan Undang-undang tersebut, LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang tersebut berlaku efektif sejak tanggal 22 September 2005 dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.

On September 22, 2004, the President of the Republic of Indonesia has approved Law No. 24 regarding “Lembaga Penjamin Simpanan” (LPS).

Based on the Law, LPS guarantees customer deposits and involves actively in maintaining the banking system stability according to its authority.

The Law is effective September 22, 2005 and since then it officially operates.

47. MANAJEMEN RISIKO 47. RISK MANAGEMENT

Manajemen risiko dan pengawasan pada Perusahaan dimulai dari Risk Oversight Committee (ROC) pada tingkat Dewan Komisaris, yang melakukan review atas pengaturan aktivitas-aktivitas manajemen risiko, menyetujui perumusan kebijakan manajemen risiko dan mendelegasikan wewenang pengawasan kepada Dewan Direksi serta Risk Management Committee (RMC) dan Asset & Liability Committee (ALCO).

Risk management and supervision at the Company begins with the Risk Oversight Committee (ROC) of the Board of Commissioners, which reviews the governance of risk management activities, approves the formulation of risk management policies and delegates the day-to-day risk oversight and management to the Board of Directors, Risk Management Committee (RMC) and the Asset &

Liability Committee (ALCO) of the Board of Directors.

Profil Risiko Risk Profile Secara berkala, Perusahaan juga telah membuat

profil risiko yang secara garis besar dapat mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki oleh Perusahaan berdasarkan 8 (delapan) jenis risiko sesuai ketentuan Bank Indonesia.

On regular basis, the Company prepares risk profile that reflects the Company’s risk in accordance with Bank Indonesia’s 8 (eight) types of risks.

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dikelola baik pada tingkat transaksi maupun portofolio.

Pengelolaan risiko kredit dirancang untuk menjaga independensi dan integritas proses penilaian risiko.

Credit Risk

Credit risk is the risk of loss resulting from the defaulting obligor or counterparty. This is managed both at the transaction and portfolio levels. Credit risk management practices are designed to preserve independence and integrity of the risk assessment process.

Metode pemberian kredit Perusahaan meliputi: The Company’s credit granting process includes:

1. Pengembangan pagu kredit secara keseluruhan pada tingkat para debitur perseorangan dan counterparties, dan kelompok debitur dan counterparties yang terkait untuk eksposur pada on-balance sheet dan off-balance sheet;

1. Development of overall credit limits at individual borrowers and counterparties level, and a group of connected borrowers and counterparties for both on-balance sheet and off-balance sheet exposures;

2. Kapasitas pembayaran kembali dan integritas debitur serta counterparties;

2. Repayment capacity and integrity of the borrowers and counterparties;

3. Persyaratan keuangan yang mengikat; 3. Requirements for financial covenants;

4. Penggunaan jaminan; dan 4. Use of collateral; and

5. Penilaian atas kondisi ekonomi dan industri. 5. Assessment of economic and industry conditions.

Perusahaan juga mengembangkan serta menerapkan kebijakan dan proses persetujuan kredit yang antara lain mencakup:

The Company also develops and implements policies and processes for the granting of credit, which among others covers:

1. Merumuskan wewenang persetujuan yang jelas untuk pemberian pinjaman;

1. Clearly-defined authorities for credit approvals;

2. Dalam batasan-batasan persetujuan yang didelegasikan, Risk-Taking-Unit adalah independen dan bertanggungjawab untuk mengelola seluruh kegiatan bisnisnya; dan

2. Within delegated approval limits, the Risk-Taking-Units are independent and responsible for managing all business activities; and

3. Fungsi pengawasan risiko kredit yang independen pada Direktorat Manajemen Risiko.

3. An independent credit risk oversight function within the Risk Management Directorate.

Market risk is the potential for losses to the Company resulting from adverse changes in interest and foreign exchange rates in the financial markets in which the Company operates. Market risk is inherent in most of the Company’s operating positions and/or activities, in the banking book and in the trading book.

Risiko Kredit (lanjutan) Credit Risk (continued) Perusahaan telah mengimplementasikan credit

risk management yang mencakup penetapan proses dan kebijakan kredit, pengaturan limit dan mengevaluasinya secara berkala, penggunaan Credit Risk Rating untuk kredit komersial/korporasi dan Credit Scoring untuk kredit konsumsi, mengevaluasi kebijakan dan prosedur kredit untuk memastikan bahwa seluruh risiko yang mungkin timbul dari kegiatan pemberian kredit telah tercakup, serta menerapkan prinsip “Four Eyes Principles” secara konsisten. Perusahaan juga telah melaksanakan pemantauan portfolio kredit secara periodik (bulanan) untuk disampaikan kepada manajemen senior dan Dewan Komisaris.

The Company has implemented credit risk management, incorporating set-up of processes and credit policies, stipulation of limits and regular evaluation, development of Credit Risk Rating for commercial/corporate, Credit Scoring for consumer credit, evaluation of credit procedures and policy to ensure that total risk which may arise from credit provision has been covered, and also applying of the “Four Eyes Principles" consistently.

The Company has also implemented the process of monitoring the total credit portfolio periodically (on a monthly basis) which is to be submitted to senior management and Board of Commissioners.

Untuk memfasilitasi penilaian risiko dari debitur korporasi dan komersial, Perusahaan melakukan pemantauan terhadap seluruh aspek dari debitur dan sektor industrinya. Unit Manajemen Risiko melakukan pemantauan portofolio yang dimiliki Perusahaan secara berkesinambungan. Informasi yang relevan disampaikan kepada unit bisnis untuk mendukung pelaksanaan penilaian risiko.

To facilitate risk assessment of corporate and commercial debtors, the Company monitors all aspects of the debtors and their industrial sector.

The Risk Management Unit conducts ongoing monitoring of the portfolio. Relevant information is submitted to the business unit to support execution of the risk assessment.

Perusahaan mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit.

Perusahaan juga telah menetapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.

The Company measures and monitors risk for every debtor either individually, or the economic sector as well as the entire credit portfolio. The Company has also implemented procedures and standards to support the process of granting credit by considering risk and return.

Risiko Pasar

Risiko pasar adalah potensi timbulnya kerugian bagi perusahaan karena adanya perubahan yang tidak menguntungkan dalam tingkat bunga dan nilai tukar valas di pasar uang dimana Perusahaan beroperasi. Risiko pasar adalah melekat pada hampir seluruh kegiatan dan aktivitas Perusahaan baik di banking book maupun di trading book.

Market Risk

Risiko Pasar (lanjutan) Market Risk (continued) Untuk mengelola risiko suku bunga di Banking

Book, pada saat ini telah dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode Static Repricing Gap dimana aktiva yang akan di-reprice dalam suatu periode tertentu akan dikurangi dengan pasiva yang akan di-reprice dalam periode yang sama untuk menghasilkan net repricing gap untuk periode waktu tersebut. Pada umumnya gap positif akan menghasilkan kenaikan pendapatan bunga jika suku bunga naik dan akan menghasilkan penurunan pendapatan bunga jika suku bunga turun. Pada saat ini sedang dilakukan installment suatu sistem yang akan digunakan untuk mengelola risiko pasar di Banking Book sehingga pada masa yang akan datang pengukuran risiko suku bunga tersebut dapat dilakukan dengan lebih komprehensif dan advance.

For managing the interest rate risk in the banking book, currently interest rate risk is measured by Static Repricing Gap. Assets that would reprice over a certain time interval are subtracted from the liabilities that would reprice in the same period to produce the net repricing gap for that time interval.

In general, a positive gap signifies an increase in interest income if the interest rate increases and a decrease in interest income if interest rate decreases. Currently, the system for managing the interest rate in the banking book is in process to install, hence in the next future the measurement will apply more comprehensive and advance.

Sementara itu untuk risiko valuta asing, Perusahaan mengatur batasan-batasan risiko (risk limits) termasuk transaksi maksimum, PDN maksimum dan batasan kerugian yang tidak boleh diteruskan serta batasan-batasan lainnya yang diterapkan untuk meminimalkan risiko kerugian yang mungkin timbul akibat pergerakan tingkat suku bunga yang tidak menguntungkan. Untuk mengelola posisi-posisi trading book Perusahaan telah menetapkan kebijakan-kebijakan dan limit-limit yang memadai sehingga potensi kerugian dapat dikendalikan. Untuk pengukuran risiko pasar di trading book telah dilakukan dengan metode standar yang telah diatur oleh regulator dan pada saat ini sedang dikembangkan metode internal yang akan mengukur risiko pasar dengan lebih objektif.

Meanwhile, for foreign exchange risk, the Company stipulates risk limits including maximum transactions, maximum NOP and stop loss limits, as well as other limits which are applied to minimize possible risk arising from the adverse movement of rates. For managing the trading book position, the Company has applied the policies and limits in order to minimize the potential loss arises from trading book. Currently, for measuring the trading book position, the Company uses the standard model which have been decided by the regulator and are in process for developing the internal model to measure the market risk in the trading book more objectively.

Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah potensi timbulnya kerugian akibat dari ketidakmampuan Perusahaan dalam membayar penarikan oleh nasabah, mendanai pertumbuhan aktiva dan memenuhi kewajiban sesuai kontrak melalui akses tak terbatas untuk pendanaan pada tingkat suku bunga pasar yang layak pada umumnya.

Liquidity Risk

Liquidity risk is the potential for losses as a result of the Company’s inability to accommodate withdrawals, fund asset growth and otherwise meet contractual obligations through generally unconstrained access to funding at reasonable market rates.

Risiko Likuiditas (lanjutan) Liquidity Risk (continued) Permasalahan likuiditas di Perusahaan pada

umumnya relatif sama dengan permasalahan likuiditas bank-bank di Indonesia yaitu memiliki risiko ketidakcocokan saat jatuh tempo (mismatch) dari sisi likuiditas, karena sebagian besar kewajiban bersifat jangka pendek (< 3 bulan) sedangkan aktivanya memiliki tenor yang lebih panjang. Tetapi perusahaan telah melakukan evaluasi atau mereview (5 tahun ke belakang) untuk melihat tingkat fluktuasi likuiditas, tingkat stabilitas dana pihak ketiga yang dimiliki, dan hasilnya menunjukkan bahwa 50% dari dana pihak ketiga yang dimiliki adalah merupakan saldo inti (core balance) walaupun bersifat jangka pendek.

Dalam pengelolaan risiko likuiditas, pengukuran risiko likuiditas dilakukan melalui beberapa rasio-rasio likuiditas dan Maximum Cash Outflow (MCO) dan menetapkan limit-limitnya sehingga kondisi likuiditas bisa dimonitor secara cepat dan objektif.

The liquidity problem in the Company are generally the same as the problem for all banks in Indonesia whereby there has been a mismatch of maturity risk from liquidity side, because most liabilities are short term (< 3 months) while assets have a longer tenor. Based on such risk, the Company has evaluated and reviewed (the preceeding 5 years) in order to look at the liquidity fluctuation levels, third party funds stability levels, and the result indicates that 50% of third party funds represent core balances although these are short term. In managing liquidity risk, measurement is performed by using certain liquidity ratios and Maximum Cash Outflow (MCO), and also applies limits in order to monitor liquidity risk closely and objectively.

Kebijakan tentang Liquidity Contingency Plan juga telah dibuat, yang merupakan pedoman dan prosedur tertulis untuk menjalankan kegiatan usaha dalam situasi darurat.

Policies for the Liquidity Contingency Plan have also been established, which represent procedures and written guidelines to run its business activity in an emergency situation.

Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia, proses, sistem dan kejadian-kejadian diluar Perusahaan.

Operational Risk

Operational risk is the potential for loss resulting from events involving people, processes, systems and external events.

Dalam rangka menjaga pengelolaan risiko Perusahaan, risk-taking-unit bertanggungjawab atas seluruh risiko yang terjadi di unitnya masing-masing termasuk risiko operasional. Cara pengendalian risiko-risiko tersebut telah diatur melalui kebijakan bank secara menyeluruh, kebijakan dan prosedur pada masing-masing unit, serta metode-metode pengendalian dan pemantauan yang ada.

In keeping with the Company’s risk management governance, the risk-taking-units are responsible for all the risks within the business, including operational risks. Such risks are managed through bank-wide policies, risk taking unit specific policies and procedures, controls and monitoring tools.

Risiko Operasional (lanjutan) Operational Risk (continued) Manajemen risiko operasional, berjalan dalam

kaitannya dengan risk-taking-unit, telah mengembangkan tiga cara utama untuk membantu mengelola, memantau dan mengikhtisarkan risiko operasional, yaitu:

Operational Risk Management, working in conjunction with the risk-taking-units has developed three key tools to help manage, monitor and summarize operational risks. They are:

1. Self Risk Assessment, yaitu sarana yang digunakan oleh unit-unit kerja untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengalihkan sumber-sumber risiko operasional secara mandiri. Metode ini juga digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki pemahaman kepada personil kantor cabang akan pentingnya manajemen risiko serta menegaskan bahwa aktivitas mereka akan selalu dipantau oleh Divisi Manajemen Risiko.

1. Self Risk Assessment, which is a medium used by work units to identify, measure and mitigate sources of operational risk independently. This method is also used as a medium to improve the understanding of the branch’s office personnel on the importance of risk management and also affirm that their activities will always be monitored by the Risk Management Division.

2. Key Risk Indicators, yang merupakan serangkaian parameter pengukuran kuantitatif yang mengindikasikan tingkat risiko pada suatu fungsi/proses/bisnis dengan tujuan agar potensi risiko manajemen dapat teridentifikasi melalui analisa dari trend statistic individual, juga melalui control environment yang tercermin dari data-data.

Diharapkan penyimpangan–penyimpangan dapat teridentifikasi secara dini, serta dapat diperbaiki sebelum permasalahan tersebut berkembang menjadi lebih serius.

2. Key Risk Indicators, a quantitative Operational Risk measures that indicate the level of risk in a particular area of a business or function or process, with the purpose of identifying potential Operational Risks through analysis of trends in individual statistics as well as the control environment implied by all data. Any deficiency is identified at an early stage and appropriate remedial action is taken before the issue develops into a serious problem.

3. Loss Event Database Report, yaitu sarana yang digunakan untuk mengadministrasikan kejadian atau kerugian yang disebabkan oleh risiko operasional. Akan merupakan sumber utama yang digunakan untuk analisa data kerugian dan pelaporannya.

3. Loss Event Database Report, which is a medium used for the administration of occurrence or loss data caused by operational risk. To be the primary source used for the Bank’s operational risk loss data analysis and reporting.

Hasil dari penggunaan cara-cara tersebut diatas telah disampaikan kepada manajemen eksekutif dan senior manajemen melalui “Operational Risk Management quarterly report” dan “Operational Risk Management Committee” (ORMC) meeting setiap triwulan untuk memantau dan mengantisipasi risiko operasional yang mungkin timbul.

The results of the usage of the methods above are submitted to the executive management and senior management through “Operational Risk Management quarterly report” and “Operational Risk Management Committee” (ORMC) meeting is held to monitor and anticipate the operational risks which may arise.

Untuk risiko-risiko operasional yang lain, Perusahaan telah melakukan hal-hal sebagai berikut:

For other operational risks, the Company has undertaken the following:

1. Perusahaan telah membentuk unit Strategic dan Corporate Planning serta menerbitkan

1. The Company has formed a Strategic and Corporate Planning unit and has published a

Risiko Operasional (lanjutan) Operational Risk (continued) 2. Perusahaan juga telah mendefinisikan

kebijakan untuk mengelola risiko reputasi dan sejak tahun 2004, telah melakukan pemantauan media secara harian melalui Divisi Komunikasi dan Biro Direksi secara harian.

2. The Company also has a defined policy to manage reputation risk and since 2004, has conducted daily media monitoring through the Communications and Office of the Board Division.

3. Untuk risiko kepatuhan, Perusahaan telah melakukan pemantauan secara bulanan dan melaporkannya kepada manajemen senior.

Perusahaan juga telah mengimplementasikan dan mensosialisasikan kebijakan yang

terdefinisikan mengenai Code of Ethics, Know Your Customer dan Anti Money Laundering.

3. For compliance risk, the Company has conducted monthly monitoring and report to senior management. The Company has also implemented and socialized a defined policy of Code of Ethics, Know Your Customer and Anti Money Laundering.

4. Telah dibentuk juga unit khusus untuk memantau efektifitas penerapan ketentuan prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer) dan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang (Anti Money Laundering).

4. A special unit has also been formed to monitor the effectiveness of applying the Know Your Customer principle and of the Anti Money Laundering regulations.

Dalam rangka menerapkan Good Corporate Governance, Know Your Customer dan memantau bahwa kegiatan operasional Perusahaan telah mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak otoritas, Perusahaan telah melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

In order to implement Good Corporate Governance, Know Your Customer and monitor that the Company’s operational activities have been in compliance with regulations which have been specified by the regulatory authority, the Company has taken the following actions:

1. Mengimplementasikan audit berdasarkan risiko (risk-based audit approach).

1. Implemented Risk-Based Audit Approach.

2. Meningkatkan kualitas internal auditor dengan mengadakan pelatihan secara berkala.

2. Improved internal auditor quality by performing periodical training.

3. Melaksanakan pemantauan hasil audit dan kepatuhan sedini mungkin dengan menerapkan administrasi pengarsipan yang baik.

3. Executed monitoring of compliance and audit results as early as possible by applying good archive administration.

4. Menerapkan budaya kepatuhan pada tingkat organisasi dengan memberikan informasi peraturan-peraturan perbankan bagi setiap unit kerja/cabang.

4. Incorporated a compliance culture at organizational level by providing information on banking regulations to every work unit/branch.

5. Mengaktifkan dan meningkatkan kualitas kerja BQA (Branch Quality Assurance) pada setiap cabang.

5. Activated and improved the functional quality of BQA (Branch Quality Assurance) in each branch.

6. Menerapkan proses sentralisasi untuk mengkoordinasikan dan menerapkan kebijakan serta prosedur Know Your Customer dengan membangun suatu sistem pelaporan dan pemantauan yang berbasis risiko transaksi nasabah.

6. Applied centralized processes to coordinate and apply policies and Know Your Customer procedures by developing a reporting and monitoring system based on client transaction risk.

REKLASIFIKASI AKUN ACCOUNTS