• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Panjang Akar dan Volume Akar

Dalam dokumen Prosiding pagi 2019 (Halaman 129-133)

Inokulasi FMA pada benih vanili mampu menginduksi pertumbuhan panjang akar, hal ini dapat dilihat pad Tabel 1 panjang akar dengan inokulasi FMA lebih panjang 2 kali lipat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Namun tidak ada pengaruh yang nyata pada volume akar. Tabel 1. Panjang akar dan volume akar tanaman vanili umur 12 minggu setelah tanam

Perlakuan Panjang Akar (cm) Volume akar (ml) FMA

Inokulasi FMA 44.02 a 6.27 Tanpa inokulasi FMA 29.65 b 5.47 Notasi * tn T. harzianum Inokulasi T. Harzianum 38.38 6.07 Tanpa T. Harzianum 34.49 5.67 Notasi tn tn KK/CV % 13.24 15.56

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. tn: tidak nyata, *: nyata Peningkatan panjang akar pada Tabel 4. menunjukkan bahwa hadirnya FMA dalam sistem pertumbuhan tanaman vanili berpengaruh terhadap morfologi akar. Morfologi akar tanaman

Erona S. et al. Pengaruh Inokulasi FMA dan Trichoderma harzianum terhadap Bibit Vanili

P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9 | 113 penting untuk memaksimalkan penyerapan hara,

sebab sistem perakaran dengan kuat dan akar yang lebih banyak lebih efisien menjelajah volume tanah yang luas. FMA di akar berpengaruh terhadap sintesis senyawa auksin dan sitokinin pada akar. Pada infeksi FMA yang optimal sehingga penyerapan akar maksimal

Badal (2009). Simbiosis FMA biasanya meningkatkan fotosintesis dan biomasa tanaman, juga membantu transport dan penyerapan P di samping membantu pertumbuhan tanaman dan terlebih meningkatkan biomasa dan hasil.

Gambar 1: Tampilan Akar Benih Vanili Umur 12 Minggu Setelah Tanam. Keterangan: M1T0 = inokulasi FMA M1T1= FMA dan T. harzianum, M0T1 = T. harzianum M0T0 = tanpa inokulasi FMA dan T. harzianum.

Pada Gambar 1 dapat dilihat inokulasi FMA memperlihatkan panjang akar terpanjang dibandingkan dengan inokulasi FMA dan T.harzianum, serta tanpa inokulasi FMA dan T.harzianum. Hal ini diduga Kolonisasi FMA dapat mengubah morfologi akar sedemikian rupa, misalnya dengan menginduksi hipertrofi akar, sehingga mengakibatkan rangsangan tumbuhnya rambut-rambut akar menjadi lebih cepat, diduga pula bahwa akar tanaman yang memiliki persentase infeksi akar yang tinggi akan lebih banyak mensekresikan hormon rizokalin dibanding dengan yang tidak terinfeksi FMA sama sekali sehingga dengan demikian luas dan volume permukaan akar menjadi lebih besar. FMA yang menginfeksi akar tanaman berperan dalam perbaikan nutrisi tanaman dan meningkatkan pertumbuhan, karena hifa yang menginfeksi akar mempunyai kemampuan yang tinggi dalam meningkatkan kapasitas penyerapan unsur fosfat, nitrogen, sulfur, seng dan dan unsur esensial lainnya. Laju penyerapan unsur hara oleh akar bertambah hampir empat kali lipat dibandingkan dengan perakaran normal dengan adanya FMA, demikian juga luas penyerapan akar makin bertambah hingga 80 kali (Prayudyaningsih, 2014).

3.2. Biomassa Total dan Serapan

Unsur N, P, K (g /tanaman)

Pengaruh Inokulasi Fma Dan T. Harzianum Terhadap Komponen Biomassa Total Dan Serapan Hara N,P, K Menunjukkan Bahwa Bobot

Biomassa Total Dipengaruhi Oleh Perlakuan Inokulasi FMA Tabel 2.

Tabel 2. Perlakuan Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Trichoderma Harzianum Terhadap Biomassa Total Bibit Vanili 12 Mst Dan Serapan Hara N, P, K.

Interaksi antara perlakuan inokulasi FMA dan T. harzianum tidak berpengaruh nyata. Biomassa total pada perlakuan inokulasi FMA 4,42 g lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya Hal ini diduga karena biomassa total pada kondisi metabolime tanaman optimal menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman vanili juga baik. Bobot biomassa total tanaman mencerminkan jaringan yang terbentuk setelah dikeringkan di dalam oven dan air yang terkandung didalam tanaman dikeluarkan, juga cerminan dari komposisi hara yang ada pada tanaman tersebut. Menurut Musfal (2010) menyatakan bahwa bobot kering tanaman mencerminkan pertumbuhan tanaman dan banyaknya unsur hara yang terserap persatuan bobot biomassa yang dihasilkan.Semakin berat bobot kering tanaman yang dihasilkan, pertumbuhan tanaman semakin baik dan unsur hara yang terserap tanaman semakin banyak. Bobot kering tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan dan pembentukan organ vegetatif. Pertumbuhan organ tanaman seperti akar, batang dan daun akan menentukan bobot kering tanaman. Serapan unsur P dipengaruhi oleh inokulasi FMA.Inokulasi FMA meningkatkan serapan P sebesar 75 % dibandingkan tanpa FMA. Peningkatan serapan P oleh tanaman yang di inokulasi dengan FMA sebagian besar karena hifa eksternal dari FMA yang berperan sebagai sistem perakaran. Hal ini karena hifa eksternalnya menyediakan permukaan yang lebih efektif dalam menyerap unsur hara dari tanah yang kemudian dipindahkan ke akar inang. FMA juga dapat menyerap fosfat organik dan mengubahnya menjadi P anorganik yang dapat diserap tanaman dengan bantuan enzim fosfatase asam yang jugadihasilkan oleh cendawan Mikoriza Arbuskula dan sel-sel tanaman tersebut. Enzim fosfatase asam oleh hifa FMA yang sedang aktif, menjadi tumbuh dan meningkatkan aktivitas fosfatase pada permukaan akar sebagai hasil infeksi FMA yang menyebabkan fosfat anorganik

Perlakuan FMA Biomassa total N P K g / tanaman Inokulasi FMA 4.42 a 0.069 a 0.007 a 0.163 Tanpa inokulasi FMA 2.79 b 0.047 b 0.004 b 0.100 Notasi * * * tn T. harzianum Inokulasi T. Harzianum 4.04 0.069 a 0.06 0.160 Tanpa T. Harzianum 3.17 0.047 b 0.005 0.100 Notasi tn * tn tn KK 23.09 19.37 20.44 42.36

Erona S. et al. Pengaruh Inokulasi FMA dan Trichoderma harzianum terhadap Bibit Vanili

114 | P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9

dibebaskan dari fosfat organik pada daerah dekat permukaan sel sehingga dapat diserap melalui mekanisme serapan hara. Peningkatan serapan P pada tanaman yang di inokulasi mikoriza juga dilaporkan oleh Kabirun (2002).

Pada penelitian ini memberikan bukti tanpa pemberian pupuk anorganik FMA mampu meningkatkan serapan P dengan baik dibandingkan juga dengan perlakuan T. harzianum dan tanpa pemberian FMA. Hasil ini juga didukung penelitian Same ( 2011 ) bahwa peningkatan serapan P dengan inokulasi FMA pada bibit tanaman sawit tanah marginal lebih baik dibandingkan dengan Pemberian pupuk anorganik diduga disebabkan oleh FMA yang mampu meningkatkan serapan P pada bibit kelapa sawit, sedangkanpada perlakuan pemberian dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap peningkatan serapan P.

Serapan unsur N dipengaruhi oleh inokulasi FMA dan T. harzianum yaitu peningkatan masing-masing perlakuan sama yaitu 46.8 % dibandingkan tanpa FMA dan tanpa T. harzianum.Untuk serapan unsur K tidak berpengaruh nyata hal ini diduga karena di tanah Ultisol K (Kalium) adalah unsur yang paling banyak diserap oleh bibit vanili. Unsur ini berada bebas di dalam plasma sel dan titiktumbuh tanaman, dapat memacu pertumbuhan pada tingkat permulaan.FMA tidak secara nyata berpengaruh terhadap K yang berada dalam keadaan tidak tersedia untuk tanaman.

Peningkatan kandungan K oleh perlakuan FMA dan T. harzianum dapat disebabkan unsur kalium dapat tersedia untuk tanaman melaluipelarutan K terikat dalam mineral tanah. Selanjutnya keberadaan FMA dalam T. harzianum tanaman vanili dapat membantu meningkatkan penyerapan hara-hara dalam tanah terutama unsur K yang telah dalam keadaan tersedia dalam tanah (Rupaedah et al.,2015).

3.3. Persentase Kolonisasi Akar

Persentase kolonisasi akar dipengaruhi oleh inokulasi FMA, kolonisasi yang lebih baik menghasilkan pertumbuhan bibit yang lebih baik juga. Kondisi ini terlihat dari berbagai variabel lainnya yang diamati. Pengaruh inokulasi FMA disajikan

Tabel 3. Perlakuan inokulasi FMAterhadap persen kolonisasi FMA pada akar vanili.

Perlakuan Persen Kolonisasi akar (%)

Kategori (%)

Keterangan* Tanpa FMA 10.00 % 0-20% Rendah

FMA 63.50 % 51-75 % Tinggi FMA dan

T.harzianum

50.00 % 26-50 % Sedang

*Setuiadi et al., 1992

Pada Tabel 3 persentase kolonisasi FMA pada akar vanili kategori tertinggi inokulasi FMA sebesar 63.50%, inokulasi FMA dan Trichoderma harzianum sebesar 50.00% dan tanpa FMA 10.00%. Besarnya persentase kolonisasi akar ini menunjukkan bahwa FMA yang diinokulasikan telah mampu bergerminasi dan beradaptasi dengan media tanamnya. Kolonisasi FMA yang tinggi pada perlakuan inokulasi FMA selaras dengan hasil pada kompenen pertumbuhan lainnya yaitu; panjang tunas, jumlah ruas, diameter ruas, jumlah daun, dan panjang akar serta dalam peningkatan serapan hara P pada benih vanili. Smith & Read (2008) menyebutkan, bahwa apabila kolonisasi oleh FMA menunjukan peningkatan lebih besar, maka dapat dikatakan bahwa tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dibandingkan dengan tanaman yang memiliki kolonisasi lebih kecil namun efektivitasnya tidak sama untuk setiap tanaman.

FMA diduga menginfeksi akar vanili dan memperluas bidang serapan hara dan mineral. Secara umum, data menunjukkan bahwa inokulasi FMA menghasilkan panjang tunas, panjang akar, dan kompenen pertumbuhan lainnya lebih baik dibandingkan dengan tanpa inokulasi FMA dan T. harzianum. Perkembangan kolonisasi FMA dimulai dengan pembentukan suatu apresorium pada permukaan hifa eksternal yang berasal dari spora yang berkecambah. Apresorium tersebut masuk ke dalam akar melalui celah antar epidermis, kemudian membentuk hifa intraseluler disepanjang epidermis akar. Setelah berlangsung terbentuklah arbuskular dan vesicular (Wirawan, 2014). Tingkat infeksi akar oleh mikoriza dikategorikan cukup tinggi apabila mencapai nilai rata-rata lebih dari 50% (Prihastuti et al. 2010).

Hasil pengamatan akar vanili 12 MST yang terinfeksi FMA dan yang tidak terinfeksi FMA disajikan pada Gambar 2. Stuktur kolonisasi FMA yang terbentuk dalam akar berupa apresorum, hifa internal, vesikula, arbuskula dan spora. Inokulasi FMA mampu menginfeksi benih vanili, hal ini ditujukkan oleh adanya hifa tipis pada permukaan akar, vesikel (struktur khas berbentuk oval) dan arbuskula pada korteks akar.

Gambar 2. Hasil Pengamatan Akar Vanili 12 MST yang Terinfeksi FMA dan yang tidak terinfeksi FMA. Keterangan : A. a) Spora FMA pada akar vanili b) hifa pada akar vanili. B. hifa pada akar vanili. C. Korteks akar vanili tanpa infeksi FMA. A, B dan C pada perbesaran 400 kali dengan mikroskop.

Erona S. et al. Pengaruh Inokulasi FMA dan Trichoderma harzianum terhadap Bibit Vanili

P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9 | 115

SIMPULAN

Inokulasi FMA dan Trichoderma harzianum mampu menambah panjang akar vanili pada tanah ultisol. Persentase Kolonisasi akar Inokulasi FMA mencapai 63.50% dengan kategori tinggi, Oleh karena itu, pengembangan tanaman vanili pada tanah ultisol dibarengi dengan inokulasi FMA.

UCAPAN TERIMAKSIH

Terima kasih kepada pihak yang telah membantu teman teman Agronomi Hortikultura Silvikultur Institut Pertanian Bogor, dan rekan- rekan laboratorium Silvikultur Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2014). Produksi Tanaman Perkebunan. Retrieved from http://bps.go.id. Chandrayani, P, M, W & Natha K, S. (2016). Kurs

Dollar Amerika Serikat Dan Produksi Terhadap Ekspor Vanili Di Provinsi Bali. Tahun 1991-2013. E-Jurnal Ep Unud, 5[2]: Hal: 236-259. Charisma A. M. Y, S Rahayu, & Isnawati. (2012).

Pengaruh Kombinasi Kompos Trichoderma harzianum dan MVA Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) Pada Media Tanam Tanah Kapur. Lentera Bio.Vol. 1 no.3. Hal: 111-116.

Firman, C. (2008). Teknik Inokulasi Mikoriza Arbuskula Pada Bibit Vanili. Buletin Teknik Pertanian, pp: 47-50.

Hadisutrisno B. (2004). Taktik dan Strategi Perlindungan Tanaman Menghadapi Gangguan Penyakit Layu Fusarium. Simposium Nasional I. Purwokerto. p:45.

Hartal, Misnawaty. & I Budi. (2010). Efektivitas Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Dalam Pengendalian Layu Fusarium Pada Tanaman Krisan. JIPI.12 (1). pp:7-12.

Musfal, (2010). Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29 (4): pp:154-158.

Prayudaningsih, R. (2014). Pertumbuhan Semai Alstonia scholaris, Acacia auriculiformis dan Muntingia calabura yang Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3 (1):pp: 13 – 23.

Prihastuti, Sudaryono, & E. Handayanto. (2010). Keanekaragaman Jenis Mikoriza Vesikular Arbuskular dan Potensinya Dalam Pengelolaan Kesuburan Lahan Ultisol. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Universitas Brawijaya. Malang. Sa’id, E.G.& Intan, H. (2001). Pembangunan Agribisnis. Bogor. Institut Pertanian Bogor Press. Setiadi, Y.Mansur I, Budi SW dan Achmad. (1992). Mikrobiologi Tanah Hutan. Petunjuk

Laboratorium. Dirjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor. Scagel CF. (200l). Stimulation of Adventitious Rooting

on Cuttings from Woody Perennial Plants by Exprosure to Inoculum of Ericoid and Arbuscular Mycorrhizal Fungi. lnternational conference on Mycorrhizal. Adelaide-Australia. Retrieved from http://www.arserin.gov/ars/Pacwesucorvallis/herl/ scacelweb/presentai9n/|com%2shandout%20 2001 .pdf. [diunduh 25 Agustus 2019].

Smith SE, & Read DJ. (2008). Mycorrhizal Symbiosis Third edition. New York : Academic Press. Subagyo H, Suharta, & Absiswanto. (2000).

Tanah-tanah Pertanian di Indonesia.Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.p: 670.

Trisilawati, O, & C. Firman, (2002). Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Panili (vanilla planifolia Andrews). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 15 (1). pp:47-50.

Trisilawati, O, & R. Zaubin, (2002). Respon Bibit Panili (Vanila planifolia) Terhadap Mikoriza. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, XIII (1) : 53-58 halaman.

Rupaedah B, Anas I, Santosa D.A W S,& Sri W B. (2015). Peranan Rizobakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskular Dalam Proses Fotosintesis Dan Produksi Gula Sorgum Manis (Sorghum Bicolor L. Moench). Menara Perkebunan 2015 83(1). 44-53 halaman.

Wirawan. (2014). Idenfikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Secara Mikroskopis Pada Rhizosfer Tanaman Alang-alang. Bali. Universitas Udayana.pp: 45-60.

Rosada et al. Tingkat Ketahanan Pangan Rumahtangga Pada Agroekosistem Wilayah Pesisir

116 | P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9

Tingkat Ketahanan Pangan Rumahtangga pada Agroekosistem Wilayah

Dalam dokumen Prosiding pagi 2019 (Halaman 129-133)