• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Tinggi tanaman

Dalam dokumen Prosiding pagi 2019 (Halaman 73-78)

Analisis ragam menunjukan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan pemberian berbagai konsentrasi pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap tinggi tanaman kentang. Perlakuan konsentrasi pupuk chitosan dan sistem tanam secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 8 MST

Konsentrasi Chitosan (ml/l air) Sistem Tanam Rata-rata Persegi panjang Segi-tiga Zigzag ---cm--- 0 31,60 30,40 30,20 30,73 3 28,20 27,60 28,90 28,23 5 30,40 29,53 33,06 30,99 7 31,10 30,40 29,20 30,23 Rata-rata 30,32 29,48 30,34 30,04 KK= 7 %

Keterangan: Angka-angka pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F 5%

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian chitosan dan sistem tanam belum dapat meningkatkan tinggi tanaman kentang. Tinggi tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan

hampir sama, yaitu berkisar antara 27,60-33,06 cm, tinggi tanaman yang diperoleh berada dibawah deskripsi yaitu 70-80 cm. Yulimasni dan Hayani (2012) mendapatkan tinggi kentang varietas Cingkariang pada umur 60 HST yaitu rata-rata 50,53 cm.

Pertumbuhan tinggi tanaman berhubungan dengan faktor lingkungan dan ketersediaan hara dalam tanah. Hampir samanya tinggi tanaman disebabkan oleh unsur yang adalah dalam tanah telah mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kentang. Menurut Kowalski (2006), chitosan mampu merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, termasuk merangsang pembentukan jumlah tunas dan tinggi tanaman kentang.

Pertumbuhan dan hasil ubi kentang Go tidak dipengaruhi oleh interaksi komposisi media dan chitosan, tetapi dipengaruhi secara mandiri baik oleh komposisi media maupun chitosan (Nuraini et al, 2017).

3.2. Jumlah Daun

Analisis ragam menunjukan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap jumlah daun tanaman kentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 8 MST

Konsentrasi Chitosan (ml/l air)

Sistem Tanam Persegi

panjang Segitiga Zigzag ---helai--- 0 41,20 B Ab 43,13 B a 48,46 A a 3 42,46 A A 37,20 B b 44,00 A b 5 38,26 B B 43,60 A A 43,20 A b 7 43,20 A A 42,22 A A 38,40 B c KK= 4,97%

Keterangan: Angka-Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa interaksi antara chitosan dan sistem tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun. Respon tanaman terhadap pemberian chitosan berbeda-beda tergantung sistem tanam yang digunakan. Jumlah daun tertinggi didapatkan pada perlakuan chitosan 0 ml/liter air dan sistem tanam zigzag yaitu sebanyak 48,46. Pada konsentrasi chitosan 3 ml/liter air juga memberikan jumlah daun yang lebih tinggi pada sistem tanam zigzag meskipun tidak beda dengan persegi panjang. Pada pemberian chitosan 5 ml/liter air jumlah daun tertingginya juga didapat

Oktari et al. Pengaruh Sistem Tanam dan Pemberian Chitosan terhadap Tanaman Kentang

P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9 | 57 dari sistem tanam zigzag dan tidak berbeda nyata

dengan segitiga. Sebaliknya pada konsentrasi chitosan yang lebih tinggi jumlah daun yang dihasilkan paling rendah pada sistem tanam zigzag. Tanaman pada sistem tanam zigzag lebih leluasa dalam menyerap unsur hara dan cahaya matahari. Chitosan dapat meningkatkan jumlah daun tanaman.

Pemberian chitosan dengan konsentrasi 0,6% memberikan pengaruh terbaik untuk menghasilkan jumlah daun tanaman pada umur 8 MST dan 12 MST. Hasil penelitian Abdel-Mawgoud et al., (2010) mendapatkan bahwa pemberian chitosan 2 cm3 L-1dapat meningkatkan jumlah daun pada tanaman strawberry. Hal ini disebabkan karena gugus amina yang terkandung dalam chitosan mendukung proses pembelahan sel dan organogenesis pada tanaman.

Pertambahan tinggi tanaman dan tunas vegetatif juga menambah jumlah daun. Daun adalah organ tanaman dimana proses fotosintesis. Saat luas daun meningkat, fotosintesisi menjadi lebih besar. Luas daun meningkat akan menyebabkan tingkat asimilasi bersih meningkat sehingga tingkat pertumbuhan daun juga meningkat (Warnita et al, 2017).

3.3. Jumlah Umbi per Tanaman

Analisis ragam menunjukan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap jumlah umbi per tanaman kentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah umbi per tanaman pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 13 MST. Konsentrasi Chitosan (ml/l air) Sistem Tanam Persegi

panjang Segitiga Zigzag ---buah--- 0 5,53 B Ab 5,60 B Bc 6,60 A A 3 6,20 A A 6,33 A Ab 5,73 A b 5 5,60 B Ab 5,33 B C 6,40 A ab 7 5,20 B B 6,60 A A 6,20 A ab KK= 7,9%

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.

Tabel 3 memperlihatkan pada perlakuan chitosan 0 ml/liter air, chitosan 5 ml/liter air memberikan jumlah umbi terbanyak pada sistem tanam zigzag. Sementara pada pemberian chitosan 7 ml/liter air jumlah umbi terbanyak

didapat pada sistem tanam zigzag dan segitiga yaitu berturut-turut sebesar 6,20 umbi dan 6,60 umbi. Faktor yang mungkin mempengaruhi adalah sistem tanam zigzag memiliki jarak tanam yang lebih luas dibandingkan sistem tanam lainnya, sehingga akar tanaman bisa menyerap banyak unsur hara karena tidak terjadi persaingan dengan tanaman disebelahnya. Selain jarak tanam yang lebar, letak tanaman yang tidak berhadapan membuat tanaman tidak kekurangan pencahayaan yang artinya fotosintesis terjadi secara maksimal.

Menurut Singh dan Kaur (2009) pembentukan dan pengisian umbi pada kentang melibatkan proses hormonal yang salah satu hormon yang berperan penting yaitu sitokinin, chitosan memiliki gugus amina yang berperan dalam sintesis asam amino. Salah satu penyusun asam amino adalah adenine (Holipah, 2010).

3.4. Diameter Umbi Terbesar

Analisis ragam menunjukan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam pada berbagai dosis yang diberikan terhadap diameter umbi terbesar tanaman kentang. Data dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Diameter umbi terbesar pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 13 MST Konsentrasi Chitosan (ml/l air) Sistem Tanam Rata-rata Persegi

panjang Segitiga Zigzag ---mm--- 0 35,74 36,18 36,80 36,24 3 36,43 36,35 36,74 36,50 5 37,15 36,61 35,49 36,41 7 38,34 38,35 39,32 38,67 Rata-rata 36,91 36,87 37,08 36,95 KK= 6,5 %

Keterangan: Angka-angka pada baris dan kolom berbeda tidak nyata menurut uji F 5%.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian chitosan dengan pola tanam menghasilkan diameter umbi terbesar yang hampir sama, yaitu berkisar antara 35,49-39,32 mm. Bahkan dengan pemberian chitosan 7 ml/1liter air diamter umbi terbesarnya hampir sama sekitar 38,67 mm.

Pupuk organik berbahan aktif chitosan terhadap tanaman berperan memobilisasi dan meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara, dan meningkatkan laju fotosintesis dan distribusi fotosintat.Meskipun jumlah umbi berbeda nyata tetapi diameter umbi terbesar tidak berbeda nyata, diduga hal ini berhubungan dengan waktu pembentukan umbi. Umbi yang terbentuk lebih awal mempunyai kemungkinan untuk

Oktari et al. Pengaruh Sistem Tanam dan Pemberian Chitosan terhadap Tanaman Kentang

58 |P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9

mendapatkan asimilat yang lebih banyak dibanding umbi yang terbentuk kemudian.

3.5. Diameter Umbi Terkecil

Analisis ragam menunjukan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap diameter umbi terkecil tanaman kentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa interaksi antara chitosan dengan sistem tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diamter umbi terkecil tanaman kentang. Pemberian chitosan 0 ml/1 air dan sistem tanam segitiga memberikan diameter umbi terkecil yang paling banyak. Pada chitosan 3 ml/1 air diameter umbi terkecil yang dihasilkan juga paling besar pada perlakuan sistem tanam segitiga. Pada perlakuan pemberian chitosan 5 ml/1 air dan 7ml/1 air memberikan diameter umbi yang tidak berbeda nyata pada semua sistem tanam.

Tabel 5. Diameter umbi terkecil pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 13 MST Konsentrasi Chitosan (ml/l air) Sistem Tanam Persegi

panjang Segi-tiga Zigzag ---mm--- 0 24,32 A a 25,41 A A 23,39 A a 3 21,85 B bc 24,72 A A 20,38 B b 5 21,70 A c 21,40 A B 22,69 A a 7 24,28 A a 24,05 A A 23,94 A a KK= 5,52%

Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.

3.6. Bobot Umbi per Tanaman

Analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap bobot umbi pertanaman tanaman kentang. Data dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat kita lihat terdapat interaksi antara pemberian pupuk dan sistem tanam. Pada chitosan 0 ml/1 air bobot umbi per rumpun adalah sama pada semua pola tanam. Pada chitosan 3 ml/1 airdan 7 ml/1 air memberikan jumlah umbi per tanaman yang sama pada semua sistem tanam. Tetapi pada konsentrasi 5 ml/1 air memberikan bobot umbi terbesar pada sistem tanam zigzag yaitu 217 gram. Pada perlakuan konsentrasi chitosan yang lain tidak memberikan perbedaan bobot umbi

pada semua sistem tanam. Tingginya bobot umbi pertanaman yang dihasilkan disebabkan oleh kitosan.

Tabel 6. Bobot umbi per rumpun pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam kentang pada umur 13 MST

Perlakuan Sistem Tanam

Konsentrasi Chitosan (ml/l air)

Persegi

panjang Segitiga Zigzag ---gram--- 0 188,60 A a 159 A ab 135 A ab 3 125 A a 200,30A A 131,60A b 5 163,60AB a 113,60B B 217A a 7 131,60A a 134,30A ab 189 A ab KK= 30%

Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.

Pada sistem tanam persegi panjang bobot umbinya hampir sama. Selanjutnya pada sistem tanam segitiga bbot umbi tertinggi diperoleh pada pemberian chitosan 3 ml/ l air. Sementara pada sistem tanam zigzag bobot umbi per tanaman tertinggi yang diberi chitosan dengan konsentrasi 5 ppm.

Pemberian chitosan yangberbeda mempengaruhi bobot umbi yang dihasilkan. Uthairatanakij et al., 2007 menyatakan bahwa kitosan dapat meningkatkan sinyal untuk sintesis hormon tanaman seperti giberelin dalam jumlah yang optimal, apabila berlebihan akan menghambat pertumbuhan.

Selain itu bobot umbi berhubungan jumlah daun yang dapat berfotosintesis. Warnita et al. (2015) melaporkan bahwa daun adalah organ untuk melakukan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan berambahnya jumlah daun akan menyebabkan jumlah cahaya, CO2, dan air yan banyak masuk melalui stomata daun sehingga meningkat fotosintesis. Dengan peningkatan skala fotosintesis Karbohidrat yang banyak sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan secara keseluruhan pertumbuhan tanaman, termasuk bobot umbi.

3.7. Bobot Umbi per Hektar

Analisis ragam menunjukan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pupuk chitosan dan sistem tanam terhadap bobot umbi per hektar tanaman kentang. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Oktari et al. Pengaruh Sistem Tanam dan Pemberian Chitosan terhadap Tanaman Kentang

P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9 | 59 Pada Tabel 7 dapat kita lihat bahwa terdapat

interaksi antara jumlah konsentrasi chitosan yang diberikan dengan bebera pasistem tanam. Hasil terbaik didapatkan pada sistem tanam segitiga menggunakan chitosan 3 ml/1 air sebesar 22,52 ton/ha.). Jumlah tanaman dalam satu petak adalah sama-sama 20 tanaman untuk semua sistem tanam. Ini berarti sistem tanam segitiga menghasilkan jumlah populasi tanaman dalam satu hektar lebih banyak dari pola tanam lainnya. Pada chitosan 0 ml/1liter air sistem tanam segitiga mampu menghasilkan bobot umbi per hektar lebih tinggi yaitu sebanyak 12,87 ton/hatidak berbeda nyata dengan perlakuan chitosan 7 ml/l air pada pola tanam yang sama yaitu 12,33 ton/ha.

Hasil umbi per hektar sejalan dengan bobot per tanaman. Bobot umbi yang dihasilkan hampir sama pada sistem tanam persegi panjang. Selanjutnya pada sistem tanam segitiga bobot umbi tertinggi diperoleh pada pemberian chitosan 3 ml/ l air. Sementara pada sistem tanam zigzag bobot umbi per tanaman tertinggi yang diberi chitosan dengan konsentrasi 5 ppm yaitu 9.79 ton / ha.

Tabel 7. Bobot umbi per hektar pada berbagai konsentrasi Chitosan dan sistem tanam 13 MST

Perlakuan Sistem Tanam

Konsentrasi Chitosan (ml/l air)

Persegi

panjang Segitiga Zigzag ---ton--- 0 8,91 AB a 12,87 A B 6,10 B ab 3 5,93 B a 22,52 A A 4,95 B b 5 7,74 A a 9,67 A B 9,79 A a 7 6,21 B a 12,33 A B 8,55 AB ab KK= 25%

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Fα 5%.

Perlakuan perendaman kitosan 25 ppm pada benih tomat sebelum penanaman memberikan nilai daya tumbuh dan kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol. Kombinasi perlakuan perendaman dan penyemprotan kitosan 25 ppm memberikan pengaruh yang untuk setiap parameter pertumbuhn meliputi tinggi, jumlah cabang, jumlah daun, panjang lebar daun serta bobot basah dan bobot kering tananan (Ianca, 2010).

Chitosan juga mengurangi serangan penyakit, sehingga tanaman tegar dan resisten terhadap penyakit. Menurut Uthairatanakij et al. (2007) chitosan juga dapat mengurangi keparahan penyakit pada anggrek, mungkin dengan meningkatkan aktivitas PAL dan PPO, lignifikasi

dihasilkan dari peningkatan biosintesis fenolik senyawa atau metabolit sekunder yang diinduksi dan SAR. Juga, peningkatan resistensi penyakit dapat dimediasi sebagian melalui peningkatan konsentrasi asam jasmonat. Selain itu, resistensi terhadap infeksi penyakit juga mungkin melibatkan penutupan stomata oleh ABA.

SIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan:

1. Pemberian konsentrasi chitosan 3 ml/l air pada sistem tanam segitiga memberikan bobot umbi/rumpun yaitu 200,30 gram dengan hasil/ha paling tinggi yaitu 22,52 ton/ha. Sementara bobot umbi perumpun pada perlakuan chitosan 5 ml/l air pada sistem tanam zig zag yaitu 217 gram, namun hasil perhektar hanya mencapai 9,79 ton/ha. 2. Sistem tanam segitiga memberikan hasil/ha

yang paling tinggi, sedangkan sistem tanam zigzag memberikan hasil/rumpun yang paling tinggi.

3. Pemberian konsentrasi chitosan 3 ml/l air memberikan hasil/ha yang paling tinggi, sedangkan pemberian konsentrasi chitosan 5 ml/l air hasil/rumpun yang paling tinggi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada teknisi laboratorium fisiologi tumbuhan dan Ketua PATPKP yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Mawgoud, A.M.R., Tantawy, A.S., El-Nemr, M.A., & Sassine, Y.N. (2010). Growth and yield responses of strawberry plants to chitosan application. European Journal of Scientific Research,39(1):170-177.

Anggara, R., Sularso & Junaidi.(2016). Pengaruh pemberian oligo kitosan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung Srikandi Putih-1. J. Agrosains dan Teknologi, 1(2):1-8.

Hidayat, N. (2008). Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.) varietas lokal Madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor. Agrovigor, 1(1): 55-64.

Holipah, S.N. (2010). Aplikasi chitosan sebagai pengawet alami dalam meningkatkan mutu simpan produk pasca panen. 87 (9) : hal 176-188. Ianca, B.F. (2010). Pengaruh perlakuan kitosan

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max) selama fase vegetatif dan awal fase generatif” Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Kowalski, B. (2006). Applications of soluble chitosan in vitro and in the greenhouse to increase yield and seed quality of potato minitubers. Potato Res, 49:167-176.

Oktari et al. Pengaruh Sistem Tanam dan Pemberian Chitosan terhadap Tanaman Kentang

60 |P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9

Niniek, A. (2010). Perkembangan Saruran Umbi Kentang dan Wortel Nusantara. Jakarta: Swadaya.

Nuraini, A., Hamdani, J.S., Suminar, E., & Ardiansyah, D. (2017). Aplikasi chitosan untuk meningkatkan hasil benih kentang G0 (Solanum tuberosum L.) kultivar granola pada berbagai jenis media tanam. J. Kultivasi, 16(3):466-473.

Qariina, Audzia. (2016). Pengaruh pemberian pupuk rizhokompos dan pupuk NPK 15:15:15 terhadap pertumbuhan dan hasil kentang Batang Hitam. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Rachmania, D. (2011). Karakteristik nano kitosan cangkang udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan metode gelasi ionik. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Singh, J. & Kaur, L. (2009). Advances in Potato Chemistry and Technology. New York: Academic Press of Elsevier.

Suptijah, P.A., Jacob, M., & Mursid, S. (2010). Teknik peranan kitosan dalam peningkatan pertumbuhan

tomat (Lycopersicum esculentum) selama fase vegetative. J. Sumberdaya Perairan, 4(1) : 9 - 14. Uthairatanakij, A., da Silva, J.A.T., & Obsuwan, K. (2007). Chitosan for improving orchid production and quality. Orchid science and biotechnology,1(1): 1-5.

Warnita., Swasti, E., Muhsanati., Reflinaldon., & Resti, Z. (2015). Pengaruh komposisi media terhadap pertumbuhan tanaman hias Amarylis. In Adi Jaya (Chair). Semirata BKS Barat Bidang Ilmu Pertanian. Palangka Raya

Warnita, Akhir, N., Vina. (2017). Growth response of two varieties Chrysanthemum (Chrysanthemum sp.) on some media composition. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology, 7(3): 928-935.

Yulimasni & Hayani, (2012). Pertumbuhan dan Produktivitas Tujuh Varietas Unggul Kentang di Batagak Kabupaten Agam. Retrieved from http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PR OS2013_E10_Yulimasni%20dan%20Hayani.pdf

Suhardjadinata dan Pasya. Aplikasi Pupuk Organik Limbah Rumah Potong Hewan Pada Tanaman Padi

P r o s i d i n g S e m l o k n a s V P A G I - F A P E R T A U N A N D 2 0 1 9 | 61

Aplikasi Pupuk Organik Limbah Rumah Potong Hewan untuk

Dalam dokumen Prosiding pagi 2019 (Halaman 73-78)