• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakekat Demokrasi Sebagai Sistem Pemerintahan

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 162-165)

GOOD GOVERNANCE (PEMERINTAHAN YANG BAIK)

F. Hakekat Demokrasi Sebagai Sistem Pemerintahan

Hakekat demokrasi sebagai sistem pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat, baik dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal.

Pertama, pemerintahan dari rakyat mengandung arti pemerintahan yang sah dan diakui, dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui dimata rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan yang diberikan oleh rakyat. Untuk memperoleh pengakuan dan dukungan rakyat pemerintah dapat memberi kepuasan kepada masyarakat sebagai pemilik pemerintahan, kepuasan masyarakat akan membentuk persepsi masyarakat itu sendiri bahwa pengelolaan pemerintah dilakukan secara baik dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dan ini akan lebih memberi legitimasi kepada pemerintah.

Legitimasi bagi suatu pemerintahan sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintah dapat menjalankan program-programnya sebagai wujud dari amanat yang diberikan kepadanya. Sebaliknya pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui berarti suatu pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan menyalahgunakan wewenang sehingga tidak mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa pemerintahan yang tidak dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat akan menghadapi persoalan legitimasi dan pada akhirnya akan meruntuhkan pemerintahan itu sendiri. Pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran bahwa pemerintah yang sedang memegang kekuasaan dituntut kesadarannya bahwa pemerintahan tersebut diperoleh melalui pemilihan dari rakyat bukan pemberian atau supernatural.

Kedua, pemerintahan oleh rakyat, berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasannya, pemerintahan

berada dalam pengawasan rakyat. Pengawasan rakyat dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui perwakilan di parlemen (DPR,DPRD). Dengan adanya pengawasan oleh rakyat akan menghilangkan ambisi para penyelenggara negara (pemerintahan dan DPR). Pemerintahan yang bersih dari praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat terwujud apabila rakyat melakukan pengawasan langsung terhadap jalannya pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat lokal. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Dengan hak dan kewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah melaksanakan kontrol sosial secara optimal terhadap penyelenggaraan negara, dengan tetap manaati rambu-rambu hukum yang berlaku sebagai wujud negara dalam penerapan prinsip demokrasi. Salah satu contoh dan pengalaman yang pernah dialami Indonesia sebagai negara demokrasi pada masa pemerintahan orde baru, kurang lebih tiga puluh dua tahun, penyelenggaraan negara tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga penyelenggaraan negara tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena adanya pemusatan kekuasaan, kewenangan, dan tanggung jawab presiden (Penguasa bersifat otoritarianisme). Di samping itu, masyarakatpun belum sepenuhnya berperan serta dalam menjalankan fungsi pengawasan sosial yang efektif terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab tersebut tidak hanya berdampak negatif di bidang politik, namun juga dibidang ekonomi dan moneter, antara lain terjadinya praktek penyelenggaraan pemerintahan yang lebih menguntungkan kelompok tertentu dan memberi peluang terhadap tumbuhnya korupsi, kolusi dan nepotisme implikasinya adalah demokrasi dianggap gagal mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Ketiga, pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama diatas segalanya untuk itu pemerintah harus responsif, mendengarkan, dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan dan program-programnya, bukan sebaliknya hanya menjalankan aspirasi keinginan diri, keluarga dan kelompoknya. Oleh karena itu pemerintah sebagai mandataris kekuasaan rakyat harus membuka saluran-saluran dan

ruang kebebasan serta menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.

Pemerintahan yang demokratis merupakan landasan terciptanya tata pemerintahan yang bersih dan baik. Pada dasarnya konsep good governance ini memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga- lembaga negara baik di tingkat pusat maupun daerah. Good governance berdasar pandangan ini berarti suatu kesempatan suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta. Kesempatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses, dan lembaga- lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka. Governance sebagaimana didefinisikan UNP adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bias dikatakan baik jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokrasi akuntabel serta transparansi.

Sesuai dengan pandangan tersebut diatas, maka pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang bebas KKN dan baik dalam ukuran proses maupun hasilnya, serta unsur dalam pemerintahan bias bergerak secara sinergis tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan bebas dari gerakan-gerakan anarkis yang bertentangan dengan norma demokrasi dan dapat menghambat proses penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan juga bias dikatakan bersih dan baik jika pengelolaan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal menuju cita kesejahteraan dan kemakmuran dan tidak terkontaminasi dengan praktek-praktek KKN yang dapat menghambat pemerinytahan demokratis itu sendiri. Good governance sebagai sebuah paradigma pemerintahan dapat terwujud apabila pilar pendukungnya dapat berfungsi secara baik yaitu negara dengan demokrasi dan birokrasi pemerintahannya dituntut untuk merubah pola pelayanan dari birokrasi elitis menjadi demokrasi populis. Sektor-sektor swasta sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintahanpun harus memberikan kontribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya tersebut. Keterlibatan organisasi kemasyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang negara.

Penerapan clean and good governance pada akhirnya mensyaratkan moral sebagai pilar yang dapat mengikat . Ketiga pilar tersebut yaitu: pemerintah, swasta dan masyarakat.

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 162-165)