• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NUTRIS

16.1. Analisis karbohidrat Karbohidrat merupakan salah sa-

16.1.1 Jenis pengujian karbohidrat

16.1.1.1 Gula pereduks

Penetapan gula pereduksi dilaku- kan dengan metode :

16.1.1.1.1 Lane-Eynon

Pengukuran gula pereduksi de-

kan secara volumetrik. Biasanya digunakan untuk menentukan laktosa (anhidrit atau mono- hidrat), glukosa, fruktosa, maltosa (anhidrit atau monohidrat) dan lainnya.

Penetapan gula pereduksi dida- sarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukan dengan meng- hilangnya warna metilen biru, karena kelebihan gula pereduksi di atas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi semua temba-ga. Larutan pereaksi yang digunakan dalam analisis gula pereduksi menggunakan metode Lane-Ey- non adalah :

1. Larutan tembaga sulfat

Larutkan 34.639 g CuSO4. 5H2O dalam air. Encerkan sampai 500 ml dan disaring dengan kertas saring. Tentu- kan kadar tembaga, larutkan sehingga mengandung 440.9 mg Cu/25 ml

2. Larutan tartrat basa

Larutkan 173 g garam Ro- chelle dan 50 g NaOH dalam air, sencerkan sampai 500 ml. Biarkan 2 hari dan saring melalui asbes.

3. Larutan Fehling yang telah distandarisasi.

pembuatannya dengan men- campurkan ke dalam Erlen- meyer masing-masing 100 ml larutan tembaga sulfat dan tartrat basa. Pindahkan 10 ml ke dalam Erlenmeyer 125 ml. Tambahkan ke dalamnya 20 ml air dan kemudian larutkan 7 ml larutan dekstrosa stan-dar. Letakan Erlenmeyer pa-da alat pemanas (hot plate) dan didihkan. Tambahkan ke dalamnya 3 – 4 tetes larutan metilen biru 0.2%. Titrasi la- rutan Fehling di atas dengan larutan dekstrosa standar sampai metilen biru tidak berwarna dan titik akhir warna merah bata terlihat. Selama titrasi, Erlenmeyer selalu di- goyang dan penambahan larutan dekstrose diatur sede- mikian rupa sehingga titrasi diselesaikan dalam waktu kira- kira 2 menit. Ulangi stan- darisasi di atas sebanyak dua kali.

4. Larutan dekstrosa standar Larutkan 1.5 g asam ben- zoate dalam 800 ml air mendidih, dinginkan sampai suhunya menjadi 25 – 30oC, kemudian tambahkan 5000g dekstrosa, dan encerkan kembali sampai volume 1 liter. 5. Larutan metilen biru 0.2 %

dalam air

Peralatan yang digunakan

a. Erlenmeyer 125 ml dan 300 ml b. Gelas ukur 50 ml c. Hot plate d. Buret e. Labu ukur 100 ml; 500 ml, dan 1000 ml f. Penangas air

g. Kertas saring Whatman No. 2

Konversi gula-gula

a. Pindahkan masing-masing 50 ml filtrat (bebas Pb) dari persiapan sampel di atas ke dalam dua buah labu ukur 100 ml. Tambahkan 20 ml air dan 10 ml HCl (berat jenis 1.18) b. Letakkan labu ukur tersebut

dalam penangas air pada 60 o

C dan goyang-goyangkan dengan konsisten selama 3 menit. Biarkan labu dalam penangas selama 7 menit lagi. Setelah itu segera letak-kan labu dalam air 20 oC dan dinginkan.

c. Netralkan isi labu dengan NaOH dan tepatkan volume-nya sampai 100 ml dengan air. Jika endapan terbentuk, saring dengan kertas saring.

d. Dengan menggunakan sampel ini lakukan penetapan gula pereduksi seperti dijelaskan pada prosedur.

Penetapan sampel

1. Siapkan sampel seperti pada prosedur persiapan sampel (A).

2. Isi labu Erlenmeyer dengan 10 ml filtrat yang didapat dari persiapan sampel. Tambah- kan 10 ml larutan Fehling dan

5 ml larutan ekstrosa standar. Titrasi campuran ini dengan larutan dekstrosa standar se- perti pada standarisasi larutan Fehling di atas dalam waktu dua menit (Tambahkan indi- kator metilen biru. Warna biru dari larutan Fehling akan menjadi muda pada saat akan mendekati titik akhir titrasi) 3. Hitung % gula pereduksi se-

bagai dekstrosa dari titer penetapan larutan standar, blanko, dan sampel.

16.1.1.1.2 Shaffer-Somogyi I Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan sampel yang me- ngandung sedikit gula pereduksi. Prinsip dasar dari metode Shaffer – Somogyi I adalah sebagai berikut :

Gula pereduksi akan mereduksi Cu++ menjadi Cu+. Selanjutnya Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu++ kembali. Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3. De-ngan menggunakan blanko, ma-ka kadar gula pereduksi dalam sampel dapat ditentukan.

Senyawa pereaksi yang diguna- kan adalah :

1. Larutam tembaga sulfat

2. Larutkan 100 g CuSO4.5H2O dalam air. Tepatkan volume- nya menjadi 1000 ml.

3. Larutan Kalium Iodat 0.1 N. 4. Larutkan 3.567 g KIO3 dalam

air. Tepatkan volumenya menjadi 1000 ml

5. Pereaksi Shaffer dan Somog-yi 6. Larutkan 25 g Na2CO3 anhidrat dan 25 g garam Rochelle (NaK tartarat) dalam 500 ml air pada gelas piala. Tambahkan 75 ml larutan tembaga dalam 20 g

Natrium bikarbonat. Penambahan di-lakukan sambil diaduk-aduk dengan stirer. Setelah selu-ruh bahan larut, pindahkan kedalam labu takar 1000 ml. Tambahkan 250 ml KIO3 0.1 N, tepatkan sampai tanda tera dengan air, saring. Simpan semalam sebelum digunakan.

7. Larutan Iodat-Kalium oksalat 8. Larutkan 2.5 g KI dan 2.5 g

kalium oksalat dalam air. Encerkan sampai volumenya 100 ml. Buat baru setiap minggu jika akan digunakan. 9. Larutan Natrium Tiosulfat

standar

10. Larutkan natrium tiosulfat sta- ndar sehingga diperoleh la- rutan natrium tiosulfat 0.005 N. Buat setiap kali akan di- gunakan dari larutan stok standar Na2S2O3 0.1 N.

11. Larutan asam sulfat 2 N (1 M) 12. Larutan pati 1 % untuk in-

dikator

Peralatan yang digunakan : 1. Penangas air

2. Hotplate stirrer 3. Buret

4. Tabung reaksi

5. Labu takar 100 ml hingga 1000 ml.

6. Gelas piala 7. Erkenmeyer 50 ml

8. Gelas ukur 9. Pipet 5 ml Cara Kerja :

1. Siapkan sampel sesuai dengan prosedur persiapan sampel

2. Pipet 5 ml larutan yang mengandung 0.5 – 2.5 mg dektrose ke dalam tabung reaksi ukuran 25 x 200 mm (jika ada lebih baik gunakan Erlenmeyer 50 ml, karena lebih memudahkan pada wak-tu titrasi)

3. Tambahkan 5 ml pereaksi shaffer-somogyi, campur sampai merata. Siapkan juga blanko dengan mencampur- kan 5 ml air dengan 5 ml pereaksi shaffer-somogyi. 4. Tutup tabung reaksi (Erlen-

meyer) dengan menggunakan corong atau penutup lainnya. Panaskan dalam penangas air 100 oC selama 15 menit.

5. Dinginkan dalam air mengalir selama 4 menit secara hati- hati.

6. Angkat corong dari tabung rekasi, tambahkan 2 ml larutan iodida oksalat melalui bagian sisi dari tabung reaksi.

7. Tambahkan 3 ml H2SO4 2N. Jangan dikocok. Goyangkan perlahan-lahan sampai dapat dipastikan seluruh Cu2O larut dan biarkan rendam dalam air dingin selama 5 menit. Laku- kan dua kali penggoyangan selama perendaman.

8. Titrasi dengan Na2S2O3 0.0005 N dan gunakan pati sebagai indikator.

9. Kurangi hasil titrasi blanko dengan hasil titrasi sampel kemudian volume titer bersih ini digunakan untuk menen- tukan jumlah dekstrosa (gula pereduksi) dalam 5 ml larutan sampel berdasarkan perihitu- ngan berikut :

mg dekstrosa = 0.1099 x ml Na2S2O3 0.005 N + 0.048

10. Buat juga kontrol dengan menggunakan sejumlah larut- an dekstrosa yang sudah diketahui konsentrasinya de- ngan tepat. Lakukan koreksi terhadap rumus perhitungan yang diberikan.

11. Untuk menetapkan gula non pereduksi dan total gula, ambil 25 ml filtrat dari hasil persiapan sampel, masukan ke dalam labu takar 50 ml, lalu tambahkan 5 ml HCl (1 + 1). Biarkan pada suhu kamar selama 24 jam. Netralkan de- ngan NaOH, tepatkan volume sampai tanda tera. Dengan menggunakan larutan ini, lakukan penetapan dekstrosa seperti pada tahap 1 sampai dengan 10.

16.1.1.1.3 Shaffer-Somogyi II Larutan Pereaksi yang digunakan adalah :

a. Larutan tembaga sulfat

Larutkan 40 g garam Rochel- le, 28 g disodium fosfat

anhidrous dan 4 g NaOH da- lam 700 ml H2O. Larutkan 8 g CuSO4 kristal dalam 80 – 90 ml H2O kemudian campurkan ke dalam larutan sebelumnya, aduk. Larutkan 180 g Na2SO4 anhydrous ke dalam campur- an, encerkan campuran men- jadi 1000 ml. Biarkan 1 – 2 hari dan saring bila perlu. b. Larutan potassium iodat

- Larutkan 3.566 g KIO3 da-lam H2O, tepatkan volume-nya menjadi 100 ml

- Larutan potassium iodat 2.5 %.

- Tambahkan 1 – 2 g Na2CO3 per liter untuk menstabilkan c. Larutan Sodium thiosulfat

0.005N.

- Siapkan dengan pengence- ran yang tepat dari larutan stok 0.1 N.

- Indikator pati 1 % dalam air - Asam sulfat 1 M

Peralatan yang digunakan a. Penangas air

b. Waring blender c. Buret

d. Tabung reaksi 25 x 200 mm

Cara Kerja :

- Persiapkan sampel seperti pada persiapan sampel untuk penetapan karbohidrat

- Masukkan 5 ml pereaksi tem- baga sulfat, larutkan KIO3 (jumlahnya tergantung kan- dungan gula dalam sampel) dan 5 ml sampel yang me-

ngandung 0.2 – 3 mg gula pereduksi ke dalam tabung reaksi 25 x 200 mm. Jika sampel mengandung 2 – 3 mg gula pereduksi per 5 ml sampel, gunakan 25 ml KIO3, jika 0.5 – 1 mg per 5 ml gunakan 10 ml dan jika kurang dari 0.5 mg gunakan 5 ml KIO3.

- Dinginkan dan tambahkan la- rutan KI. Jumlah larutan KI yang ditambahkan tergantung jumlah KIO3 yang digunakan. Bila jumlah KIO3 5, 10, atau 25 ml, maka jumlah KI yang ditambahkan 0.5, 1, atau 2 ml. Biarkan larutan KI turun melalui dinding tabung reaksi tanpa pengocokan.

- Tambahkan kira-kira 1.5 ml H2SO4 1M secara cepat dan langsung ke dalam larutan dengan pengocokan.

- Titrasi dengan Na2S2O3 0.005 N sampai berwarna kuning. Tambahkan indikator pati, lanjutkan titrasi sampai tercapai titik akhir.

- Buat blanko dengan meng- gantikan 5 ml sampel dengan 5 ml akuades.

- Hitung kadar gula pereduksi sampel sebagai persen dek- strosa. Satu mg dekstrosa memerlukan 7.4 ml Na2S2O3 0.005 N. Tetapi akan lebih tepat jika mebuat standar. Buatlah masing-masing larut- an standar glukosa yang me- ngandung 0.2 – 3 mg per 5 ml. Lalu lakukan tahap 2 – sampai dengan tahap 6 se-perti pada

penetapan sampel. Hitung kadar gula pereduksi sampel ini berdasarkan stan-dar yang dibuat.

- Jika ingin menetapkan total gula (pereduksi + non pere- duksi), lakukan tahap hidro-lisa seperti pada metoda Sha-ffer- Somogyi I kemudian laku-kan tahap 2 sampai tahap 6.

16.1.1.2 Gula non pereduksi