• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Provins

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 173-177)

PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

A. Pembentukan Provins

1. Landasan Yuridis Pembentukan Provinsi

UUD 1945 Pasal 18 beserta penjelasnnya mengamanatkan:

(1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam kerangka NKRI. (2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah Provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan adas desentralisasi adalah daerah Kabupaten dan Kota. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentarlisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dalam arti ketatanegaraan desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan pemerintah dari pusat kepada daerah-daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Secara etimologis desentralisasi berdasar dari bahasa latin, yaitu “de” yang berarti lepas dan

“centrum” yang berarti pusat. Jadi desentralisasi diartikan melepaskan diri dari pusat, konotasinya adalah kewenangan dari bagian atau bawahannya untuk melaksanakan sesuatu yang diserahkan oleh pusat dengan tetap ada hubungan antara pusat dengan bagian atau dibawahnya. Sedangkan dekonsentrasi adalah pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan pekerjaan di dalam melaksanakan tugas pemerintahan.

Sistem desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau daerah tingkat diatasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangga yang bersangkutan, sedangkan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pusat kepada pejabat-pejabatnya di daerah.

Berdasarkan asas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah Propinsi, daerah Kabupaten dan daerah Kota. Dasar pembentukan daerah Propinsi, daerah Kabupaten dan Kota adalah Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang diperbarui dengan Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004. yang didalamnya mengamanatkan:

1. Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah Privinsi, daerah Kabupaten dan daerah Kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

2. Daerah-daerah sebagaimana dimaksud di atas, masing-masing berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan hirarkhi.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dasar yuridis pembentukan Provinsi adalah UUD 1945 pasal 18, UU No. 22 tahun 1999 yang diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Syarat-syarat Pembentukan Provinsi, menurut PP No. 129 tahun 2000: a. Kemampuan ekonomi; b. Potensi daerah; c. Sosial budaya d. Sosial politik e. Jumlah penduduk f. Luas daerah

Kemampuan ekonomi adalah kemampuan ekonomi yang dimiliki suatu daerah yang tercermin dari hasil kegiatan perekonomian di daerah yang bersangkutan. Kemampuan ekonomi suatu daerah dapat diukur dari penerimaan daerah sendiri adalah penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, bagian dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan serta dari penerimaan hasil sumber daya alam.

Sosial budaya merupakan cerminan dari struktur sosial dan pola budaya yang dapat diukur dari tempat peribadatan, tempat kegiatan institusi sosial dan budaya dan sarana olah raga. Sedangkan sosial politik adalah cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari partisipasi politik masyarakat dan oeganisasi kemasyarakatan.

Jumlah penduduk dan luas daerah adalah jumlah tertentu penduduk suatu daerah yakni besaran jumlah penduduk suatu daerah yang telah memenuhi syarat sesuai dengan pengukuran dan penilaian pembentukan daerah. Sedangkan luas daerah merupakan luas tertentu suatu daerah yaitu besaran luas suatu daerah yang telah memenuhi syarat sesuai dengan pengukuran dan penilaian pembentukan daerah.

Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah adalah meliputi keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan dan Provinsi yang akan dibentuk minimal terdiri dari tiga Kabupaten dan atau Kota.

2. Mekanisme Pembentukan Provinsi

Prosedur pembentukan daerah dijelaskan dalam PP No. 129 tahun 2000 Pasal 6 yaitu:

a. Ada kemauan politik dari Pemerintah Daerah dan masyarakat yang bersangkutan.

b. Pembentukan daerah harus didukung oleh penelitian awal yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

c. Usul pembentukan Provinsi disampaikan pada pemerintah cq Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan dilampirkan hasil penelitian daerah dan persetujuan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang berada dalam wilayah Provinsi dimaksud, yang dituangkan dalam keputusan DPRD.

d. Usul pembentukan Kabupaten/Kota disampaikan kepada pemerintahh cq Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur dengan melampirkan hasil penelitian daerah dan persetujuan DPRD Kabupaten/Kota serta persetujuan DPRD Provinsi yang dituangkan dalam keputusan DPRD. e. Dengan memperhatikan usulan Gubernur, Menteri Dalam Negeri

memproses lebih lanjut dan dapat menugaskan tim untuk melakukan observasi ke daerah yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

f. Berdasarkan rekomendasi pada huruf e, Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah meminta tanggapan para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah meminta tanggapan pada para anggotanya dan dapat menugaskan tim teknis sekretariat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ke daerah untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

g. Para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah memberikan saran dan pendapat secara tertulis kepada Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

h. Berdasarkan saran dan pendapat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, usul pembentukan suatu daerah diputuskan dalam rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

i. Apabila berdasarkan hasil keputusan rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menyetujui usul pembentukan daerah, Menteri Dalam Negeri mengajukan usul pembentukan daerah tersebut beserta Rancangan Undang-Undang pembentukan daerah kepada presiden.

j. Apabila Presiden menyetujui usul dimaksud, Rancangan Undang-Undang tentang penghapusan dan penggabungan daerah disampaikan kepada DPR RI untuk mendapat persetujuan.

Mekanisme pembentukan Provinsi diawali dari adanya kemauan politik dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Untuk itu, pemerintah daerah mengadakan penelitian. Hasil penelitian yang sudah disetujui dan ditandatangani DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota selanjutnya diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah selaku wakil pemerintah pusat. Untuk menindaklanjuti usul

pembentukan Provinsi dari daerah Kabupaten tersebut, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah membentuk tim yang ditugaskan untuk mengobservasi usulan daerah kabupaten tersebut. Hasil observasi disampaikan kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dibahas dalam rapat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Jika disetujui, dibuatlah Rancangan Undang- undang Pembentukan Provinsi yang selanjutnya disampaikan kepada Presiden. Jika RUU disetujui oleh Presiden, selanjutnya RUU pembentukan Provinsi tersebut diserahkan kepada DPR RI untuk mendapatkan persetujuan.

Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dengan anggota:

a. Menteri dalam negeri b. Menteri keuangan

c. Menteri sekretaris Negara d. Menteri lain sesuai kebutuhan

e. Perwakilan Asosiasi Pemerintahan Daerah f. Wakil-wakil daerah yang dipilih oleh DPRD

Yang dimaksud dengan Asosiasi Pemerintah Daerah adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah dalam rangka kerjasama antar pemerintah provinsi, antar pemerintah kabupaten, atau antar pemerintah kota, berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan wakil-wakil daerah dipilih oleh DPRD dengan beberapa keahlian, terutama dalam bidang keuangan dan pemerintahan, serta lembaga independent sebanyak enam orang yang terdiri dari dua orang wakil daerah provinsi, dua orang wakil dari daerah kabupaten dan dua orang wakil dari kota, dengan tugas dua tahun. Menteri dalam negeri dan menteri keuangan karena jabatannya adalah sebagai ketua dan wakil ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala secretariat yang membawahi dua bidang yaitu bidang otonomi daerah dan bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah bertanggungjawab kepada Presiden (Rozali Abdullah: 70-7).

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 173-177)