• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN a Peserta Kegiatan

Oleh : Murni Nia

HASIL DAN PEMBAHASAN a Peserta Kegiatan

Peserta kegiatan berjumlah 38 orang dan berasal dari tujuh kelurahan se-Kecamatan Abeli. Ketujuh kelurahan tersebut Kelurahan Abeli mengikutkan peserta dengan jumlah yang besar. Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Abeli diketahui bahwa pemerintah daerah setempat sangat respon dengan pola pengabdian yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat UHO guna memacu pertumbuhan

ekonomi masyarakat demi terwujudnya

kesejahteraan petani di lingkungannya. Secara rinci, peserta kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. Distribusi peserta kegiatan pengabdian di BP3K Kecamatan Abeli.

No Asal Peserta Jumlah

peserta 1 Kelurahan Sambuli 2 2 Kelurahan Bungkutoko 1 3 Kelurahan Anggalomelai 1 4 Kelurahan Petoaha 2 5 Kelurahan Nambo 2

6 Kelurahan Benua Nirae 2

7 Kelurahan Abeli 28

Jumlah 38

Berdasarkan Tabel diatas, diketahui bahwa aparatur pemerintah dalam hal ini penyuluh pertanian dan pemerintah daerah senantiasa berupaya secara optimal untuk meningkatkan wawasan berpikir petani untuk mengoptimalkan hasil panen dan penanganan pasca panen buah kelapa mereka.

b. Demonstrasi Olahan Buah Kelapa dan Tanya Jawab

Tujuan demonstrasi ini adalah (1) menunjukkan kepada peserta, metode pengolahan buah kelapa untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, (2) memotivasi peserta untuk memikirkan cara pemasaran produk olahan kelapa, dan (3) mengetahui masalah-masalah pemasaran buah kelapa, dan (4) mengetahui respon peserta bila pengolahan buah kelapa bila diterapkan pola kemitraan.

Produk olahan yang didemonstrasikan kepada peserta meliputi cara pembuatan minyak goreng yang berkualitas, pembuatan VCO, pemanfaatan blondo, dan briket arang, Secara visual kualitas minyak goreng yang dihasilkan lebih bening dan aromanya lebih harum bila dibandingkan dengan minyak goreng tradisional. Demikian pula VCO. Sedangkan blondo berupa bubur cairan yang mengandung protein dan karbohidrat tanpa lemak, produk ini memiliki peluang untuk digunakan sebagai makanan bayi atau sambal untuk industi rumah makan berbeda dengan yang dihasilkan oleh pembuat minyak kelapa pada umumnya, demikian juga briket arang peserta pada umumnya baru mengetahui produk arang tempurung yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Hasil Tanya jawab dengan peserta diketahui bahwa mereka pada dasarnya dapat berbagai produk olahan tersebut, masalahnya adalah keterampilan yang dimiliki belum maksimal walaupun telah mengikuti kegiatan dan

masalah yang utama adalah bagaimana

menghasilkan produk yang berkualitas dan strategi apa yang harus diterapkan dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Produk- produk olahan buah kepala dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1. Santan Kepala untuk Sebagai minyak goreng

Gambar 2. Santan dibuat menjadi VCO

Gambar 3. Tempurung kelapa sebagai Briket

c. Bentuk Kemitraan yang Sepakati

Bentuk kemitraan yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah akad/perjanjian jual beli.

Contoh bunyi kemitraan yang akan dikembangkan sebabagi berikut :

Dari 38 peserta kegiatan hanya 9 orang

(23,68%) yang menyatakan kesediaan

bekerjasama dalam pengolahan buah kelapa dengan pola kemitraan. Prosentasi kemitraan ini relative kecil. Hasil wawancara dengan beberapa peserta di setiap kelurahan diketahui bahwa mereka belum yakin dengan pola kemitraan yang ditawarkan oleh mitra mengingat usaha belum berjalan dengan baik. Petani sudah sering mengikuti kegiatan yang serupa namun tidak berkelanjutan dan hasilnya tidak optimal. Kondisi ini merupakan tantangan bagi Mitra Usaha Bersama untuk menjawab kondisi sosial masyarakat setempat. Hasil pemantauan peneliti terhadap aktivitas Mitra Usaha Bersama dalam mengolah buah kelapa masih pematangan usaha.

Pendanaan yang besar terhadap penyiapan unit usaha, pembelian mesin parut, dan pembuatan alat pirolisis merupakan indikasi bahwa pengolahan buah kelapa yang akan dilakukan

oleh Mitra Usaha Bersama merupakan

kesungguhan yang sangat luar biasa.

Butir-butir kesepakatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kesepakatan yang dibangun adalah

kesepakatan jual beli, dimana petani kelapa

dan mitra Usaha Bersama melakukan

aktivitas jual beli buah kelapa dengan harga yang tidak mengikat.

b. Petani kelapa menyatakan kesediaan

menyiapkan buah kelapa sedangkan Mitra Usaha mengolah buah kelapa. Artinya aktivitas pengolahan buah kelapa berjalan secara kontinyu sehingga petani kelapa termotivasi menanam/merawat dan menjual buah kelapa secara berkelanjutan.

c. Petani dan Mitra Usaha Bersama menjadi pihak yang berkompeten menjaga usaha mereka dengan menjadi konsumen dari produk yang dihasilkan serta menjadi agen diwilayahnya. Tujuannya adalah sebagai media promosi dalam pengolahan buah

kelapa sehingga dapat menghasilkan

kesadaran bagi petani kelapa lainnya untk bergabung dan berusaha secara bersama- sama.

d. Petani kelapa dan Mitra Usaha Bersama

memiliki ruang untuk menyambung

silaturahmi, sehingga persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan atau meminta pihak lain yang berkopeten seperti Tim pengabdian

UHO untuk membantu menyelesaikan

masalah produksi dan pemasaran yang dihadapi.

e. Produk samping yang selama ini belum termanfaatkan seperti briket arang dan asap cair menjadi komoditi tambahan, sehingga

masing-masing pihak mendapatkan

konstribusi yang dihasilkan sebagai

keuntungan tambahan dan kedua pihak mendapatkan keuntungan bersama yang akan

dibagikan secara merata setelah

mengeluarkan biaya produksi dan biaya operasional lainnya secara transparan.

Berdasarkan isi kesepakatan tersebut petani memiliki peluang yang lebih besar dalam

memanfaatkan pola kemitraan dalam mengolah buah kelapa, disamping harga buah kelapa tidak fluktuasi juga memperoleh nilai tambah dalam bentuk keuntungan hasil penjualan produk briket arang dan asap cair. Sementara itu, menurut Tuten dan Urban (2001) dalam Orpha (2011), keberhasilan sebuah kemitraan dipengaruhi oleh komunikasi yang baik diantara para mitra. Komunikasi yang baik akan mendorong pihak- pihak yang bermitra memperoleh manfaat dari kemitraan yaitu pembiayaan yang lebih murah, peningkatan produk dan kualitas layanan. Faktor determinan lain pembentuk keberhasilan sebuah program kemitraan adalah aspek kepercayaan dan tanggungjawab diantara para mitra.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Respon petani kelapa terhadap pengolahan buah kelapa dengan pola kemitraan relative kecil yaitu 23,68%. Pola kemitraan yang dilakukan adalah pola mitraan jual beli dengan pendekatan simbiosis mutualisma (saling menguntungkan sesuai kesepakatan).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., 2006. Strategi Kemitraan dalam Saluran Distribusi untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis, Tesis. Program Magister

Manajemen PPs Universitas

diponegoro.

Anonim. Badan Penanaman Modal Daerah

Sulawesi Tengah, website:

www.bkpmdsulteng.go.id. Diakses

tanggal 20 April 2011.

Hasbullah, 2001. Minyak Kelapa. Teknologi

Tepat Guna Agroindustri. BPPT.

Jakarta

Mohr, J. R. Spekman. 1994. Characteristics of

partnership success: partnership

attributes, communication behavior and conflict resolution technique. Strategic Management Journal. Vol. 15, 135 - 152

Orpha J., 2011. Analisis Potensi Partnership sebagai Moda untuk meningkatkan Kapabilitas Inovasi dan Teknologi.

Vol.7, No.2: hal. 192?205, (ISSN:0216? 1249)

Taqiyuddin An-Nabani, 2010. Sistem Ekonomi Islam (Edisi Mu?tadamah) , HTI Press, Jakarta.

Hanafiah, AW, Eva M.W., dan Nanny K.O., 2011. Pembuatan, pemurnian dan stabilitas Virgin coconut oil (vco) bertanda radioiodium-131. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XII, No.2, Agustus 2011; 75-84.

Widiastuti, S., Satriji S., Murad dan Rosmilawati, 2012. Optimasi Pembuatan Asap cair

dari tempurung Kelapa sebagai

Pengawet makanan dan Prospek

Ekonominya., Agroteksos Vol. 22 No. 1 April 2012.

PETUNJUK BAGI PENULIS